Kamis, 29 November 2012

406 : Sebab Utama Lelaki Ditarik ke Neraka Oleh Wanita

Di akhirat nanti ada 4 golongan lelaki yanb akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita.

Lelaki itu adalah mereka yang tidak memberikan hak kepada wanita dan tidak menjaga amanah itu. Mereka ialah :

1. Ayahnya

Apabila seseorang yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak-anak perempuannya didunia.
Dia tidak memberikan segala pengetahuan agama seperti sholat, mengaji, tutup aurat dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat.

Tidak cukup dengan hanya memberi kemewahan dunia saja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.p/s; Duhai lelaki yg bergelar ayah, bagaimanakah keadaan anak perempuanmu sekarang Adakah kau mengajarinya Sholat, menutup aurat, pengetahuan agama? Jika tidak terpenuhi salah satunya, maka bersedialah untuk menjadi bahan bakar neraka jahannam.

2. Suaminya

Apabila sang suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul! bebas beerjabat tangan dengan bukan mahram, bebas cupika cupiki dengan bukan mahram , Berdandan bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan mahram.

Apabila suami Tidak menegur istrinya ini, walaupun dia seorang yang alim dimana sholatnya tidak pernah lepas, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya bersama-sama ke dalam neraka. p/s; Duhai lelaki yang bergelar suami, bagaiman keadaan isteri tercintamu sekarang?.

Dimanakah dia? Bagaimana akhlaknya? Sudahkah kau menyuruhnya menutup auratnya? Sudahkah au suruh ia menjaga kehirmatannya hanya untukmu? Sudahkah? Jika tidak kau tidak menjaganya mengikut ketetapan syari’at, maka terimalah hukuman yang kau akan sehidup semati bersamanya di ‘taman’ neraka sana.

3. Saudara Laki-lakinya

Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh ke tangan kakak laki-laki atau adik laki-laki.

Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adiknya, kakaknya dibiarkan melencong dari ajaran Islam,tunggulah tarikan adiknya di akhirat kelak.p/s; Duhai lelaki yang mempunyai adik perempuan, kakak perempuan jangan hanya menjaga amalmu, kau juga akan dimintai pertanggungjawaban diakhirat kelak .jika membiarkan adikmu, kakakmu bergelimang maksiat dan tidak menutup aurat. Kau akan ditariknya ke neraka.

4. Anak-anak lelakinya

Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram di sisi Islam. Bila ibu membuat kemungkaran, mengumpat, memfitnah, tidak menutup aurat dan sebagainya… Maka anak itu akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak dan nantikan tarikan ibunya ke neraka.p/s;

Duhai anak-anak lelaki…. sayangilah ibumu…. nasihatilah dia jika salah atau lupa… Karena ibu juga insan biasa yang tidak lepas dosa… Selamatkanlah Ibumu dari menjadi ‘kayu api’ neraka… Jika tidak, kau juga akan ditarik menjadi penghuni neraka bersamanya.

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Lihatlah…..betapa hebatnya tarikan wanita bukan saja di dunia malah di akhirat pun tarikannya begitu hebat. Maka kaum lelaki yang bergelar ayah/suami/Saudara laki-laki atau anak laki-laki harus memainkan peranan mereka.

.Allah Subhana Wata’ala berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)“Berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat.” (QS Asy Syu’ara: 214)

Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang apa/siapa yang di bawah kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak suaminya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)

#CoPas RohiS...Sekedar Share#
Baca Selengkapnya >>

405 : HUKUM BERBOHONG DEMI KEBAIKAN

PERTANYAAN


Husen Asmoparingane Abahsyams



Assalamualaikum

Sya pernah di kongkon beli bodrex yg akan di campur dgn sprite tuk mendem , sya brangkat ke toko 1 alhamdulillah habis , trus sya di suruh pindah ke toko 1nya , saya alasan pengen BAB padahal nggak sy alasan krna sya gx mau org tu pada mendem , lalu berdosakah saya yang telah bohong ???
Syukron




JAWABAN

Tidak berdosa

berikut ini bisa di jadikan ta'bir



Aryo Mangku Langit

Wa'alaikum salam

Gimana Kalu Kasus Di atas kita Pakai Qoidah ini
_____________________________________
Dar'ul mafaasid Muqoddamun alaa jalbil mashoolikh
+++++++++++++++++++++++++++++++
Menolak kemungkaran harus di dahulukan daripada
Menarik kebaikan

klausulnya kan jelas,jadi jikalau tahu dengan pasti bahwa bodrek tadi buat mendem
maka hukumnya I'anah alal ma'siyat

jadi meniolak dengan cara berbohong lebih utama daripada menolong yg bukan pada kebaikan



Dwi Handoko

Imam Nawawi berkata:

“Ketahuilah, sesungguhnya berbohong itu sekalipun asalnya haram, akan tetapi dibolehkan pada beberapa keadaan dengan syarat-syarat tertentu.” (al-Adzkar, hal. 325).

Di antara perkara yang dibolehkan untuk berbohong, antara lain:

1. Untuk mendamaikan di antara manusia.

Asal bolehnya hal ini, adalah apa yang diriwayatkan oleh Ummu Kultsum binti Uqbah:

Dari Ummu Kultsum, dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah termasuk pembohong orang yang mendamaikan di antara manusia, berniat baik atau berkata baik.” (HR. Buhari no. 26920)

2. Ketika perang

Perang merupakan tipu muslihat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Perang adalah tipu muslihat.” (HR. Bukhari no. 3030, Muslim no. 1739).

Imam Ibnul Arabi berkata:

“Bohong ketika perang adalah pengecualian yang dibolehkan berdasarkan nash, sebagai keringanan bagi kaum muslimin karena kebutuhan mereka ketika itu.” (Fathul Bari, 6/192, lihat pula ash-Shahihah, 2/86).

3. Antara suami istri

Berdasarkan hadits:

Berkata Ummu Kultsum: “Tidak pernah aku mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidaklah aku anggap seorang itu berbohong apabila bertujuan mendamaikan di antara manusia, berkata sebuah perkataan tiada lain kecuali untuk perdamaian; orang yang bohong ketika dalam peperangan; dan suami yang berbohong kepada istrinya atau istri yang berbohong kepada suaminya.;” (HR. Abu Dawud no. 4921, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 54).

Imam Nawawi berkata:

“Adapun bohong kepada istri, atau istri bohong kepada suami, maka yang diinginkan adalah menampakkan kasih sayang dan janji yang tidak mengikat. Adapun bohong yang tujuannya menipu dengan menahan apa yang wajib ditunaikan atau mengambil yang bukan haknya, maka hal itu diharamkan menurut kesepakatan kaum muslimin.” (Syarah Shahih Muslim, 16/121).



Mbah Pardan Milanistie


Wa'alaikum salam...
urun rembug .

Inilah bohong yang dibolehkan, yakni bohong untuk mewujudkan kemaslahatan atau menghindari bahaya yang lebih besar. Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا

“Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menunbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud menumbuhkan kebaikan:
Ketika ada dua kubu, A dan B yang berseteru, datang C. Dia sampaikan bahwa kepada A tentang B, yang membuat A ridha dan mau memaafkan kesalahan B, dan sebaliknya. Meskipun bisa jadi, C tidak pernah mendengarnya. Semua itu dalam rangka perdamaian. Demikian keterangan di Syarh Sunnah Al-Baghawi.

Dalam riwayat yang lain:

ولم أسمعه يرخص في شيء مما يقول الناس إلا في ثلاث: تعني الحرب، والإصلاح بين الناس، وحديث الرجل امرأته، وحديث المرأة زوجها.

“Belum pernah aku dengar, kalimat (bohong) yang diberi keringanan untuk diucapkan manusia selain dalam 3 hal: Ketika perang, dalam rangka mendamaikan antar-sesama, dan suami berbohong kepada istrinya atau istri berbohong pada suaminya (jika untuk kebaikan).” (HR. Muslim)

Yang dimaksud berbohong antar-suami istri adalah berbohong dalam rangka menampakkan rasa cinta, menggombal, dengan tujuan untuk melestarikan kasih sayang dan ketenangan keluarga. Seperti memuji istrinya hingga tersanjung, atau menampakkan kesenangan bersamanya sampai pasangannya tersipu malu, dst.

Satu yang perlu diberi garis tebal, bukan termasuk bohong yang dibolehkan dalam hadis ini, berbohong untuk mengambil hak pasangannya atau lari dari tanggung jawab. Demikian keterangan An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Al-Hafidz ibnu hajar mengatakan,

وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ الْمُرَاد بِالْكَذِبِ فِي حَقّ الْمَرْأَة وَالرَّجُل إِنَّمَا هُوَ فِيمَا لَا يُسْقِط حَقًّا عَلَيْهِ أَوْ عَلَيْهَا أَوْ أَخْذ مَا لَيْسَ لَهُ أَوْ لَهَا

“Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong antar-suami istri adalah bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Fathul Bari, 5:300)

Sementara bohong ketika perang bentuknya dengan pura-pura menampakkan kekuatan atau menipu musuh dengan strategi perang dst. Dan tidak termasuk bagian ini adalah mengkhianati perjanjian
Baca Selengkapnya >>

404 : PERBEDAAN SHILARROHIM & SHILATURRAOHMI

 PERTANYAAN


Melatiku Suci



assalamu'alaykum. . .Mohon penjelasannya
Apa yaa bedanya (silaturrohim)dan(silaturrohmi
) yai i i?
Mksh jwbannya,

JAWABAN


Agus Sutopo>>>
ada ayat al-qur'an yang menganjurkan pentingnya silaturrahim

(( إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْأِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)) (النحل:90).

وقال سبحانه وتعالى : (( فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ * أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ)) (محمد:23).

adapun shilaturrohmi atau shilaturrohim mana yang benar keduanya sama-sama benar.

essensinya sama yakni shilah (صلة) menyambung dan rahim (الرحيم ) jamaknya arham. Bisa dirujuk ke ilmu bahasa ada polisemi, hipernim dan hiponim.

misalnya poliseninya kue, maka hipernimnya donat, kucur, jemblem dan lain-lain. odol misalnya, hipernimnya pepsodent, ritadent, dll.من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه man kaana yu'minu billahi wal yaumil akhir fal yashil rahimau (sesiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah silaturrahim) hadis riwayat bukhoriمن احب ان يـبسط له فى رزقه وينسأ له فى اثره فليصل رحمه (متفقن عليه)

Artinya: Sesiapa yang ingin dimurahkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia bersilaturrahmi
penjelasan kata ro, ha, mim (رحم )
Ada dua bacaan (1) dibaca rohm dan (2) rihm

Menurut Ibn Manzur dalam lisan al-arab jilid 12, hal. 232, makna رحم adalah kerabat dekat, adapun menurut al-Raghib adalah peranakan tempat bersemanyamnya anak.

(١) قال ابن منظور في لسان العرب ١٢ / ٢٣٢: الرحم (بفتح الراء وكسر الحاء) أسباب
القربة، وأصلها الرحم التي هي منبت الولد، وهي الرحم (بكسر الراء وسكون الحاء)
. الجوهري: الرحم القرابة، والرحم بالكسر مثله.
dari berbagai sumber kamus bahasa makna ro, ha' mim, mengandungi 22 makna


(1)
رحم:
ر ح م: الرَّحْمَةُ الرقة والتعطف و المَرْحَمَةُ مثله وقد رَحِمَهُ بالكسر رَحْمَةً و مَرْحَمَةً أيضا و تَرَحَّمَ عليه و تَرَاحَمَ القوم رَحِمَ بعضهم بعضا و الرَّحَمُوتُ من الرحمة يقال رهبوت خير من رحموت أي لأن تُرهَب خير من أن تُرحَم و الرَّحِمُ القرابة والرحم أيضا بوزن الجسم مثله و الرَّحْمنُ الرَّحِيمُ اسمان مشتقان من الرحمة ونظيرهما نديم وندمان وهما بمعنى ويجوز تكرير الاسمين إذا اختلف اشتقاقهما على وجه التأكيد كما يقال فلان جاد مجد إلا أن الرحمن اسم مختص بالله تعالى ولا يجوز أن يسمى به غيره ألا ترى أنه سبحانه وتعالى قال {قل ادعوا الله أو ادعوا الرحمن} فعادل به الاسم الذي لا يشركه فيه غيره وكان مسيلمة الكذاب يقال له رَحْمَانُ اليمامة و الرَّحِيمُ قد يكون بمعنى المرحوم كما يكون بمعنى الراحم و الرُّحْمُ بالضمة الرحمة قال الله تعالى {وأقرب رحما} و الرُّحُمُ بضمتين مثله
المعجم: مختار الصحاح

(2)
رحم : مرحوم:
اسم مفعول من رحِمَ.
• المرحوم: الميِّت (تفاؤلاً بتمتعه برحمة الله وعفوه) "ذكرى وفاة المرحوم فلان".
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(3)
رحم : رُحْمى:
رحمة، رقَّة القلب وعطف يقتضي المغفرة والإحسان "رُحْماك ياربّ: ارحمني".
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(4)
رحم : رحِمَ يَرحَم، رَحمةً ورُحْمًا، فهو راحِم، والمفعول مَرْحوم:
• رحِم يتيمًا
رقَّ له وعطَف عليه "ضربه بلا رحمة ولا شفقة- كان يوم فتح مكة يوم الرَّحمة- ارْحَمُوا مَنْ فِي الأرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ [حديث]- {كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ}: أوجبها على نفسه كرمًا منه وفضلاً- {وَأَقْرَبَ رُحْمًا} ".
• رحِم اللهُ فلانًا: تعطَّف عليه وأحسن إليه ورزقه " {وَإلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ} " ° رحِمه الله/ الله يرحمه: دعاء للميِّت- يرحمك الله: تشميت للعاطس.
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(5)
رحم : رُحْم:
1 - مصدر رحِمَ.
2 - علاقة القرابة وسببها " {فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا} ".
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(6)
رحم : رَحيم:
ج رحيمون ورُحَماء: صيغة مبالغة من رحِمَ: كثير الرّحمة والشفقة "أبٌ/ شيخٌ رحيم- إنه حاكم عادل بين الناس، رحيم بالضعفاء- {أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ} ".
• الرَّحيم: اسم من أسماء الله الحسنى، ومعناه: الرَّفيق بالمؤمنين، والعاطف على خلقه بالرِّزق، والمثيب على العمل " {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} ".
• القتل الرَّحيم: إنهاء حياة المرضى الميئوس من شفائهم طبِّيًّا.
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(7)
رحم : رَحْمَن:
• الرَّحمن

1 - اسم من أسماء الله الحسنى، ومعناه: ذو الرَّحمة التي لا غايةَ بعدها في الرّحمة، الذي وسعت رحمتُه كلَّ شيء، الذي يُزيح العلل ويُزيل الكروب، العطوفُ على عباده بالإيجاد أوّلاً، وبالهداية إلى الإيمان وأسباب السّعادة ثانيًا، وبالإسعاد في الآخرة ثالثًا، المنعِمُ بما لا يُتصوَّر صدورُ جنسه من العباد " {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} ".
2 - اسم سورة من سور القرآن الكريم، وهي السُّورة رقم 55 في ترتيب المصحف، مدنيَّة، عدد آياتها ثمانٍ وسبعون آية.
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(8)
رحم : رَحْمَة:
ج رَحَمات (لغير المصدر) ورَحْمات (لغير المصدر):
1 - مصدر رحِمَ ° الرَّحمة: نداء لالتماس المغفرة والصفح أو لاستثارة الشفقة- تغمَّده الله برحمته/ انتقل إلى رحمة الله: تُوفِّي، مات- ملائكة الرَّحمة: كناية عن الممرِّضات- وضَعه تحت رحمته/ جعله تحت رحمته: تحكَّم فيه.
2 - خير ونعمة " {وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ} ".
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(9)
رحم : رَحِميَّة:
اسم مؤنَّث منسوب إلى رَحِم: "أواصر/ التهابات رحميّة".
• نزعة رحمِيَّة: نزعة تميل إلى إيجاد علاقة قويَّة ومتينة تجمع بين الأشخاص أو الأشياء.
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(10)
رحم : رَحِم:
ج أَرحام، مؤ رَحِم، ج مؤ أَرحام:
1 - قرابة أو أسبابها "ونحن في الشرق والفصحى بنو رحمٍ ... ونحن في الجُرح والآلام إخوانُ- إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ [حديث]- {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ} " ° أولو الأرحام/ ذوو الأرحام: الأقارب الذين ليسوا من العَصَبة ولا من ذوي الفروض، كبنات الإخوة وبنات الأعمام- صِلَة الرَّحِم: زيارة الأقارب والإحسان إليهم، وعكسها قطيعة الرَّحم.
2 - (حي، شر) عضو عضليّ أجوف غليظ الجدار يوجد في بطن الثدييات، وفيه يتكوّن الجنين وينمو إلى أن يُولد (يذكَّر ويؤنَّث) " {هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ} ".
• حلقتا الرَّحم: (طب) حلقة على فم الفرج عند طرفه والحلقة الأخرى تنضمّ على الماء وتنفتح للحَيْض.
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(11)
رحم : رَحُوم:
صيغة مبالغة من رحِمَ: كثير الرَّحمة (للمذكر والمؤنث).
المعجم: اللغة العربية المعاصر

(12)
رحم : رَحَموت:
شفقة ورحمة عظيمة "رَهبوتٌ خيرٌ لك من رَحَمُوت [مثل]: لأن تُرهَبَ خيرٌ لك من أن تُرْحَمَ لأن الذي يخافه النَّاس يقتضي أن يكون ع�

adapun pecahan kalimat ro' ha' mim ( رحم ) sebagai berikut :

(1) الرَّحْمة (2) المرْحَمَةُ (3) مَرْحومٌ (4)الرَّحْمَنُ (5)الرحيم(6)راحِمٌ (7) رَحِمٌ (8) رُحُماً (9) الرِحْمُ (10) الرُّحْمُ
kesimpulannya dari aspek semiotika-leksikografi perkataan silaturahmi mempunyai arti sama dengan silaturahim hanya saja penyebutan silaturahmi kurang tepat dan yg tepat silaturrahim.sungguhpun ini hanya ijtihad lughawi, klau lepat mohon ngapuro. suwun.

Adapun perkataan silah (صلة) asal kata وصل يصل وصلا atau وصل يصل صلة yang bermakna sambung ( الوصل) lawan darpada putus (ضد القطع). Pada pendapat Ibn Athir yang dimaksud dgn صلة الرحم adalah berbaik-baik kepada kerabat dekat yang masih ada hubungan keluarga ( يقول الإمام ابن الأثير : صلة الرحم هي الإحسان الى الأقربين من ذوي النسب

refrensi dari :

www.piss-ktb.com/2012/02/424-silaturahmi-atau-silaturahim.html
Baca Selengkapnya >>

403 : KEMAKHRUHAN MENIKAHI SAUDARA SEPUPU

PERTANYAAN

Denbagus Al-baihaqi

Assalamu'alaikum

cuma sedikit ingin menegaskan
berarti kalau sepupu perempuan (anak dari kakak perempuan ibu kandung) itu boleh ea dinikahi???


JAWABAN

Wa'alaikum salam

boleh tapi hukumnya makruh

ini illatnya

>> Masaji Antoro

Wa'alaikumsalam

Alasannya :
Karena kecenderungan seseorang memiliki perasaan malu saat intim dengan kelurga dekatnya hingga menimbulkan syahwat yang lemah yang berdampak pada garingnya keturunan.

( قَرَابَةٌ غَيْرُ قَرِيبَةٍ ) لِضَعْفِ الشَّهْوَةِ فِي الْقَرِيبَةِ فَيَجِيءُ الْوَلَدُ نَحِيفًا قَالَ الزَّنْجَانِيُّ وَلِأَنَّ مِنْ مَقَاصِدِ النِّكَاحِ اشْتِبَاكُ الْقَبَائِلِ لِأَجْلِ التَّعَاضُدِ وَاجْتِمَاعِ الْكَلِمَةِ وَهُوَ مَفْقُودٌ فِي نِكَاحِ الْقَرِيبَةِ ،

(Keterangan kerabat yang tidak dekat) karena lemahnya syahwat pada kerabat dekat maka anaknya kelak menjadi garing,
Az-Zanjany berkata “Dan karena tujuan pernikahan mempertautkan kabilah-kabilah yang berselisih serta mempertemukan kalimat dan yang demikian tidak diketemukan dalam pernikahan saudara dekat.
Asnaa al-Mathaalib 14/264

تخيروا لنطفكم غير ذات قرابة قريبة بأن تكون أجنبية، أو ذات قرابة بعيدة لضعف الشهوة في القريبة فيجئ الولد نحيفا.

Pilihlah untuk sperma kalian wanita yang bukan kerabat dekat, wanita yang lain atau wanita kerabat yang jauh karena lemahnya syahwat dalam wanita kerabat yang dekat maka anaknya kelak menjadi garing.
Al-Iqnaa II/65

وقد روى : ( لا تنكحوا القرابة القريبة ، فإن الولد يُخلق ضاوياً ) أي نحيفاً ، وذلك لضعف الشهوة بين القرابة . ذكر هذا الشربيني في شرحه لمنهاج النووي .
لكن ذكر ابن الصلاح أنه لم يجد لهذا الحديث أصلاً معتمداّ ، وقد ذكره ابن الأثير في كتابه [ النهاية في غريب الحديث والأثر ولا يطعن في هذا الحكم أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قد زوّج فاطمة من على رضي الله عنهما ، لأنه فعل ذلك لبيان الجواز ، أو لأنه ليس بينهما قرابة قريبة جداً ، ففاطمة هي بنت ابن عم علي ، فهي بعيده عنه بالجملة .

Diriwayatkan dalam sebuah hadits “Janganlah kalian nikahi wanita kerabat yang dekat karena anak kelak tertitahkan garing, yang demikian karena akibat lemahnya syahwat pada wanita kerabat dekat, keterangan ini yang dituturkan as-Syarbiny dalam Kitab Syarhnya al-Manhaj an-Nawawy.
Namun Ibn Shalah menyatakan bahwa hadits ini tidak didapati asal kepastiannya, Ibn Atsir mengelompokkannya kedalam Kitab an-Nihaayah Fi Ghoriib al-Hadiits wal Atsaar (kitab yang menerangkan aneka hadits-hadits yang asing)
Dan tidak tercemarkan kehormatannya oleh hukum ini menikahkannya baginda Nabi SAW putri beliau, Fathimah atas Sayyidina Ali ra, karena beliau menjalani dengan tujuan menerangkan kelegalan pernikahannya atau karena diantara keduanya sudah bukan kerabat dekat sebab Fathimah adalah anak perempuan dari anak paman Sayyidina Ali yang artinya sudah tergolong kerabat jauh.
Al-Fiqh al-Manhaji IV/26

( لَيْسَتْ قَرَابَةَ قَرِيبَةٍ ) لِخَبَرِ فِيهِ النَّهْيُ عَنْهُ وَتَعْلِيلُهُ بِأَنَّ الْوَلَدَ يَجِيءُ نَحِيفًا لَكِنْ لَا أَصْلَ لَهُ وَمِنْ ثَمَّ نَازَعَ جَمْعٌ فِي هَذَا الْحُكْمِ بِأَنَّهُ لَا أَصْلَ لَهُ وَبِإِنْكَاحِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ وَيُرَدُّ بِأَنَّ نَحَافَةَ الْوَلَدِ النَّاشِئَةِ غَالِبًا عَنْ الِاسْتِحْيَاءِ مِنْ الْقَرَابَةِ الْقَرِيبَةِ مَعْنًى ظَاهِرٌ يَصْلُحُ أَصْلًا لِذَلِكَ وَعَلِيٌّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ قَرِيبٌ بَعِيدٌ إذْ الْمُرَادُ بِالْقَرِيبَةِ مَنْ هِيَ فِي أَوَّلِ دَرَجَاتِ الْخُؤُولَةِ وَالْعُمُومَةِ وَفَاطِمَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا بِنْتُ ابْنِ عَمٍّ فَهِيَ بَعِيدَةٌ وَنِكَاحُهَا أَوْلَى مِنْ الْأَجْنَبِيَّةِ لِانْتِفَاءِ ذَلِكَ الْمَعْنَى مَعَ حُنُوِّ الرَّحِمِ

(Keterangan Yang bukan kerabat dekat) berdasarkan hadits yang melarangnya dengan alasan mengakibatkan keturunan yang garing.
Namun keberadaan hadits ini dipertentangkan oleh banyak ulama disamping alasan menikahkannya baginda Nabi SAW putri beliau, Fathimah atas Sayyidina Ali ra,

Yang dimaksud dengan garungnya keturunan diatas adalah arti dhahirnya bahwa perasaan yang muncul pada umumnya sebab rasa malu akan timbul pada kerabat dekat..

Sedang Ali tergolong kerabat jauh sebab yang dimaksud kerabat dekat adalah orang-orang yang sejajar dalam garis derajat persaudaraan dan kepamanan, Fathimah ra adalah putri dari anak paman Ali maka ia tidak dalam garis sejajar, tergolong kerabat jauh yang menikahinya lebih utama ketimbang menikahi wanita lain sebab pengertian kerabat dekat diatas telah tertepiskan.
Tuhfah al-Muhtaaj 29/188


>> Miftahul Arifin Hasan

Masaji Antoro : Kalo "Illat" berupa "memiliki perasaan malu saat intim dengan kelurga dekatnya" itu tak ada... Apakah kemakruhan itu bisa hilang..??

>> Masaji Antoro

Kang Miftah ~ Pernikah dengan gen yang berjauhan lebih dapat menghasilkan keturunan-keturan yang cemerlang

اغْتَرِبُوا لا تُضْوُوا ( في الأصل : [ اغتربوا ولا تُضْووا ] وقد أَسقطنا الواو حيث سقطت من ا واللسان والهروي ] ) أي تزوَّجوا الغَرَائب دون القَرَائب فإن ولد الغريبةِ أنْجبُ وأقْوَى من ولدِ القَرِيبة . وقد أضْوَت المرأة إذا ولدت ولداً ضعيفا . فمعنى لا تُضْووا : لا تأْتُوا بأولادٍ ضاوين : أي ضُعفاء نُحفَاء والواحدُ : ضاوٍ
- ومنه الحديث [ لا تَنْكِحُوا القَرَابةَ القَريبَة فإن الولد يُخْلق ضاوِياً ]

An-Nihaayah Fi Ghoriib al-Atsaar III/228

8 - وأن لا تكون ذات قرابة قريبة ، لحديث : لا تنكحوا القرابة القريبة فإن الولد يخلق ضاويا (4) . وصرح الحنابلة باستحباب اختيار الأجنبية فإن ولدها أنجب .

Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 24/61

>> Abdullah Afif

Dalam Kitab Ihyaa 2/300, maktabah syamilah:

الثامنة أن لا تكون من القرابة القريبة فإن ذلك يقلل الشهوة قال صلى الله عليه وسلم (لا تنكحوا القرابة القريبة فإن الولد يخلق ضاويا) وقال معناه تزوجوا الغرائب قال ويقال اغربوا لا تضووا أي نحيفا وذلك لتأثيره في تضعيف الشهوة فإن الشهوة إنما تنبعث بقوة الإحساس بالنظر واللمس وإنما يقوى الإحساس بالأمر الغريب الجديد فأما المعهود الذي دام النظر إليه مدة فإنه يضعف الحس عن تمام إدراكه والتأثر به ولا تنبعث به الشهوة

Adapun mengenai hadits:

لا تنكحوا القرابة القريبة فإن الولد يخلق ضاويا

Al hafizh Al 'Iraqi dalam takhrij Ihya

حديث لا تنكحوا القرابة فإن الولد يخلق ضاويا قال ابن الصلاح لم أجد له أصلا معتمدا قلت إنما يعرف من قول عمر أنه قال لآل السائب قد أضويتم فانكحوا في النوابغ رواه إبراهيم الحربي في غريب الحديث.

Sementara Sayyid Murtadha az Zabidi dalam Ittihaaf juz V halaman 349, Mu`assasah At Taarikh al 'Arabi Beirut
وما رواه الحربي رواه أبو نعيم في فضل النفقه على البنات كذا بخط الحافظ ابن حجر

Dan Al hafizh Ibn Hajar dalam At Talkhiish al Habiir juz III halaman 304
حديث : { لا تنكحوا القرابة القريبة ، فإن الولد يخلق ضاويا }. هذا الحديث تبع في إيراده إمام الحرمين هو والقاضي الحسين ، وقال ابن الصلاح : لم أجد له أصلا معتمدا انتهى .

وقد وقع في غريب الحديث لابن قتيبة قال : جاء في الحديث : { اغربوا لا تضووا }وفسره فقال هو من الضاري وهو النحيف الجسم يقال أضوت المرأة إذا أتت بولد ضاو والمراد انكحوا في الغرباء ولا تنكحوا في القريبة .

وروى ابن يونس في تاريخ الغرباء في ترجمة الشافعي عن شيخ له عن المزني ، عن الشافعي قال : أيما أهل بيت لم تخرج نساؤهم إلى رجال غيرهم ، كان في أولادهم حمق ، وروى إبراهيم الحربي في غريب الحديث عن عبد الله بن المؤمل ، عن ابن أبي مليكة قال : قال عمر لآل السائب . قد أضوأتم فانكحوا في النوابغ ، قال الحربي : يعني تزوجوا الغرائب

refrensi dari :
http://www.piss-ktb.com/2012/10/1917-nikah-alasan-kemakruhan-menikahi.html
Baca Selengkapnya >>

402 : 42 HADITS DLM KITAB ARBA'IN ANNAWAWIY 30 - 35

oleh : Cikong Mesigit

HADITS KETIGAPULUH

عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِي جُرْثُوْمِ بْنِ نَاشِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ اللهَ تَعَالَى فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُوْداً فَلاَ تَعْتَدُوْهَا، وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوا عَنْهَا.

[حديث حسن رواه الدارقطني وغيره] .

Dari Abi Tsa’labah Al Khusyani Jurtsum bin Nasyir radhiallahuanhu, dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dia(abi tsa'laba) berkata : Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan kewajiban-kewajiban, maka janganlah kalian mengabaikannya, dan telah menetapkan batasan-batasannya janganlah kalian melampauinya, Dia telah mengharamkan segala sesuatu, maka janganlah kalian melanggarnya, Dia mendiamkan sesuatu sebagai kasih sayang buat kalian dan bukan karena lupa jangan kalian mencari-cari tentangnya .

(Hadits hasan riwayat Daruquthni dan lainnya


HADITS KETIGAPULUH SATU

عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
: ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .

[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث

Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata : Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata : Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.

(Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan) .


HADITS KETIGAPULUH DUA

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ سعْدُ بْنِ سِنَانِ الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلَّمَ قَالَ : لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

[حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه وَالدَّارُقُطْنِي وَغَيْرُهُمَا مُسْنَداً، وَرَوَاهُ مَالِك فِي الْمُوَطَّأ مُرْسَلاً عَنْ عَمْرو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْقَطَ أَبَا سَعِيْدٍ وَلَهُ طُرُقٌ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضاً]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Sa’id, Sa’ad bin Sinan Al Khudri radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain“

(Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni serta selainnya dengan sanad yang bersambung, juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Muwattho’ secara mursal dari Amr bin Yahya dari bapaknya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, dia tidak menyebutkan Abu Sa’id. Akan tetapi dia memiliki jalan-jalan yang menguatkan sebagiannya atas sebagian yang lain).


HADITS KETIGA PULUH TIGA

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم : لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ، لاَدَّعَى رِجَالٌ أَمْوَالَ قَوْمٍ وَدِمَاءَهُمْ، لَكِنَّ الْبَيِّنَةَ عَلَى الْمُدَّعِيْ وَالْيَمِيْنَ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ

[حديث حسن رواه البيهقي وغيره هكذا، وبعضه في الصحيحين]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Seandainya setiap pengaduan manusia diterima, niscaya setiap orang akan mengadukan harta suatu kaum dan darah mereka, karena itu (agar tidak terjadi hal tersebut) maka bagi pendakwa agar mendatangkn bukti dan sumpah bagi yang mengingkarinya

(Hadits hasan riwayat Baihaqi dan lainnya yang sebagiannya terdapat dalam As Shahihain(shohih bukhori&muslim)).

HADITS KETIGA PULUH EMPAT

عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.

(Riwayat Muslim).


HADITS KETIGAPULUH LIMA

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً . الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ . التَّقْوَى هَهُنَا –وَيُشِيْرُ إِ
لَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

[رواه مسلم]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan. Dan janganlah kalian menjual sesuatu yang telah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu disini (seraya menunjuk dadanya sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.

(HR. Muslim).
Baca Selengkapnya >>

401. LINK KITAB LISTRIK

LINK KITAB LISTRIK

1. Fiqih

Asbaabun Nuzul

http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=468&bk_no=63

Al - Umm

http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=6127&bk_no=31


Al - Itqon

http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=599&bk_no=68


Al - I'tishom


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=145&bk_no=109



2. Tafsir


Tafsir Al - Kabir


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=5472&bk_no=132


Tafsir Al = Baghowi


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=2184&bk_no=51


Tafsir Ibnu Katsir


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=1989&bk_no=49


Tafsir At - Thobari


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=5117&bk_no=50


Tafsir Al - Qurthuby


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=3879&bk_no=48


Tafsir Fat-hul Qodir


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=861&bk_no=66 3.


Fiqih Syafi'i Tuhfatul Muhtaj


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=11790&bk_no=20


Tadriibur Roowi


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=521&bk_no=88


Roudlotut Tholibin


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=2323&bk_no=95


Majmu' syarah Al-Muhadzdzab


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=6504&bk_no=14


Fathul Mughits


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=380&bk_no=82


Al-Haawy


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=9547&bk_no=94


Nihayatul Muhtaj


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=9917&bk_no=25


Al-Mughni Li Ibnil Qudamah


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=7806&bk_no=15


I'anah At-Tholibin


http://maktabah.jundumuhammad.net/toc.php?vcid=5&vbid=22


Hasyiyah Sulamul Munawwaroq


http://baleilmu-darulfikar.blogspot.com/2011/08/blog-post_3578.html


4. Hadits


Shohih Bukhory


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=13851&bk_no=52


Shohih Muslim


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=8651&bk_no=53


Sunan Ibnu Majah


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=8007&bk_no=54


Sunan Abu Dawud


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=9147&bk_no=55


Sunan At-Tirmidzi


http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=7799&bk_no=56



Sunan An-Nasa-i



http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=6820&bk_no=57




Muwaththo Malik



http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=3918&bk_no=77




Tamhid Muwaththo



http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=1892&bk_no=78



Bujairimi "Alal Khotib




http://dar.bibalex.org/webpages/mainpage.jsf?PID=DAF-Job:154813&q= http://islamport.com/d/2/shf/1/19/1271.html




Nashbur Rooyah




http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=9&ID=50




Llisanul 'Arob




http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=1&idfrom=1&idto=9305&bk_no=122




Syarah Al-Hikam



http://alhikam0.tripod.com/index.html




Asybah Wannadhoir




www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=1&idto=686&lang=&bk_no=36&ID=1




At-Tarmasi




http://ismailahsani.blogspot.com/

===========

Tersedia juga kitab listrik via Marji'ul Akbar Versi ketiga :

Marji'ul Akbar lebih bagus dari Maktabah Syamilah. Sebab:
1. Pencarian secepat kilat,
2. Teks nyaris tidak ada salah,
3. Dikeluarkan oleh sunni (bukan W#h#b!).

Dan kini sudah ada versi terbaru (3.0) baru beberapa hari yang lalu kami dapat. Silakan yang mau download di http://www.ibtesama.com/vb/showthread-t_345035.html (4 Gb)
atau copy langsung dari perangkat teman lebih mudah, cepat dan hemat.


Setelah download silakan install, yang belum tahu cara install silakan dowload tutorialnya di sini :
http://www.mediafire.com/?o0lg82klhvuagz6

atau jika windows anda belum arabic silakan tutorialnya di sini:
http://www.mediafire.com/?ehkhrjw4rzo5o5g

source :
1. http://www.facebook.com/groups/109941949129811/doc/155534317903907/
2. http://www.facebook.com/groups/kasarung/permalink/483135565044520/
Baca Selengkapnya >>

Selasa, 27 November 2012

400 : APA BEDANYA ULAMA & ILMUWAN

PERTANYAAN 


Nunu Nurul Qomariyah


Assalamu'alaikum

dari pada sepi yuk berfikir,
Ulama dan Ilmuwan apa bedanya ya?


JAWABAN

Siroj Munir

Dalam bahasa arab, sebenarnya nggak ada bedanya antara orang yang pandai dalam ilmu agama ataupun ilmu umum, dua-duanya dikatakan "alim".. hanya saja dalam penggunaannya dalam Bahasa Indonesia, kata "alim" dikhususkan bagi orang yang pandai dalam ilmu agama, sedangkan "ilmuwan" untuk orang yang pandai dalam ilmu umum. Di arab, seorang ilmuwan seperti Isaac Newton dianggap sebagai salah satu diantara ulama' yang masyhur dibarat ( MIN ASYHARIL ULAMA' AL-GHORBIYYIN)




Cikong Mesigit

LHA WONG PODO WAE KO,,
Cuma dalam istilah bahsa indonesia saja yang mungkin berbeda,lumrahnya ilmuwan di kategorikan dalam jenis ilmu formal.padahal dalam lughowi arobiyyahnya 'ULAMA ya artinya PARA ILMUWAN.
Baca Selengkapnya >>

399 : PENGERTIAN BERBAGAI HADITS

PERTANYAAN 


Déåñdrå Shålshåby


ASSALAMU ALAIKUM

BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM

Santri baru mau tanya,,,=>>


1, Apa itu hadits shahih, hasan, maudhu, dhoif dll ??
2, dan KENAPA hadits di katakan demikian,,??
Mohon penerangannya,,
Atas jawabannya saya ucapkan,,Trimakasih,,dan JAzakaallahu khoer,,


JAWABAN

Muhsin Amrin

saya coba jawab menurut pengetahuan/ ilmu saya,, para ahli hadits membuat derajat atau tingkatan ke afsahan hadits tersebut..

hadits shohih adalah peringkat hadits yang sangat baik dan dapat digunakan dalam segala hal. hadits hasan derajatnya dibawah hadits shohih yaitu derajat
hadits yang baik isinya dapat digunakan dalam segala hal.

hadits maudu' adalah hadits palsu yaitu bukan berasal dari nabi, jadi tidak boleh diamalkan. sedangkan hadits dhoif adalah derajat haditsnya yang lemah, namun hadits dhoif asalnya tetap dari nabi cuma statusnya lemah, hadits dhoif ini boleh digunakan untuk fadhilah2 amal, dalam hal hadits dhoif ini diterangkan oleh imam an-nawawi dalam muqoddimah hadits arbain, An-nawawi berkata: Ulama telah sepakat bahwa bolehnya memakai hadits dhoif dalam perkara fadhilah2 amal (amal2an yang sunnat), begitu juga dengan ibnu hajar asqolani mengatakan hal yang sama didalam fat-hul bari' tentang hal hadits dhoif..
Baca Selengkapnya >>

Senin, 26 November 2012

398 : KESUNNAHAN DALAM SHOLAT

PERTANYAAN


Nunu Nurul Qomariyah

Assalamu'alaikum

apa saja kesunnahan dalam sholat

monggo ^_^




JAWABAN
Sanusi El Ruzy

sunah dilihat dari waktu terjadinya ada 3

1. Sunah sebelum s0lat
2. Sunah di tengah2 s0lat
3. Sunah setelah s0lat.

Di tengah2 s0lat sperti yg kita ketahui ada sunah Ab'adh dan sunah hai'ah.
bila di rangkum ada 32 sunah baik gerakan atau ucapan.

(Lihat: At-Taqrirot As-Sadidah Fi Masa'ilil Mufidah.)


Kami dapat ta'bir seperti ini.

ثانيا السنن التي في اثناء الصلاة كثرة.وقد تقدم أنها تنقسم إلى قسمين:هيىأت و أبعاض
1.رفع اليدين: ويسن في أربعة مواضع:عند تكبيرة الإحرام, عند الركوع, عند الإعتدال, عند القيام من التشهد الأول. و يفوت وقتها بانتهاء التكبير.
2.وضع اليد اليمنى مع أصابعها على كوع اليسرى قابضا لها اسفل الصدر
3.النظر إلى موضع السجود
4.فتح بصره و عدم تغميضه
5.سكتات الصلاة. و يسن للمصلي أن يسكت في صلاته ست سكتات* كل سكتة بقدر سبحان الله و هي:
*بين تكبير الإحرام و دعاء الإفتتاح
*بين دعاء الإفتباح و التعوذ
*بين التعوذ و الفاتحة
*بين آخر الفاتحة و آمين
*بين آمين و سورة
*بين سورة و الركوع
6.دعاء الإفتتاح
7. التعوذ
8. أن يقف على روءوس الآي. أثناء القراءة للإتباع
9. التأمين
10.قراءة شيء من القرآن بعد الفاتحة
11.سوءال الرحمة عند آية الرحمة,و الإستعاذة عند آية العذاب
12.الجهر في موضعه و الإسرار في موضعه
13.سكوت المأموم و إنصاته لقراءة إمامه
14.قراءة الفاتحة للمأموم بعد التأمين
15.تطويل الركعة الأولى على الثانية
16.تكبيرات الإنتقالات
17.التسميع عند الإعتدال و هو قول سمع الله لمن حمده
18.يسن في الركوع مد الظهر و العنق و نصب ساقيه و فخذيه و التفريق بينهما بقدر شبر وأخذ ركبتيه بيديه و كشفهما و تفريق الأصابع تفريقا و سطا و توجيهها للقبلة و فتح بصره و ان يجافي الرجل مرفقيه عن جنبيه و بطنه عن فخذيه و النظر إلى موضع سجوده و ترك خفض رأسه و الذكر المأثور.
19.يسن في الإعتدال إرسال يديه فيه وأن يقول حال رفع رأسه سمع الله لمن حمده
20.و يسن القنوت في موضعه و كونه بلفظ الجمع
21.يسن في السجود وضع ركبتيه ثم يديه ثم جبهته و أنفه معا و أن تكون يداه منشورتين لا مقبوضتين و أن تكون أصابعهما مضمومة لا مفرقة و أن تكون متجهة إلى القبلة و أن يجافي الرجل بين مرفقيه و جنبيه و بين بطنه و فخذيه و أن يرفع ساعديه عن العرض. و عكسه المرأة.... إلى أن قال.... و التسبيح و أن يأتي بالذكر المأثور و ان يجتهد في الدعاء

22.يسن في الجلوس بين السجدتين الإفتراش
23.يسن في التشهد الأخير التورك
24.يسن الدعاء بعد التشهد و قبل السلام.و لا يطوله زيادة على قدر التشهد و الصلاة على النبي صلى الله عليه و سلم.
25.يسن في السلام أن يبتدىء به و وجهه مستقبل القبلة. و التسليمة الثانية و الإلتفات بحيث يرى خده في التسليمتين من الخلف
26.و تسن جلسة الإستراحة في كل ركعة يقوم بعدها و وقتها عند القيام من الركعة الأولى و الثالثة.
27.و يسن التشهد الأول. ويسن فيه ما تقدما في التشهد الأخير إلا الصلاة على الآل.
28.الإعتماد بيديه على الأرض عند القيام من سجود أو تشهد أو استراحة.
29.التسبيح من الرجل و التصفيق من المرأة إذا نابهما شيء
30.الخشوع في كل الصلاة
31.التزين و التجمل فيها
32.أن يصلي إلى سترة.
(التقريرات السديدة في المساءىل المفيدة ص237-249-)




Mbah Pardan Milanistie

40 Kesunnahan Sholat

SUNNAH – SUNNAH SHOLAT
i. AB’AD : Kesunnahan yang jika
terlupakan dianjurkan untuk
sujud sahwi
1. Tasyahud Awal
2. Duduk dalam tasyahud
awal
3. Membaca sholawat pada
nabi dalam tasyahud awal
4. Membaca sholawat pada
keluarga nabi dalam tasyahud
kedua
5. Membaca doa qunut
6. Berdiri ketika qunut
ii. HAI'AT : Kesunnahan selain
yang tersebut di atas
1. Mengangkat kedua
tangan ketika takbirotul
ihrom sejajar dengan
bahu
2. Menghadapkan jari –
jari telapak tangan ke
arah kiblat
3. Merenggangkan jari –
jari tangan
4. Meletakkan tangan
kanan di atas tangan kiri
setelah takbir
5. Meletakkan tangan di
bawah dada di atas
perut
6. Melihat pada tempat
sujudnya
7. Membaca Doa Iftitah
8. Membaca Ta’awwudz
9. Membaca surat Al
Fatihah dan surat
lainnya dengan jahr
(keras) pada sholat-
sholat yang dianjurkan
untuk mengeraskannya
(sholat jahriyyah)
10. Membaca Ta’min
“Amiin” setelah surat Al
Fatihah
11. Mengeraskannya pada
sholat jahriyyah
12. Membaca surat lain
setelah surat Al Fatihah
pada rokaat pertama
dan kedua
13. Takbir ketika rukuk
dengan mengangkat
tangan
14. Meletakkah dua telapak
tangan pada dua lutut
ketika rukuk
15. Membaca tasbih dalam
rukuk
16. Memanjangkan
punggung dan leher
ketika rukuk
(meluruskannya)
17. Membaca “Sami’alloohu
liman hamidah” ketika
i’tidal
18. Mengangkat tangan
ketika i’tidal
19. Takbir ketika sujud
20. Ketika sujud meletakkan
kedua lutut dahulu, lalu
kedua telapak tangan,
lalu dahi kemudian
hidung secara berurutan
21. Merapatkan jari-jari
tangan ketika sujud
22. Menghadapkan jari-jari
tangan ke arah kiblat
23. Merenggangkan paha
dengan perut ketika
sujud dan rukuk bagi
lelaki
24. Membaca tasbih ketika
sujud
25. Membaca takbir ketika
bangun dari sujud
26. Duduk iftirosy ketika
duduk antara dua sujud
27. Berdoa di dalam duduk
iftirosy : Robbighfirlii
warhamnii wajburnii
warfa’nii …
28. Duduk istirohah setelah
sujud ke dua ketika akan
berdiri ke rokaat
selanjutnya
29. Bertumpu pada kedua
tangan ketika akan
berdiri
30. Membaca takbir ketika
bangun dari tasyahud
awal
31. Mengangkat tangan
ketika takbir setelah
berdiri dari tasyahud
awal
32. Duduk iftirosy ketika
tasyahud awal
33. Mengangkat jari telunjuk
kanan dalam tasyahud
ketika bacaan tauhid
“illalloh”, tanpa digerak-
gerakkan.
34. Jari telunjuk agak
dilengkungkan, tidak
terlalu lurus
35. Duduk tawarruk dalam
tasyahud akhir
36. Meletakkan kedua
tangan di atas paha
ketika tasyahud
37. Jari-jari tangan kanan
dalam posisi
menggenggam kecuali
telunjuk
38. Membaca doa setelah
tasyahud akhir “Ya
muqollibal quluub
tsabbit qolbii ‘alaa
diinik”, dll
39. Mengucap salam kedua
40. Menoleh ke kiri dan ke
kanan ketika mengucap
kedua salam
Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang mendirikan
shalat,
Ya Tuhan Kami, kabulkanlah doaku.
Sejelek-jelek kelakuan di dunia adalah
kekufuran karena di akhirat akan
teradzab selama-lamanya dalam neraka.
Termasuk penyebab kekufuran yang
Allah murkai adalah meninggalkan
perintah sholat lima waktu.
Di dalam hadits :
ﺎَﻨَﻨْﻴَﺑ ﻱِﺬَّﻟﺍ ُﺪْﻬَﻌْﻟﺍ
ْﻦَﻤَﻓ ُﺓَﻼَّﺼﻟﺍ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑَﻭ
َﺮَﻔَﻛ ْﺪَﻘَﻓ ﺎَﻬَﻛَﺮَﺗ
“Perjanjian di antara kita (muslim)
dan mereka (orang kafir) adalah
sholat. Maka barang siapa
meninggalkannya sungguh dia telah
kafir”
ﺖﺒﺛﻭ ﻲﻓ ﻦﻴﺤﻴﺤﺼﻟﺍ ﻦﻋ
ﻲﺑﺃ ﺓﺮﻳﺮﻫ ﻲﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻨﻋ : َّﻥَﺃ ًﻼُﺟَﺭ َﻞَﺧَﺩ
َﺪِﺠْﺴَﻤْﻟﺍ ُﻝْﻮُﺳَﺭَﻭ ِﻪﻠﻟﺍ
ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ
ٌﺲِﻟﺎَﺟ ،ِﻪْﻴِﻓ ﻰَّﻠَﺼَﻓ
ُﻞُﺟَّﺮﻟﺍ َّﻢُﺛ َﺀﺎَﺟ َﻢَّﻠَﺴَﻓ
ﻰَﻠَﻋ ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ َّﺩَﺮَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ
،َﻡَﻼَّﺴﻟﺍ َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ : ْﻊِﺟْﺭِﺇ
ِّﻞَﺼَﻓ َﻚَّﻧِﺈَﻓ ْﻢَﻟ .ِّﻞَﺼُﺗ
َﻊَﺟَﺮَﻓ ﻰَّﻠَﺼَﻓ ﺎَﻤَﻛ ،ﻰَّﻠَﺻ
َّﻢُﺛ َﺀﺎَﺟ َﻢَّﻠَﺴَﻓ ﻰَﻠَﻋ
ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ
ﻢﻠﺳﻭ َّﺩَﺮَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ
،َﻡَﻼَّﺴﻟﺍ َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ : ْﻊِﺟْﺭِﺇ
ِّﻞَﺼَﻓ َﻚَّﻧِﺈَﻓ ْﻢَﻟ .ِّﻞَﺼُﺗ
َﻊَﺟَﺮَﻓ ﻰَّﻠَﺼَﻓ ﺎَﻤَﻛ ،ﻰَّﻠَﺻ
َّﻢُﺛ َﺀﺎَﺟ َﻢَّﻠَﺴَﻓ ﻰَﻠَﻋ
ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ
ﻢﻠﺳﻭ َّﺩَﺮَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ
،َﻡَﻼَّﺴﻟﺍ َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ : ْﻊِﺟْﺭِﺇ
ِّﻞَﺼَﻓ َﻚَّﻧِﺈَﻓ ْﻢَﻟ ِّﻞَﺼُﺗ َﺙَﻼَﺛ
،ٍﺕﺍَّﺮَﻣ َﻝﺎَﻘَﻓ ﻲِﻓ
ِﺔَﺜِﻟﺎَّﺜﻟﺍ : َﻚَﺜَﻌَﺑ ﻱِﺬَّﻟﺍَﻭ
ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ َﻝْﻮُﺳَﺭﺎَﻳ ِﻪﻠﻟﺍ
ﺎَﻣ ُﻦِﺴْﺣُﺃ ُﻩَﺮْﻴَﻏ
،ﻲِﻨْﻤِّﻠَﻌَﻓ َﻝﺎَﻘَﻓ ﻰﻠﺻ
ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ : ﺍَﺫِﺇ
َﺖْﻤُﻗ ﻰَﻟِﺇ ِﺓَﻼَّﺼﻟﺍ ،ْﺮِّﺒَﻜَﻓ
َّﻢُﺛ ْﺃَﺮْﻗﺍ ﺎَﻣ َﺮَّﺴَﻴَﺗ َﻚَﻌَﻣ
َﻦِﻣ ،ِﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ َّﻢُﺛ ْﻊَﻛْﺭﺍ
ﻰَّﺘَﺣ َّﻦِﺌَﻤْﻄَﺗ ،ﺎًﻌِﻛﺍَﺭ َّﻢُﺛ
ْﻊَﻓْﺭﺍ ﻰَّﺘَﺣ َّﻝِﺪَﺘْﻌَﺗ
،ﺎًﻤِﺋﺎَﻗ َّﻢُﺛ ْﺪُﺠْﺳﺍ ﻰَّﺘَﺣ
َّﻦِﺌَﻤْﻄَﺗ ،ﺍًﺪِﺟﺎَﺳ َّﻢُﺛ
ْﺲِﻠْﺟﺍ ﻰَّﺘَﺣ َّﻦِﺌَﻤْﻄَﺗ
ﺎًﺴِﻟﺎَﺟ ، َّﻢُﺛ ْﺪُﺠْﺳﺍ ﻰَّﺘَﺣ
َّﻦِﺌَﻤْﻄَﺗ ،ﺍًﺪِﺟﺎَﺳ ْﻞَﻌْﻓﺍَﻭ
.ﺎَﻬِّﻠُﻛ َﻚِﺗَﻼَﺻ ْﻲِﻓ َﻚِﻟﺫ
Di dalam kitab Shohih Bukhori –
Muslim disebutkan Hadits yang
diriwayatkan Sayyidina Abu
Huroiroh RA :
“Suatu ketika seorang lelaki
masuk ke dalam masjid
sedangkan Rosulullah SAW
duduk didalamnya. Kemudian
lelaki tersebut sholat, lalu
menghampiri Nabi SAW sambil
mengucap salam.
Maka Nabi menjawab salamnya
dan berkata “Kembalilah sholat
karena kamu belum sholat”.
Lelaki tersebut kembali untuk
sholat seperti semula, lalu
datang lagi kepada Nabi dan
mengucap salam. Nabi SAW
menjawab salamnya dan
berkata “Kembalilah sholat
karena kamu belum sholat”.
Lelaki tersebut kembali untuk
sholat ketiga kalinya, lalu
datang lagi kepada Nabi dan
mengucap salam. Nabi SAW
menjawab salamnya dan
berkata “Kembalilah sholat
karena kamu belum sholat”.
Nabi mengulanginya tiga kali.
Kemudian berkata lelaki
tersebut : “Demi Dzat yang
mengutusmu dengan benar Ya
Rosulallah, saya tidak bisa
sholat lebih baik dari ini, maka
ajarilah saya”
Bersabda Rosulullah : “ Jika
engkau berdiri untuk sholat
maka bertakbirlah, lalu bacalah
Al Qur’an, kemudian rukuklah
dengan tumakninah, kemudian
berdirilah sampai tegak,
kemudian sujudlah dengan
tumakninah, kemudian
duduklah dengan tumakninah,
kemudian sujudlah dengan
tumakninah. Lakukanlah semua
itu dalam sholatmu”




Hamba Sahaya

wa'alaikum salam,,,nderek nyimak mbak nunu,sekalian nderek urun rembug,kalau sunnatnya(didalam sholat,)saya kira antara sunnat ab'adh dan sunnat haiat sudah di terangkan mbah pardan,
dan itu sudah hampir lengkap,akan tetapi perlu kita ketahui masih,ada beberapa sunnat yg lainnya,SUNNA DUKHUULU SHOLATIN BINASHAATHIN LI ANNAHUU TA'AALAA DZAMMA TAARIKIIHI BIQOULIHII WAIDZA QOOMUU ILASSHOLAATI QOOMU KUSAALA,WAL KASLUL FUTUURU WATTAWAANII WAFIROOGHU QOLBIN MINASSHAWAAGHILI LIANNAHU AQROBU ILALL KHUSYU'..ketika hendak sholat di sunnatkan( dengan penuh semangat) karena Alloh mencela orang2 yang meninggalkannya,dengan firmanNya:" apabila mereka berdiri untuk sholat,mereka berdiri dengan malas,(An Nisa 142)arti kasal ialah " kurang semangat atau malas " ,kemudian harus dengan hati yg kosong dr kebimbangan duniawi,sebab yang demikian itu lebih mendekatkan pada khusyuk...

Di terangkan juga masih ada sunnat2 yang lainnya seperti : memahami arti bacaan sholat,memusatkan pada telunjuknya ketika mengangkatnya kala tasyahud,(Fathul mu'in)
Baca Selengkapnya >>

Sabtu, 24 November 2012

397 : HUKUM PEMBERIAN HADIAH HARI RAYA ORANG KAFIR

PERTANYAAN

Narti Khoir

Assalamualaikum...bolehkah seorang majikan muslim memberikan THR (tunjangan natal,galungan dlsb) kepada karyawannya yg non muslim?



JAWABAN

Siroj Munir

MADZHAB HANAFI

قَالَ - رَحِمَهُ اللَّهُ - (وَالْإِعْطَاءُ بِاسْمِ النَّيْرُوزِ وَالْمِهْرَجَانِ لَا يَجُوزُ) أَيْ الْهَدَايَا بِاسْمِ هَذَيْنِ الْيَوْمَيْنِ حَرَامٌ بَلْ كُفْرٌ، وَقَالَ أَبُو حَفْصٍ الْكَبِيرُ - رَحِمَهُ اللَّهُ - لَوْ أَنَّ رَجُلًا عَبَدَ اللَّهَ خَمْسِينَ سَنَةً ثُمَّ جَاءَ يَوْمُ النَّيْرُوزِ، وَأَهْدَى لِبَعْضِ الْمُشْرِكِينَ بَيْضَةً يُرِيدُ بِهِ تَعْظِيمَ ذَلِكَ الْيَوْمِ فَقَدْ كَفَرَ، وَحَبِطَ عَمَلُهُ، وَقَالَ صَاحِبُ الْجَامِعِ الْأَصْغَرِ إذَا أَهْدَى يَوْمَ النَّيْرُوزِ إلَى مُسْلِمٍ آخَرَ، وَلَمْ يُرِدْ بِهِ التَّعْظِيمَ لِذَلِكَ الْيَوْمِ، وَلَكِنْ مَا اعْتَادَهُ بَعْضُ النَّاسِ لَا يَكْفُرُ، وَلَكِنْ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ لَا يَفْعَلَ ذَلِكَ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ خَاصَّةً، وَيَفْعَلُهُ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ كَيْ لَا يَكُونَ تَشَبُّهًا بِأُولَئِكَ الْقَوْمِ، وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ» ، وَقَالَ فِي الْجَامِعِ الْأَصْغَرِ رَجُلٌ اشْتَرَى يَوْمَ النَّيْرُوزِ شَيْئًا لَمْ يَكُنْ يَشْتَرِيهِ قَبْلَ ذَلِكَ إنْ أَرَادَ بِهِ تَعْظِيمَ ذَلِكَ الْيَوْمِ كَمَا يُعَظِّمُهُ الْمُشْرِكُونَ كَفَرَ، وَإِنْ أَرَادَ الْأَكْلَ وَالشُّرْبَ وَالتَّنَعُّمَ لَا يَكْفُرُ

Imam Az-Zaila'i menyatakan Pemberian hadiah pada hari raya orang kafir seperti hari raya "Nairuz" dan "Mahrijan" hukumnya harom, Imam Abu Hafsh menambahkan, apabila tujuannya untuk mengagungkan hari raya mereka maka orang tersebut dihukumi kafir (murtad), dan semua pahala amalnya akan musnah
( Tabyinul haqo'iq, Juz : 6 Hal : 228 )

MADZHAB MALIKI

وَكَرِهَ ابْنُ الْقَاسِمِ أَنْ يُهْدِيَ لِلنَّصْرَانِيِّ فِي عِيدِهِ مُكَافَأَةً لَهُ وَنَحْوُهُ إعْطَاءُ الْيَهُودِيِّ وَرَقَ النَّخِيلِ لِعِيدِهِ

Menurut Imam Ibnul Qosim menghadiahkan sesuatu kepada orang nasrani pada hari rayanya, begitu pula pemberian hadiah kepada orang yahudi untuk tujuan hari raya mereka atas nama balas budi hukumnya makruh.
( At-Taj Wal-Iklil, Juz : 4 Hal : 319 )

MADZHAB HANBALI

ويحرم شهود عيد اليهود والنصارى وبيعه لهم فيه ومهاداتهم لعيدهم

Dan diharomkan menyaksikan perayaan hari raya orang yahudi dan nasrani, berjualan untuk mereka pada hari rayanya dan juga memberikan hadiah untuk hari raya mereka
( Al-Iqna', Juz : 2 Hal : 49 )

AL-ISLAM SUA'L WAL JAWAB, Fatwa no. 85108

لا يجوز أن يهدي للكافر في يوم عيد من أعياده ، لأن ذلك يعد إقرارا ومشاركة في الاحتفال بالعيد الباطل .
وإذا كانت الهدية مما يستعان به على الاحتفال كالطعام والشموع ونحو ذلك ، كان الأمر أعظم تحريما

Tidak diperbolehkan memberikan hadiah pada orang kafir pada hari raya mereka, sebab hal itu sama saja dengan pengakuan dan ikut bersama dalam perayaan hari raya mereka yang bathil.

Dan jika pemberian itu berupa barang-barang yang akan membantu mereka untuk perayaan tersebut, maka pemberian tersebut sangat diharomkan



Narti Khoir

Siroj@Matur suwun sanget pak...atas penjelasannya, lalu bagaimana ya sbaiknya perlakuan(adil) majikan bila punya pekerja/karyawan yg non muslim,krn karyawan yg lain (muslim) selalu dpt THR bila idul fitri...krn bila diperlakukan beda tentu akan menimbulkan suatu kecemburuan dan kesenjangan sesama karyawan.



Siroj Munir

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, hukum asalnya tidak boleh. Adapun jika hal tersebut sudah menjadi aturan pemerintah, dalam ajaran agama peraturan yang bertentangan dengan agama tidak wajib dita'ati.

Sebagai solusi, THR tersebut diberikan dengan niat untuk meluluhkan hati mereka (ta'lif li qulubihim) dan mengharap mereka mau masuk islam, namun tetap bukan dengan tujuan untuk mengagungkan hari raya mereka atau membantu mereka untuk merayakan hari rayanya, sebab larangan tersebut diberlakukan karena hal tersebut sama saja dengan membantu kegiatan keagamaan mereka dan dikhawatirkan orangmuslim ikut mengagungkan hari raya keagamaan mereka.

Kebolehan memberikan hadiah untuk tujuan ta'lifan liqulubihim dan mengharap mereka mau masuk Islam tadi didasarkan pada sebuah hadits yang mengisahkan bahwasanya sahabat Umar bin Khottob rodhiyallohu 'anhu pernah memberikan hadiah kepada saudaranya yang non muslim

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَى عُمَرُ حُلَّةً عَلَى رَجُلٍ تُبَاعُ فَقَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ابْتَعْ هَذِهِ الْحُلَّةَ تَلْبَسْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَإِذَا جَاءَكَ الْوَفْدُ فَقَالَ إِنَّمَا يَلْبَسُ هَذَا مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا بِحُلَلٍ فَأَرْسَلَ إِلَى عُمَرَ مِنْهَا بِحُلَّةٍ فَقَالَ عُمَرُ كَيْفَ أَلْبَسُهَا وَقَدْ قُلْتَ فِيهَا مَا قُلْتَ قَالَ إِنِّي لَمْ أَكْسُكَهَا لِتَلْبَسَهَا تَبِيعُهَا أَوْ تَكْسُوهَا فَأَرْسَلَ بِهَا عُمَرُ إِلَى أَخٍ لَهُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ قَبْلَ أَنْ يُسْلِمَ

"Dari Ibnu'Umar radliallahu 'anhuma berkata; 'Umar melihat pakaian terbuat dari sutera dijajakan oleh seseorang lalu dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Belilah pakaian ini untuk Baginda kenakan pada hari Jum'at dan saat menyambut utusan (delegasi) ". Maka Beliau bersabda: "Sesungguhnya orang yang memakai pakaian seperti ini adalah orang yang tidak akan mendapat bagian di akhirat". Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diberikan pakaian diantaranya ada yang terbuat dari sutera lalu Beliau berikan diantaranya kepada 'Umar. Maka 'Umar berkata: "Baginda menyuruh aku mengenakannya sedang Baginda telah berkomentar negatif tentangnya!". Beliau berkata, "Aku memberikannya kepadamu bukan untuk kamu pakai, tapi juallah atau hadiahkan". Lalu 'Umar memberikan pakaian sutera tersebut kepada saudaranya yang tinggal di kota Makkah sebelum masuk Islam" ( ShohihBukhori, no.2426 )
Baca Selengkapnya >>

396 : FADLILAH PUASA 10 MUHARROM/10 SURO(jawa).

oleh : Cikong Mesigit

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

FADLILAH PUASA 10 MUHARROM/10 SURO(jawa).

Didalam kitab riyadlush_shoolihiin Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadits yang Pertama


عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ

Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).

Hadits yang Kedua

عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)

Hadits yang Ketiga

وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim
Baca Selengkapnya >>

KISAH ANAK SHOLEH

oleh : Aryo Mangku Langit



Huda,,

seorang anak yg cerdas dan sholeh
taa'at beribadah dan berahlaq mulia
walau usianya baru 10 tahun dan duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah,
namun perangai dan tingkah lakunya mendahului usianya.
Kecerdasanya sangat luar biasa
selalu mendapat nilai MUMTAZ ketika ujian sekolah.
mampu membaca Al-Qur'an
dengan baik serta tajwid yang cukup lumayan untuk ukuran anak seusianya

Kriiiing...
Kriiiiiing....
''Hallow'',,
terdengar suara seorang wanita separuh baya di gagang tlp.
ternyata dari ibunya yang menjadi TKW di negri Bethon.
''dalem bu,,''
jawab huda singkat.
''nak,,sekolah yg rajin ya nak,
jaga simbah baik-baik
oh ya katanya hari isnen sampean mau ujian ya,??kalau bisa Rangking 1 lagi maka apapun permintaanmu akan saya turuti nak''
''Inggeh Bu,insya Alloh''
jawab huda singkat.
Pagi-pagi betul HUDA sudah berangkat kesekolah dengan berbekal seboto air mineral tanpa se sen pun uang saku.
Dia berjalan menyusuri jalan setapak
sebelum akhirnya mealui tepian parit kawasan pesawahan,
maklum rumahnya terpencil dan pelosok.
Hampir 1 jam jalan kaki,
ahirnya huda sampai di Sekolahan.
Langsung dia menemui guru Agamanya yang kebetulan sudah lebih dulu tiba.
''Assalamu'alaikum Pak''
''wa'alaikumsalam''
waaahhh ,,rajin amat kamu Huda
kok tumben jam segini sudah nyampai sekolahan''
''iya pak''
karena saya mau menemui bapak
sebelum ujian di mulai saya mau minta bapak mendo'akan saya
agar saya bisa di berikan kemudahan dalam menjawab soal-soal ujian dan saya bisa rengking 1 pak''
pinta Huda dengan suara yg polos.
''Oh pasti itu Hud,
kan sudah kewajiban seorang guru mendo'akan anak didiknya termasuk kamu.
Bapak percaya kamu anak yang baik dan rajin,
insya Alloh kamu akan mampu Hud,semua teman-temanmu juga dewan guru disini tahu kalau kamu selalu rengking 1.
Iya pak,
tapi ini masalahnya ada sesuatu yang menjadikan saya harus lebih semangat pak.
Karena kemarin ibu saya TLP dari luar negri
beliau bilang kalau saya bisa Rengking 1 lagi maka apapun permintaan saya akan di turuti pak.
Pliiisss ya pak,saya mohon do'kan saya pak..saya Mohon,
karena ini kesempatan buat saya pak,
belum pernah ibuku seperti ini''
''Hmmmmm...
Sang pendidik menghela nafas dalam-dalam,,,
''Huda,,,,
sebenarnya hadiah apa yang kamu inginkan dari ibumu andai kamu bisa rengking 1 lagi nak
sehingga kamu begitu semangatnya,,!?
''BISMILLAH,,,
JIKA ALLOH MENGHENDAKI SAYA RENGKING 1 LAGI,SAYA HANYA MINTA PADA IBUKU AGAR BELIAU MAU MEMAKAI JILBAB DAN MELAKSANAKAN SHOLAT''
Tiada terasa butiran kristal bening menetes dari kelopak mata sang pendidik,,
butiran air mata haru
air butiran mata bahagia
lalu diangkatnya kedua tangan seraya berdo'a memohon agar hajat sang anak Didiknya terkabulkan..
=========================
Mutiara Rini'24 november 2012 M
---------------10 Muharrom 1434 H
Al Khoothot;Luqman El Hakim Ibnu Aly.
Baca Selengkapnya >>

Kamis, 22 November 2012

395 : MATI SURI

PERTANYAAN


Nunu Nurul Qomariyah

Assalamu'alaikum

mohon sharenya
tentang " Mati Suri "?

JAWABAN

Sanusi El Ruzy

wa'alaikum salam

Dalam kitab I'anah ada.
Orang yang hidup lagi setelah ia benar2 mati(menurut orang yg ahli dibidangnya), hal ini menetapkan hukumnya orang mati beneran. Spti hrta boleh di waris, istri bleh nikah lg dll. Sdangkan hidup kedua tidak di anggap. Dan bila dia mati LAGI stlah hidup yg kedua, maka tidak wajib di mandikan, dis0lati, hanya wajib dikubur saja. Namun bila mati yg PERTAMA itu belum jelas, maka ia dihukumi BELUM Mati, tetapi hanya dianggap orang pingsan.
(Lihat: I'anah At-Tholibin juz 2 hal 109)

ni ta'birnya
إن من احيا بعد الموت الحقيقي بأن أخبر به معصوم ثبت له جميع أحكام الموءمن من قسمة تركته و نكاح زوجته و نحو ذلك و إن الحياة الثانية لا يعول عليها لأن ذلك تشريع لما لم يرد هو و لا نظيره بل و لا ما يقاربه و تشريع ما هو كذلك ممتنع بلا شك . أي و عليه فمن مات بعد الحياة الثانية لا يغسل و لا يصلى عليه و إنما تجب موارثه فقط و أما إذا لم يتحققت موته حكمنا بإنه إنما كان به غشى أو نحوه. (إعانة الطالبين جز 2 ص 109



Ki Joko Semprul

wa'alaikumsalam
kalau jaman nabi dulu kurang tahu saya
kalau aspek hukumnya di masyarakat ini :

(فرع آخر) لو مات إِنسان موتاً حقـيقـياً، وجهز، ثم أحيـي حياة حقـيقـية، ثم مات، فـالوجه الذي لا شك فـيه أنه يحب لـه تـجهيز آخر، خلافاً لـمن توهمه. اهـ.
وفـي ع ش ما نصه: وفـي فتاوي حجر الـحديثـية ما حاصلـه أن ما من أحيـي بعد الـموت الـحقـيقـي، بأن أخبر به معصوم، تثبت لـه جميع أحكام الـموتـى؛ من قسمة تركته، ونكاح زوجته، ونـحو ذلك، وأن الـحياة الثانـية لا يعوَّل علـيها، لأن ذلك تشريع لـما لـم يرد هو ولا نظيره، بل ولا ما يقاربه، وتشريع ما هو كذلك مـمتنع بلا شك. اهـ. أي وعلـيه: فمن مات بعد الـحياة الثانـية لا يغسل ولا يصلـى علـيه، وإنـما تـجب مواراته فقط. وأما إذا لـم يتـحقق موته حكمنا بأنه إنـما كان به غشي أو نـحوه. اهـ. إعانة الطالبين الجزء الثانى ص ١٠٨




Mbah Pardan Milanistie


sundul...derek-derek.....
l urun rembug...

Allah menyebutkan, ada dua kondisi di mana Allah menahan nyawa manusia ; tatkala dalam keadaan 'maut'(mati) dan 'manam'(tidur) Allah berfirman..
"Allah memegang jiwa orang ketika matinya (maut) dan juga orang yang belum mati di dalam tidurnya (manam) maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah di tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai wakru yang di tetapkan, "(QS, az-Zumar 42)

Ibnu Katsir Rahimahullah menukil perkataan Ibnu 'Abbas Rodhiallohu 'Anhuma tentang ayat ini, " Arwah orang yang twlah mati di tahan, dan arwah orang yang hidup di kembalikan
Makanya orang yang pada akhirnya di kembalikan nyawanya pada akhirnya masuk dalam kategori "lam tamut" belum mati,.Dia masuk dalam kategori "manam" (tidur) dengan berbagai level kesadaran dan kondisi fisiologisnya Baik dalm kondisi tidur, pingsan, koma,maupun mati suri. Wallahu A'lam (Abu Amar Abdillah /majalah Arrisalah edisi 119/Kasfyu Subhat)

 tambahan

Sanusi El Ruzy

Sahdan, dulu ada seorang Ulama' yg di vonis mati oleh orang2. Maka beliau pun di mandikan, di kafani, dis0lati dan di kubur. Subhanallah, dalam sempitnya liang lahad beliau HIDUP LAGI, maka beliau pun bernadzar, "bila aku sampai bisa keluar dari kubur ini, maka aku akan mengarang kitab tafsir". Dan dengan izin Allah entah dgn apa, kubur beliau di gali oleh orang2 maka selamatlah beliau. Dan beliau melaksanakan nadzarnya hingga kitabnya masih kita gunakan sampai saat ini, yaitu Kitab Tafsir Baidlowi.
Ya benar.. Ulama tadi adalah Imam Baidlowi.

Nb: cerita dari guru kami Al-Alim, Al-Adib, Al-Mastur Al-Habib Abd. Qodir As-Segaf tadi malam saat kami tanya tentang masalah ini.


Prabu'jihad Al-syahid


Tak hanya di zaman ini, bahkan di kalangan ulama Islam ada yang pernah memiliki pengalaman, yang oleh orang sekarang dinamakan mati suri. Ibnu al-Jauzi menyebutkan dalam karyanya Kitab al-Alqaab, tentang seorang tokoh yang dijuluki Haamilu Kafanihi (orang yang membawa kafannya). Dia adalah Abu Said Muhammad bin Yahya al-Bazzaaz ad-Dimasyqi. Julukan itu diberikan terkait kejaidan yang dialaminya. Suatu kali beliau telah dianggap wafat, lalu dimandikan, dikafani, serta dishalatkan dan kemudian dikuburkan. Di malam pertama, datanglah seseorang yang bermaksud mencuri kain kafannya. Ketika pencuri itu telah menggali kuburan dan melepaskan kafan untuk diambil, tiba-tiba beliau bangun dari kuburnya, maka spontan pencuri itu lari ketakutan. Dan Abu Said pun kembali kepada keluarganya dengan memakai kafannya. Itulah kenapa beliau dijuluki Haamilu Kafanihi. Dan hari-hari selanjutnya, beliau hidup normal seperti yang lain.

Banyak kisah diutarakan oleh orang yang pernah mengalami mati suri. Meski banyak versi, namun ada kemiripan dari sisi konten. Rata-rata mereka merasa berada di dalam yang lain, bertemu dengan orang yang telah mati dan semisalnya. Sedangkan secara fisik, saat itu mungkin dia telah divonis mati. Lantas kenapa hidup lagi? Kemana ruhnya tatkala dia mati suri?

Memang, tidak semua wilayah ilmu bisa kita jamah. Allah berkehendak menjadikan sebagian perkara itu tetap menjadi misteri, dan hanya diketahui hakikat pastinya oleh-Nya. Termasuk dalam masalah ruh, Allah berfirman,

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu Termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”" (QS. al-Isra’:85)

Namun, jika pertanyaannya sebatas, apakah orang yang mati suri itu benar-benar mati hakiki ataukah belum mati, maka ini masuk wilayah dari sedikit ilmu yang bisa kita dapatkan dalam dalil-dalil yang ada.

Allah menyebutkan, ada dua kondisi di mana Allah menahan nyawa manusia; tatkala dalam kondisi ‘maut’ dan ‘manam’. Allah berfirman,

“Allah memegang jiwa orang ketika matinya (maut) dan jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya (manam). Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan.” (QS. az-Zumar 42)

Ibnu Katsir Rahimahullah menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhumaa tentang ayat ini, “Arwah orang yang telah mati ditahan, dan arwah orang yang hidup dikembalikan.”
Maknanya, orang yang pada akhirnya dikembalikan nyawanya itu hakikatnya masuk dalam kategori ‘lam tamut’, belum mati. Dia masuk dalam kategori ‘manam’ (tidur) dengan berbagai level kesadaran dan kondisi fisiologisnya. Baik dalam kondisi tidur, pingsan, koma, maupun mati suri. Jadi, hakikatnya orang yang mengalami mati suri itu belum mati secara hakiki. Wallahu a’lam. (Abu Umar Abdillah/ majalah arrisalah edisi 119/ Kasyfu Syubhat).
Baca Selengkapnya >>

Rabu, 21 November 2012

Kisah Bersedekah Ali bin Abi Thalib

oleh : Cikong Mesigit


Kisah Bersedekah Ali bin Abi Thalib

Banyak orang yang bersedekah, tapi beranikah bersedekah dengan nominal yang lebih besar? Pertanyaan ini yang sulit dijawab. Tapi kita perlu belajar juga dari kisah orang-orang yang berani bersedekah dengan nominal yang lebih besar. Salah satunya adalah Ali bin Abi Thalib. Ia memiliki kisah yang menakjubkan saat bersedekah.


Kisah sedekah Ali bin Abi Thalib ini bisa dibaca di dalam kitab al-Mawaaidz al-Ushfuuriyyah. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad yang mendapat cerita dari ayahnya yang mendengar dari kakeknya mengenai perilaku Ali.
Suatu hari setelah pulang dari rumah Rasulullah, Ali melihat Fatimah sedang berdiri di teras rumah.
“Hai isteriku, apakah ada makanan hari ini untuk suamimu?” tanya Ali.
“Demi Allah, aku tak memiliki apa-apa kecuali uang enam dirham, hasil upah memintal bulu-bulu domba milik Salman al-Farisi. Dan aku berencana ingin membelikan makanan untuk Hasan dan Husain.”
“Biar aku saja yang membelikannya. Berikan uangnya kepadaku!”
Fatimah pun memberikan uang tersebut.
Ali pun bergegas pergi membeli makanan untuk kedua anaknya. Di tengah jalan, ia ketemu dengan seorang laki-laki yang berkata, “Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan Yang Selalu Menepati Janji.”
Ali pun memberikan uang enam dirham tersebut kepadanya. Kemudian pulang ke rumahnya dengan tangan kosong. Fatimah yang melihat Ali pulang dengan tangan hampa langsung menangis.
“Mengapa kamu menangis?”
“Kenapa kamu pulang tanpa membawa sesuatu? Ke mana uang yang enam dirham tadi?”
“Isteriku yang mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah.”
Mendengar jawaban Ali, Fatimah berhenti menangis dan gembira. “Sungguh! Aku mendukung tindakannmu!”
Lalu Ali pun keluar rumah karena ingin bertemu Rasulullah SAW. Di tengah jalan, ia disapa seorang laki-laki, “Hai Abu Hasan, maukah kau beli untaku?”
“Aku tak punya uang,” kata Ali
“Bayarnya belakangan saja.”
“Berapa?”
“Seratus dirham.”
“Baik. Kalau begitu aku beli.”
Setelah diberikan untanya kepada Ali, dan Ali pun ingin kembali pulang meletakkan untanya di sekitar ruamhnya. Di tengah perjalanan, ia disapa seorang laki-laki.
“Hai Abu Hasan, apakah unta tersebut akan kau jual?”
“Ya.”
“Berapa?”
“Tiga ratus dirham.”
“Ya, aku beli.”
Lalu orang tersebut membayarnya dengan kontan 300 dirham dan mengambil unta tersebut.
Ali pun bergegas pulang ke rumahnya. Fatima tersenyum melihat wajah Ali yang sumringah.
“Kelihatan begitu gembira, apa yang terjadi, suamiku?”
“Isteriku yang mulia, kubeli unta dengan bayar tempo seharga 100 dirham. Lalu kujual lagi 300 dirham dengan kontan.”
“Aku setuju.”
Setelah berdialog di rumahnya, Ali pamit kepada Fatimah mau menemui Rasulullah SAW di mesjid. Ketika masuk masjid, Nabi SAW tersenyum melihatnya.
“Hai Abu Hasan! Akan kau yang lebih dahulu cerita ataukah aku terlebih dahulu?”
“engkau saja yang cerita, ya Rasulallah,” jawab Ali.
“Tahukah kamu siapa yang menjual unta kepadamu dan siapa yang membelinya kembali?”
“Tidak. Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
“Berbahagialah Ali. Kamu telah meminjamkan enam dirham kepada Allah. Dan Allah memberimu 300 dirham. Tiap satu dirham mendapat ganti 50 dirham. Yang pertama datang kepadamu adalah Jibril dan yang terakhir datang adalah Mikail.”
Subhanallah.......
Baca Selengkapnya >>

Aji-Aji Li Ila

oleh : Dwi Handoko


Humor & Dakwah

Aji-Aji Li Ila

Didaerah Rembang dulu ada kyai desa
yang sederhan. Sudah tua tapi
aktif,dalam pertemuan2 besar kyai kyai
dan beliau nih selalu hadir. Padahal
melihat penampilanya tak
menyakinkan.

Sehingga terbetik kepercayaan bahwa Mbah Sungeb
punya aji2 sampar angin. Pada suatu
ketika,beliau bersama kyai yang
lain,terpaksa jalan kaki pulang ke
Rembang ,karena kendaraan umum
yang ditumpanginya mogok. Padahal masih jaug sekali. Seorang kyai muda
teringat kalau Kyai Sungeb konon
punya sampar angin,lalu
bertanya,"Kalau pergi ke
Situbondo,Semarang,Yogya itu pakai
aji2 apa mbah,ko cepet sampai,bisa mendahului sedan?". Beliau menjawab
sekenanya,"li ila"(ayat li ila fi qurois..).
Kyai lain ada berkomentar,"Itu tak ada
haditsnya,yang ada itu surat
Alfatihah,bisa untuk keperluan apa saja.
Misal ingin berjalan cepat tanpa cape,baca Alfatihah." Kyai lain lagi
menengahi,"Begini saja,Mbah Sungeb ni
sudah punya 'li ila' supaya jalan cepat.
Biarkan beliau pakai 'li ila',sampean
pakai Alfatihah. Nanti saya ikut mana
yang paling cepat." Baru saja berdebat,tiba2 datang anak muda naik
motor dari belakang,dan menegur
Mbah Sungeb,"Mau kemana Mbah?. "Ke
Rembang",jawab Mbah Sungeb."Mari
ikut saya!". Mbah Sungeb pun lalu
membonceng pada pemuda itu. Dua kyai tetap jalan kaki,sambil menahan
lelah kyai muda tadi berkata,"Ternyata
lebih mujarab 'li ila' nya Mbah
Sungeb,daripada punya sampean!" ¿¿¿
Hehehe..........ternyata perdebatan tak menyelsaikan masalah.....^_^
Baca Selengkapnya >>

Selasa, 20 November 2012

394 : TAFSIR SURAT AT -TAUBAH AYAT 107

PERTANYAAN

Nunu Nurul Qomariyah


Assalamu'alaikum

mari buka surat At- Taubah ayata 107

Dan ( di antara orang - orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang - orang beriman). Untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang - orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang - orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-NYA sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah . " kami hanya menghendaki kebaikan. Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta ( dalam sumpahnya ).

Yang saya tanyakan, siapa yang di maksud dengan " orang yamg telah memerangi Allah dan Rasul Nya sejak dahulu?
Monggo tafsirannya.


JAWABAN

Siroj Munir

Sebab turunnya ayat ini :
Bani 'Amr bin 'Auf, yang merupakan suku Aus membangun masjid Quba', lalu mengirim utusan pada Rosululloh agar beliau datang ketempat mereka, lalu beliau datang ketempat mereka, kemudian sholat dimasjid yang baru saja mereka bangun. Orang-orang dari bani Ghonam bin 'Auf yang mengetahui kejadian tersebut merasa iri pada mereka, lalu mereka berniat membangun masjid sendiri dan mengirim orang meminta nabi agar sholat dimasjid tersebut, setelah masjid mereka jadi, ada seseorang bernama Abu 'Amir Ar-Rohib yang baru saja datang dari Syam sholat ditempat tersebut. Lalu mereka mengirim utusan untuk menghadap Rosululloh yang hendak ke Tabuk, meminta beliau untuk sholat dimasjid yang baru saja mereka bangun dan mendo'akan keberkahan masjidtersebut.

Nabi tidak menuruti keinginan mereka karena beliau hendak pergi ke Tabuk, namun berjanji akan datang kemasjid tersebut sesampainya dari tabuk. Masjid tersebut sudah digunakan sholat selama tiga hari oleh mereka. Setelah nabi menyelesaikan urusannya di Tabuk, beliau hendak menuju tempat tersebut, tak selang beberapa lama turunlah ayat mengenai motif dibangunnya masjid tersebut (Masjid Dhiror) yang dibangun karena iri dengan sesama muslim dan keberadaannya hanya akan memecah belah persatuan kaum muslimin. Setelah turunnya ayat tersebut, nabi memanggil empat orang sahabatnya dan memerintahkan untuk membakar dan merobohkan masjid dhiror tersebut.

Sebenarnya pembangunan masjid dhiror diprakarsai oleh Abu Amir, ia adalah seorang lelaki dari suku Khozroj yang beragama kristen, ia adalah seorang pendeta yang sangat dihormati dikalangan kaum ahlu kitab (yahudi dan nasrani), namun ia lari ke Makkah semenjak kedatangan nabi ke Madinah yang mendapatkan sambutan antusias dari penduduk madinah sendiri, jadi dia menyimpan dendam pada nabi yang dianggap telah menggusur posisinya sebagai orang terpandang, karena itu ia bersekongkol dengan orang-orang munafiq di Madinah untuk membangun masjid tersebut untuk memecah belah persatuan kaum muslimin. Ia juga yang menghimpun pasukan kaum musrikin untuk membalas kekalahan pada perang badar, sehingga terjadi perang uhud yang dimenangkan kaum musyrikin.

Walhasil, berdasarkan sebab turunnya ayat ini, yang dikehendaki ayat tersebut adalah ABU 'AMIR.


سبب النزول:
نزول آية وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا:
قال المفسّرون: إن بني عمرو بن عوف وهم من الأوس اتّخذوا مسجد قباء «1» ، وبعثوا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلّم أن يأتيهم، فأتاهم فصلّى فيه، فحسدهم إخوانهم بنو غنم بن عوف وهم من الخزرج، وقالوا: نبي مسجدا، ونبعث إلى النّبي صلى الله عليه وسلّم يأتينا فيصلّي لنا فيه، كما صلّى في مسجد إخواننا، ويصلّي فيه أبو عامر الراهب إذا قدم من الشّام فأتوا النّبي صلى الله عليه وسلّم، وهو يتجهّز إلى تبوك، فقالوا: يا رسول الله، قد بنينا مسجدا لذي الحاجة، والعلّة، والليلة المطيرة، ونحبّ أن تصلّي لنا فيه وتدعو بالبركة.
فقال النّبي صلى الله عليه وسلّم: «إنّي على سفر وحال شغل، فلو قدمنا لآتيناكم، وصلّينا لكم فيه»
فلما انصرف النّبي صلى الله عليه وسلّم من تبوك أتوه وقد فرغوا منه، وصلّوا فيه الجمعة والسبت والأحد، فدعا بقميصه ليلبسه ويأتيهم، فنزل عليه القرآن بخبر مسجد الضّرار.
فدعا النّبي صلى الله عليه وسلّم مالك بن الدّخشم، ومعن بن عدي، وعامر بن السّكن، ووحشيا قاتل حمزة، فقال: «انطلقوا إلى هذا المسجد الظالم أهله، فاهدموه وأحرقوه» .
فخرجوا مسرعين، وأخرج مالك بن الدّخشم من منزله شعلة نار، ونهضوا فأحرقوا المسجد وهدموه، وكان الذين بنوه اثني عشر رجلا.
وأما أبو عامر الراهب: فهو رجل من الخزرج، كان قد تنصّر، وكان له منزلة كبيرة في أهل الكتاب، فلما قدم النّبي صلى الله عليه وسلّم إلى المدينة مهاجرا، واجتمع عليه المسلمون، وعلت كلمة الإسلام، خرج فارّا إلى مكة، وألّب المشركين على المسلمين في وقعة أحد. ولما فرغ الناس من الموقعة فرّ إلى هرقل ملك الرّوم يستنصره، فوعده وحباه.
وكتب أبو عامر إلى جماعة من قومه من أهل النّفاق: أنه سيقدم بجيش يقاتل به محمدا ويغلبه، وأمرهم أن يتّخذوا له معقلا يأوي إليه من يقوم من عنده لأداء كتبه، ويكون مرصدا له إذا قدم عليهم بعد ذلك.
والخلاصة: أن هذا المسجد بناه اثنا عشر رجلا من المنافقين، بمشورة أبي عامر الرّاهب، ولقي هوى في نفوس أبناء عمّ بني عمرو بن عوف، لينافسوهم على تأسيس مسجد قباء، ومضاهاتهم به، وليكون مقرّا لأبي عامر إذا قدم، ليكون إمامهم فيه

( tafsir Al-Munir Liz-Zuhaili, Juz : 11 Hal : 40-41 )

و} منهم {الذين اتخذوا مسجدا} وهم اثنا عشر من المنافقين {ضرارا} مضارة لأهل مسجد قباء {وكفرا} لأنهم بنوه بأمر أبي عامر الراهب ليكون معقلا له يقدم فيه من يأتي من عنده وكان ذهب ليأتي بجنود من قيصر لقتال النبي صلى الله عليه وسلم {وتفريقا بين المؤمنين} الذين يصلون بقباء بصلاة بعضهم في مسجدهم {وإرصادا} ترقبا {لمن حارب الله ورسوله من قبل} أي قبل بنائه وهو أبو عامر المذكو

( Tafsir Jalalain, Juz : 1 hal : 259 )
Baca Selengkapnya >>

Senin, 19 November 2012

393 : HUKUM LAKI2 MEMANDIKAN JENAZAH PEREMPUAN DAN SEBALIKNYA

ERTANYAAN


Husen Abdul Aziz



Assalmualaikum

apakah boleh laki2 ikut mandaikan jenazah wanita ???


JAWABAN

Hamba Sahaya

Laki laki lebih tepat memandikan mayat laki2,begitupun sbaliknya,suami boleh memandikan mayat istrinya,dan istri yg tdk termasuk amat(hamba perempuan) boleh memandikan mayat suaminya--walaupun ia tlh menikah lagi dgn laki laki laen(tanpa menyentuh kulit)menggunakan kaos tgn,klw yg menyalahi yg demikian itu,sah memandikannya,sbb yg demikian itu sunnah..

klw tdk ada yg hadir kecuali laki laki laen untuk memandikannya mayat wanita,atau hanya ada wanita laen untuk memandikan mayat laki laki,maka tayamumilah mayat itu.

laki laki atau wanita boleh memandikan mayat yg sekira tdk dicintai(tidak membangkitkan syahwat),spt memandikan mayat anak laki laki dan perempuan,boleh melihat dan menyapunya,laki laki yg paling utama memandikan laki laki ialah mereka yg paling utama menyolatkannya(yaitu bapak simayat,kakeknya,anak anaknya,cucunya lalu saudaranya,,,

( ibaroh dr kitab fathul mu'in(fashlun fissholaati 'alal mayyit )


Mbah Pardan Milanistie


Dari 'Aisyah Rodhiallohu 'anha ia berkata, "pada suatu hari Rosulloh Shollallohu 'alaihi wasallam pulang ke rumahku setelah mengantar ke kuburan Baqi', saat itu alu merasa kepalaku sakit sekali sehingga aku berkata ; "Oh, betapa sakitnya kepalaku ini! ' Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak masalah, karena seandainya engkau meninggal lebih dulu dariku, maka aku sendiri yang akan memandikanmu, mengkafanimu, memsholatimu, dan menguburkanmu" (HR.Ahmad no 25950.)


Siroj Munir

Yang lebih utama memandikan laki-laki, adalah laki-lakai, dan yang memandikan perempuan adalah perempuan, Dan diperbolehkan bagi seorang lelaki untuk memandikan istrinya, kecuali istri yang ditalaq roj'i (talak satu atau dua), begitu pula sebaliknya bagi seorang istri (yang tidak ditholaq roj'i) diperbolehkan memandikan suaminya. Meski seorang istri boleh memandikan suaminya, dan juga sebaliknya, namun disunatkan yang memandikan serang laki-laki adalah juga laki-laki, dan yang memandikan perempuan seorang perempuan.

Sedangkan untuk mayit anak kecil yang belum sampai pada batasan syahwat (nyahwati) boleh dimandikan oleh laki-laki ataupun perempuan, meski bukan muhrimnya.

Dan apabila tidak ada orang yang bisa memandikan mayit selain ajnabi (laki-laki yang bukan muhrim) danajnabiyah (wanita yang bukan muhrim).. Maka mayit tersebut tidak perlu dimandikan, namun cukudi tayammumi.

والرجل أولى بالرجل والمرأة أولى بالمرأة وله غسل حليلته من زوجة غير رجعية ولو نكح غيرها وأمة ولو كتابية ولزوجة غير رجعية غسل زوجها ولو نكحت غيره بلا مس منها له ولا من الزوج أو السيد لها فإن لم يحضر إلا أجنبي في الميتة المرأة وإلا أجنبية في الرجل يمم الميت. نعم الصغير الذي لم يبلغ حد الشهوة يغسله الرجال والنساء ومثله الخنثى الكبير عند فقد المحرم

(Al-Iqna' Lisy-Syarbini, Juz : 1 Hal : 200 )

قوله: (أولى بالرجل) أي الأفضل ذلك فيقدم حتى على الحليلة والحاصل أن قوله " والرجل أولى بالرجل " أي وجوبا إن كان المعنى أولى من المرأة الأجنبية، وندبا إن كان المراد أولى من المرأة المحرم؛ وكذا يقال في قوله " والمرأة أولى من المرأة " أي وجوبا أو ندبا كما مر

( Hasyiyah Al-Bujairomi Alal Khotib, Juz : 2 Hal : 268 )
Baca Selengkapnya >>