PERTANYAAN
Neng Iis Luupz Öött
assalamu'alaikum ya jama'ah...
shobahul khair..
mau tanya nih... tentang hamil di luar nikah.
1. menikah ketika hamil 4bln (misalnya) apakah harus ijab kabul lagi apabila sudah melahirkn?
2. sah ato tidak apabila di nikahi oleh laki laki lain,karna kasusnya
di perkosa oleh orang yang tidak bertanggungjawab. dan laki laki lain jd
korbannya???
3. apabila anakny lahir,apakah boleh di ceraikan oleh laki laki yang telah melakukannya??
note: poin ke 2 dan 3 beda ya posisi pelakunya..
terima kasih HUDA
assalamu'alaikum ya jama'ah...
shobahul khair..
mau tanya nih... tentang hamil di luar nikah.
1. menikah ketika hamil 4bln (misalnya) apakah harus ijab kabul lagi apabila sudah melahirkn?
2. sah ato tidak apabila di nikahi oleh laki laki lain,karna kasusnya di perkosa oleh orang yang tidak bertanggungjawab. dan laki laki lain jd korbannya???
3. apabila anakny lahir,apakah boleh di ceraikan oleh laki laki yang telah melakukannya??
note: poin ke 2 dan 3 beda ya posisi pelakunya..
terima kasih HUDA
JAWABAN
Farid Muzakki
wa'alaikum salam
1. menikah ketika hamil 4bln (misalnya) apakah
harus ijab kabul lagi apabila sudah melahirkn?
-----------------
Tdak harus mengulang nikah/tajdidu nikah karna menikahi wanita hamil sebab kecelakaan SAh.
2. sah ato tidak apabila di nikahi oleh laki laki
lain,karna kasusnya di perkosa oleh orang yang
tidak bertanggungjawab. dan laki laki lain jd korbannya???
------------------
Sah2 saja..tdk harus sama yg memperkosanya...
3. apabila anakny lahir,apakah boleh di ceraikan
oleh laki laki yang telah melakukannya??
--------------
Boleh karna cerai itu sepenuhnya hak suami.
Mbah Pardan Milanistie
Njjal urun rembug nomer 2
Wa Amma Nikahul Hamili minazzina khilafun muntasyirun aedhon baina aimmatina wa ghoirihim wasshohihu 'indana assihatu wa bihi qola abu hanifah rodhialllohu 'anhu ta'ala li annha laisat fi nikahin wala 'iddatin minal ghoiri....
al fatawil fiqhiyah al kubro juz 4/93
(mas'alatun:ya'syyin)yajuzu nikahul hamil minazzina sawa'un azzani wa ghoiruhu wa wath'uha hina'idzin ma'al karohati.
Buhgyatul mustarsyidin sokh 249
Far'un yajuzu nikahul hamil minazzina wa kadza wath'uha kal ha ili idz la hurmata lahu.
Asnal matholib juz3/393
Em Djassiman
Menurut madzhab Syafi'i
diperbolehkan menikahi
wanita yang hamil dari hasil
perzinaan, baik yang
menikahinya lelaki yang
menghamilinya atu orang
lain, berdasarkan
keumuman dalil yang
memperbolehkan menikahi
selain wanita-wanita yang
dilarang untuk dinikahi yang
disebutkan dalam al-qur'an ;
ﻭَﺃُﺣِﻞَّ ﻟَﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﺫَﻟِﻜُﻢْ
"Dan dihalalkan bagi kamu
sekalian, selain yang
demikian (wanita-wanita
yang dilarang
dinikahi)." ( An-Nisa' : 24 )
Adapun perzinaan yang ia
lakukan tidak menjadi
penghalang
diperbolehkannya menikahi
wanita tersebut. Dalam satu
hadits diterangkan ;
ﻟَﺎ ﻳُﺤَﺮِّﻡُ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡُ ﺍﻟْﺤَﻠَﺎﻝَ
"Perkara yang harom tidak
bisa menjadikan harom
perkara yang halal." ( Shohih
Ibnu Majah, no.2015 dan as-
Sunan Al-Kubro Lil-Baihaqi,
no.13964, 13965,13966 )
Apabila sebelum berzina,
wanita tersebut boleh
dinikahi, maka setelah
berzina juga tetap boleh,
karena suatu keharoman
(zina) tidak dapat
menjadikan sesuatu yag
halal (nikah) mnjadi harom.
Dari penjelasan diatas bisa
disimpulkan bahwa
menikahi wanita yang
sedang hamil hukumnya
boleh dan sah. Tapi, meski
menikahi wanita yang hamil
dari hasil perzinaan
hukumnya sah, namun
hukumnya makruh jika
dinikahi sebelum wanita
tersebut melahirkan
sebagaimana dinyatakan
oleh Imam Nawawi dalam
"Al-Majmu'"
Al-Majmu', Juz : 16 Hal :
242
ﻓﺮﻉ :ﺇﺫﺍ ﺯﻧﺖ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ
ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﺃﻭ ﺣﺎﻣﻼ،
ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﺟﺎﺯ ﻟﻠﺰﺍﻧﻲ
ﻭﻟﻐﻴﺮﻩ ﻋﻘﺪ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﺇﻥ
ﺣﻤﻠﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻧﺎ ﻓﻴﻜﺮﻩ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻗﺒﻞ
ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺤﻤﻞ، ﻭﻫﻮ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺘﻴﻦ
ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺣﻨﻴﻔﻪ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
ﻭﺫﻫﺐ ﺭﺑﻴﻌﻪ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺜﻮﺭﻱ
ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ
ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺰﺍﻧﻴﻪ ﻳﻠﺰﻣﻬﺎ ﺍﻟﻌﺪﺓ
ﻛﺎﻟﻤﻮﻃﻮﺀﺓ ﺑﺸﺒﻬﻪ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ
ﺣﺎﺋﻼ ﺍﻋﺘﺪﺕ ﺛﻼﺛﻪ ﺃﻗﺮﺍﺀ، ﻭﺇﻥ
ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﻣﻼ ﺍﻋﺘﺪﺕ ﺑﻮﺿﻊ ﺍﻟﺤﻤﻞ،
ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﻭﺿﻊ
ﺍﻟﺤﻤﻞ. ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ:
ﺇﺫﺍ ﺗﺰﻭﺝ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺯﺍﻧﻴﻪ
ﺛﻢ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺣﺎﻣﻞ ﻣﻦ ﺯﻧﺎ ﻓﺈﻧﻪ
ﻳﻔﺎﺭﻗﻬﺎ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﻭﻃﺌﻬﺎ ﻟﺰﻣﻪ
ﻣﻬﺮ ﺍﻟﻤﺜﻞ. ﻭﻗﺎﻝ ﺭﺑﻴﻌﻪ: ﻳﻔﺎﺭﻗﻬﺎ
ﻭﻻ ﻣﻬﺮ ﻋﻠﻴﻪ. ﻭﺫﻫﺐ ﺍﺑﻦ ﺳﻴﺮﻳﻦ
ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻮﺳﻒ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺇﻟﻰ
ﺃﻧﻬﺎ ﺍﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﻓﻼ ﻋﺪﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ،
ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﻣﻼ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ ﻋﻘﺪ
ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﺗﻀﻊ ﻭﻫﻰ
ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﺍﻻﺧﺮﻯ ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺣﻨﻴﻔﻪ
ﺩﻟﻴﻠﻨﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ )ﻭﺃﺣﻞ ﻟﻜﻢ ﻣﺎ
ﻭﺭﺍﺀ ﺫﻟﻜﻢ( ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ )ﻻ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺍﻟﺤﻼﻝ(
ﻭﺍﻟﻌﻘﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﺍﻧﻴﻪ ﻛﺎﻥ ﺣﻼﻻ ﻗﺒﻞ
ﺍﻟﺰﻧﺎ ﻭﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻓﻼ ﻳﺤﺮﻣﻪ ﺍﻟﺰﻧﺎ.
ﻭﺭﻭﻯ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﺗﺰﻭﺝ
ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻟﻬﺎ ﺍﺑﻨﺔ ﻓﻔﺠﺮ ﺍﻟﻐﻼﻡ
ﺑﺎﻟﺼﺒﻴﻪ، ﻓﺴﺄﻟﻬﻤﺎ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻨﻪ ﻓﺄﻗﺮﺍ ﻓﺠﻠﺪﻫﻤﺎ ﻭﺣﺮﺹ ﺃﻥ
ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺎﻟﻨﻜﺎﺡ ﻓﺄﺑﻰ ﺍﻟﻐﻼﻡ
ﻭﻟﻢ ﻳﺮ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
ﺍﻧﻘﻀﺎﺀ ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻜﺮ ﻋﻠﻴﻪ
ﺃﺣﺪ، ﻓﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺍﺟﻤﺎﻉ ﻭﻻﻧﻪ
ﻭﻃﺊ ﻻ ﻳﻠﺤﻖ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺴﺐ، ﺃﻭ ﺣﻤﻞ
ﻻ ﻳﻠﺤﻖ ﺑﺄﺣﺪ ﻓﻠﻢ ﻳﻤﻨﻊ ﺻﺤﺔ
ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ
Menurut madzhab Syafi'i
diperbolehkan menikahi
wanita yang hamil dari hasil
perzinaan, baik yang
menikahinya lelaki yang
menghamilinya atu orang
lain, berdasarkan
keumuman dalil yang
memperbolehkan menikahi
selain wanita-wanita yang
dilarang untuk dinikahi yang
disebutkan dalam al-qur'an ;
ﻭَﺃُﺣِﻞَّ ﻟَﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﻭَﺭَﺍﺀَ ﺫَﻟِﻜُﻢْ
"Dan dihalalkan bagi kamu
sekalian, selain yang
demikian (wanita-wanita
yang dilarang
dinikahi)." ( An-Nisa' : 24 )
Adapun perzinaan yang ia
lakukan tidak menjadi
penghalang
diperbolehkannya menikahi
wanita tersebut. Dalam satu
hadits diterangkan ;
ﻟَﺎ ﻳُﺤَﺮِّﻡُ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡُ ﺍﻟْﺤَﻠَﺎﻝَ
"Perkara yang harom tidak
bisa menjadikan harom
perkara yang halal." ( Shohih
Ibnu Majah, no.2015 dan as-
Sunan Al-Kubro Lil-Baihaqi,
no.13964, 13965,13966 )
Apabila sebelum berzina,
wanita tersebut boleh
dinikahi, maka setelah
berzina juga tetap boleh,
karena suatu keharoman
(zina) tidak dapat
menjadikan sesuatu yag
halal (nikah) mnjadi harom.
Dari penjelasan diatas bisa
disimpulkan bahwa
menikahi wanita yang
sedang hamil hukumnya
boleh dan sah. Tapi, meski
menikahi wanita yang hamil
dari hasil perzinaan
hukumnya sah, namun
hukumnya makruh jika
dinikahi sebelum wanita
tersebut melahirkan
sebagaimana dinyatakan
oleh Imam Nawawi dalam
"Al-Majmu'"
Al-Majmu', Juz : 16 Hal :
242
ﻓﺮﻉ :ﺇﺫﺍ ﺯﻧﺖ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ
ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﺃﻭ ﺣﺎﻣﻼ،
ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﺟﺎﺯ ﻟﻠﺰﺍﻧﻲ
ﻭﻟﻐﻴﺮﻩ ﻋﻘﺪ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﺇﻥ
ﺣﻤﻠﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻧﺎ ﻓﻴﻜﺮﻩ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻗﺒﻞ
ﻭﺿﻊ ﺍﻟﺤﻤﻞ، ﻭﻫﻮ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺘﻴﻦ
ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺣﻨﻴﻔﻪ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
ﻭﺫﻫﺐ ﺭﺑﻴﻌﻪ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﻟﺜﻮﺭﻱ
ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ
ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺰﺍﻧﻴﻪ ﻳﻠﺰﻣﻬﺎ ﺍﻟﻌﺪﺓ
ﻛﺎﻟﻤﻮﻃﻮﺀﺓ ﺑﺸﺒﻬﻪ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ
ﺣﺎﺋﻼ ﺍﻋﺘﺪﺕ ﺛﻼﺛﻪ ﺃﻗﺮﺍﺀ، ﻭﺇﻥ
ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﻣﻼ ﺍﻋﺘﺪﺕ ﺑﻮﺿﻊ ﺍﻟﺤﻤﻞ،
ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﻭﺿﻊ
ﺍﻟﺤﻤﻞ. ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ:
ﺇﺫﺍ ﺗﺰﻭﺝ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺯﺍﻧﻴﻪ
ﺛﻢ ﻋﻠﻢ ﺃﻧﻬﺎ ﺣﺎﻣﻞ ﻣﻦ ﺯﻧﺎ ﻓﺈﻧﻪ
ﻳﻔﺎﺭﻗﻬﺎ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﺪ ﻭﻃﺌﻬﺎ ﻟﺰﻣﻪ
ﻣﻬﺮ ﺍﻟﻤﺜﻞ. ﻭﻗﺎﻝ ﺭﺑﻴﻌﻪ: ﻳﻔﺎﺭﻗﻬﺎ
ﻭﻻ ﻣﻬﺮ ﻋﻠﻴﻪ. ﻭﺫﻫﺐ ﺍﺑﻦ ﺳﻴﺮﻳﻦ
ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻮﺳﻒ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺇﻟﻰ
ﺃﻧﻬﺎ ﺍﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﺋﻼ ﻓﻼ ﻋﺪﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ،
ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺣﺎﻣﻼ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ ﻋﻘﺪ
ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﺗﻀﻊ ﻭﻫﻰ
ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﺍﻻﺧﺮﻯ ﻋﻦ ﺃﺑﻰ ﺣﻨﻴﻔﻪ
ﺩﻟﻴﻠﻨﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ )ﻭﺃﺣﻞ ﻟﻜﻢ ﻣﺎ
ﻭﺭﺍﺀ ﺫﻟﻜﻢ( ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ )ﻻ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﺍﻟﺤﻼﻝ(
ﻭﺍﻟﻌﻘﺪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﺍﻧﻴﻪ ﻛﺎﻥ ﺣﻼﻻ ﻗﺒﻞ
ﺍﻟﺰﻧﺎ ﻭﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻓﻼ ﻳﺤﺮﻣﻪ ﺍﻟﺰﻧﺎ.
ﻭﺭﻭﻯ ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﺗﺰﻭﺝ
ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻟﻬﺎ ﺍﺑﻨﺔ ﻓﻔﺠﺮ ﺍﻟﻐﻼﻡ
ﺑﺎﻟﺼﺒﻴﻪ، ﻓﺴﺄﻟﻬﻤﺎ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻨﻪ ﻓﺄﻗﺮﺍ ﻓﺠﻠﺪﻫﻤﺎ ﻭﺣﺮﺹ ﺃﻥ
ﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺎﻟﻨﻜﺎﺡ ﻓﺄﺑﻰ ﺍﻟﻐﻼﻡ
ﻭﻟﻢ ﻳﺮ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ
ﺍﻧﻘﻀﺎﺀ ﺍﻟﻌﺪﺓ، ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻜﺮ ﻋﻠﻴﻪ
ﺃﺣﺪ، ﻓﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﺍﺟﻤﺎﻉ ﻭﻻﻧﻪ
ﻭﻃﺊ ﻻ ﻳﻠﺤﻖ ﺑﻪ ﺍﻟﻨﺴﺐ، ﺃﻭ ﺣﻤﻞ
ﻻ ﻳﻠﺤﻖ ﺑﺄﺣﺪ ﻓﻠﻢ ﻳﻤﻨﻊ ﺻﺤﺔ
ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ
link dokumen :
http://www.facebook.com/groups/kasarung/doc/595102023847873/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar