PERTANYAAN
Mustawa Alhudry
assalamu alaikum wr wb ,,,para sesepuh huda yg di rahmati ALLAH .ana mau bertanya masalh
yg berhubungan dengan wanita haid masuk masjid
{1 apakah bisa di samakan antara masjidil harom dengan masjid yg lain ..??
{2 ,,sekarang lagi di bangun di masjidil harom lif/eskalator yg
tujuannya untuk tawaf ..apakh sah orng yg tawaf memakai alat sprti itu
..?? kalu bisa di cantumkan ibarohnya biar lebih mantep .
JAWABAN
Mbah Pardan Milanistie
Wa'alaikum salam..nyumbang rembug sedikit
setahu saya gak ada pengecualian antara Masjidil Harom atau Masjid Nabawi
dengan Masjid2 yang lain dalam hal ini tapi mungkin ada Ibarot yang lain
tentang masalah Post ini
الشافعية قالوا...
أما المرور بالمسجد، فإنه يجوز للجنب والحائض والنفساء من غير مكث فيه، ولا تردد بشرط أمن عدن
تلوث المسجد، فلو دخل من باب وخرج من آخر جاز، أما إذا دخل وخرج من باب
واحد، فإنه يحرم؛ لأنه يكون قد تردد في المسجد، وهو ممنوع، إلا إذا كان
يقصد الخروج من باب آخر غير الذي دخل منه، ولكن بدا له أن يخرج منه، فإنه
لا يحرم
Ulama madzhab Syafi'i berpendapat bahwa lewat di masjid boleh dilakukan
orang yang junub, haid dan nifas asal tidak diam atau berputar-putar di
dalam masjid. Kalau masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu yang
lain itu boleh. Sedangkan kalau masuk dan keluar dari pintu yang sama
itu tidak boleh karena itu termasuk berputar. Kecuali apabila ia awalnya
bermaksud keluar dari pintu lain selain tempat masuknya tapi ternyata
tidak bisa maka hal itu dibolehkan.
Al-Fiqh Alal Madzahib Al-Arba'ah hlm I/86
وعن عائشة رضي الله عنها قالتْ: قالَ رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم:
"إني لا أُحِلُّ المَسْجِدَ لحائض ولا جُنُبٍ". رواه أبو داود. وصحّحه ابنُ
خزيمةَ.
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub."
Riwayat bu Dawud dan hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah.[Bulughul
Maram/52].
Imam Ash-Shan’ani berkata :والحديث دليل على أنه لا يجوز
للحائض والجنب دخول المسجد، وهو قول الجمهور، وقال داود، وغيره: يجوز،
وكأنه بني على البراءة الأصلية، وأن هذا الحديث لا يرفعها.وأما عبورهما
المسجد، فقيل: يجوز لقوله تعالى:{… إلا عابري سبيل …}في الجنب، وتقاس
الحائض عليه، والمراد به: مواضع الصلاة.وأجيب: بأن الآية فيمن أجنب في
المسجد فإنه يخرج منه للغسل، وهو خلاف الظاهر، وفيها تأويل
اخر
Hadits
tersebut adalah dalil tidak bolehnya perempuan yang sedang haidh dan
junub masuk SERTA DIAM di dalam masjid, demikianlah menurut pendapat
jumhur ulama.
Sementara Dawud az-zohiri,ibnu hazm dan ulama lainnya
mengatakan boleh, sepertinya pendapatnya ini berdasarkan al-bara'ah
al-ashliah (hukum asalnya, terlepasd ari kewajiban),
dan hadits ini tidak
dapat mengangkat hukum asal tersebut.mereka berhujjah dgn ayat quran,
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "..terkecuali sekedar
berlalu saja.(.Q" S. An-Nisa': 43) Mengenai yang junub, sedangkan
perempuan haidh diqiaskan padanya.
Yang dimaksud dalam ayat itu adalah
tempat-tempat shalat.Pendapat tersebut dapat dijawab,QIAS ITU BATIL
KERANA bahwa ayat itu berkenaan dengan orang yang junubnya terjadi di
dalam masjid, maka dia harus keluar untuk mandi, ini berbeda dengan
zhahirnya ayat tersebut. Dan terdapat penafsiran yang lain mengenai ayat
ini.[Subulussalam 1/ (1/229)].
عن عائشة قالت: قال لي رسول اللَّه صلى
اللَّه عليه وآله وسلم نَاوِلْيِنِي الْخُمْرَةَ من المسجدِ فقلت: إني
حائضٌ فقال: إن حَيْضَتَكَ لَيْسَتْ في يَدِكَ
Dari 'Aisyah Radliyallaahu
'anha bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Ambilkanlah aku sajadahku dari masjid’. Lalu aku berkata, 'Sesungguhnya
aku sedang haidh, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Sesungguhnya haidh itu tidak berada di tanganmu.,' (HR. Jama'ah
keccuali Al-Bukkhari) Asy-Syaukani berkata :
والحديث يدل على جواز دخول
الحائض المسجد للحاجة ولكنه يتوقف على تعلق الجار والمجرور أعني قوله: من
المسجد بقوله: ناوليني وقد قال بذلك طائفة من العلماء واستدلوا به على جواز
دخول الحائض المسجد للحاجة تعرض لها إذا لم يكن على جسدها نجاسة وأنها لا
تمنع من المسجد إلا مخافة ما يكون منها وعلقته طائفة أخرى بقوله: (قال لي
رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم من المسجد ناوليني الخمرة) على
التقديم والتأخير.وعليه المشهور من مذاهب العلماء أنها لا تدخل لا مقيمة
ولا عابرة لقوله: صلى اللَّه عليه وآله وسلم (لا أحل المسجد لحائض ولا
جنب)
Hadits di atas menunjukkan bolehnya masuk (MASUK PINTU LAIN KELUAR
PINTU LAIN) masjid,bagi orang orang yang haidh dengan adanya hajat .
Tetapi pendapati ni tergantung pada hubungan jar dan majrur, yakni pada
perkataan "minalinasjidi" berdasarkan perkataan" naawillini". Mereka
yang berpendapau demikian adalah segolongan Ulama.
Mereka menggunakan
hadits ini sebagai dalil bolehnya masuk masjid bagi orang yang haidh
karena adanya hajat, jika badannya tidak terkena najis maka tidak ada
halangan baginya masuk masiid kecuali khawatir adanya najis. Golongan
lain menggantungkan perkataan,"Rasulullah mengatakan kepada kami dari
masjid, ambilkanlah aku kerudung" pada taqdim dan ta’khir (lafadz yang
terdahulu dan yang terkemudian).
Madzhab Ulama yang masyhur berpendapat
bahwa orang yang haidh tidak masuk masjid, tidak tinggal, dan tidak
melewati berdasarkan sabda Nabi yang berbunyi, Sesungguhnya aku tidak
menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub."[Nailul
Authar 1/ 189 (1/514)].
mungkin
dari keterangan Hadist dan fatwa para.Ulama' kita bisa mengambil
Ibarot
bahwasannya tidak ada kekhususan dalam hal wanita Haid masuk Masjidil
harom atau masjid Nabi dengan Masid yang lainnya.
Wallohu A'lam
Brojol Gemblung
Wa'alaikumussalam
Melakukan Thawaf menggunakan fasilitas lif / eskalator itu sah, hanya saja yg
lebih afdhal yaitu berthawaf dg cara berjalan kaki kecuali ada udzur.
Lantas apabila berthawaf memakai eskalator tanpa adanya udzur maka boleh
dan tidak makruh, akan tetapi Khilaf al-Aula (menyalahi keutamaan). Namun sebagian ulama
menegaskan bahwa berthawaf dg cara menaiki eskalator tanpa adanya udzur
itu makruh.
Oleh
karena demikian dalam madzhab Syafi'iyyah merekomendasikan bahwa
thawafnya orang yg berjalan kaki itu lebih utama dari pada thawafnya
orang yg tidak berjalan kaki, baik hal itu karena ada udzur ataupun
tidak, dan thawafnya dihukumi sah dan tidak wajib membayar Dam (denda).
Berbeda halnya dg pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah, bahwa orang yg
thawaf menggunakan eskalator tanpa adanya udzur maka wajib baginya
membayar Dam (denda), dan bila masih di Makkah maka harus mengulang
thawafnya menurut Abu Hanifah.
ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ - ﻣﺤﻴﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ - ﺝ - ٨ ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٢٦ - ٢٧:
ﺃﻣﺎ
ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺍﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﻄﻮﻑ ﻣﺎﺷﻴﺎ ﻭﻻ ﻳﺮﻛﺐ ﺍﻻ ﻟﻌﺬﺭ ﻣﺮﺽ ﺃﻭ ﻧﺤﻮﻩ ﺃﻭ
ﻛﺎﻥ ﻣﻤﻦ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻰ ﻇﻬﻮﺭﻩ ﻟﻴﺴﺘﻔﺘﻰ ﻭﻳﻘﺘﺪﻯ ﺑﻔﻌﻠﻪ. ﻓﺎﻥ ﻃﺎﻑ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﺑﻼ ﻋﺬﺭ
ﺟﺎﺯ ﺑﻼ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﻟﻜﻨﻪ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻛﺬﺍ ﻗﺎﻟﻪ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻭﻛﺬﺍ ﻧﻘﻠﻪ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ
ﻋﻦ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ.
ﻭﻗﺎﻝ
ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻣﻦ ﺇﺩﺧﺎﻝ ﺍﻟﺒﻬﻴﻤﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺗﻠﻮﻳﺜﻬﺎ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺷﺊ
ﻓﺎﻥ ﺃﻣﻜﻦ ﺍﻻﺳﺘﻴﺜﺎﻕ ﻓﺬﻟﻚ ﻭﺍﻻ ﻓﺎﺩﺧﺎﻟﻬﺎ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻣﻜﺮﻭﻩ. ﻫﺬﺍ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺮﺍﻓﻌﻲ ﻭﺟﺰﻡ
ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺑﻜﺮﺍﻫﺔ ﺍﻟﻄﻮﺍﻑ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻋﺬﺭ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﻟﺒﻨﺪﻧﻴﺠﻲ ﻭﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ
ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﻭﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻭﺍﻟﻌﺒﺪﺭﻱ ﻭﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺍﻷﻭﻝ. ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﻨﺪﻧﻴﺠﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ
ﻭﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺍﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻛﻮﺏ ﺳﻮﺍﺀ ﻓﻴﻤﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ.
ﻗﺎﻝ
ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻭﺣﻜﻢ ﻃﻮﺍﻑ ﺍﻟﻤﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻛﺘﺎﻑ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻛﺎﻟﺮﺍﻛﺐ ﻓﻴﻤﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻗﺎﻝ
ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﺬﻭﺭﺍ ﻓﻄﻮﺍﻓﻪ ﻣﺤﻤﻮﻻ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻨﻪ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﺻﻴﺎﻧﺔ ﻟﻠﻤﺴﺠﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ. ﻗﺎﻝ
ﻭﺭﻛﻮﺏ ﺍﻹﺑﻞ ﺃﻳﺴﺮ ﺣﺎﻻ ﻣﻦ ﺭﻛﻮﺏ ﺍﻟﺒﻐﺎﻝ ﻭﺍﻟﺤﻤﻴﺮ.
ﻓﺮﻉ:
ﻗﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﻣﺬﻫﺒﻨﺎ ﻓﻲ ﻃﻮﺍﻑ ﺍﻟﺮﺍﻛﺐ ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﺇﺟﻤﺎﻉ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻃﻮﺍﻑ
ﺍﻟﻤﺎﺷﻲ ﺃﻭﻟﻰ ﻣﻦ ﻃﻮﺍﻑ ﺍﻟﺮﺍﻛﺐ ﻓﻠﻮ ﻃﺎﻑ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﻟﻌﺬﺭ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﺻﺢ ﻃﻮﺍﻓﻪ ﻭﻻ ﺩﻡ
ﻋﻠﻴﻪ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺎﻟﻴﻦ ﻭﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﺑﻦ
ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ.
ﻭﻗﺎﻝ
ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﺍﻥ ﻃﺎﻑ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﻟﻌﺬﺭ ﺃﺟﺰﺃﻩ ﻭﻻ ﺷﺊ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﻥ ﻃﺎﻑ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﻟﻐﻴﺮ
ﻋﺬﺭ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺩﻡ. ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﻤﻜﺔ ﺃﻋﺎﺩ ﺍﻟﻄﻮﺍﻑ. ﻭﺍﺣﺘﺠﺎ ﺑﺄﻧﻬﺎ ﻋﺒﺎﺩﺓ
ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﺒﻴﺖ ﻓﻼ ﻳﺠﺰﺉ ﻓﻌﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺍﺣﻠﺔ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ.
ﻭﺍﺣﺘﺞ
ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺑﺎﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺇﻧﻤﺎ ﻃﺎﻑ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺍﻛﺒﺎ
ﻟﺸﻜﻮﻯ ﻋﺮﺿﺖ ﻟﻪ. ﻛﺬﺍ ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻓﻲ ﺳﻨﻨﻪ ﺑﺎﺳﻨﺎﺩﻩ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ.
ﻭﺍﻟﺠﻮﺍﺏ
ﺃﻥ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ ﺍﻟﺜﺎﺑﺘﺔ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺟﺎﺑﺮ ﻭﻋﺎﺋﺸﺔ ﻣﺼﺮﺣﺔ ﺑﺄﻥ ﻃﻮﺍﻓﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻤﺮﺽ ﺑﻞ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﺮﺍﻩ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻳﺴﺄﻟﻮﻩ ﻭﻻ ﻳﺰﺍﺣﻤﻮﺍ
ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﺫﻛﺮﻩ.
ﻭﺃﻣﺎ
ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻫﺬﺍ ﻓﻀﻌﻴﻒ ﻷﻧﻪ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺯﻳﺎﺩ ﻭﻫﻮ ﺿﻌﻴﻒ ﻗﺎﻝ
ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻟﺮﻭﺍﻳﺔ ﺗﻔﺮﺩ ﺑﻪ ﻳﺰﻳﺪ ﻫﺬﺍ ﻭﺃﻣﺎ ﻗﻴﺎﺳﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻔﺎﺳﺪ ﻻﻥ
ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻻ ﺗﺼﺢ ﺭﺍﻛﺒﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﻭﻗﺪ ﺳﻠﻤﻮﺍ ﺻﺤﺔ ﺍﻟﻄﻮﺍﻑ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﺩﻋﻮﺍ ﻭﺟﻮﺏ
ﺍﻟﺪﻡ ﻭﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ. ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
ﻓﺮﻉ:
ﻟﻮ ﻃﺎﻑ ﺯﺣﻔﺎ ﻣﻊ ﻗﺪﺭﺗﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺸﻲ ﻓﻄﻮﺍﻓﻪ ﺻﺤﻴﺢ ﻟﻜﻦ ﻳﻜﺮﻩ ﻭﻣﻤﻦ ﺻﺮﺡ ﺑﺼﺤﺘﻪ
ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻓﻲ ﺗﻌﻠﻴﻘﻪ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺩﻻﺋﻞ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﻃﻮﺍﻑ ﺍﻟﺮﺍﻛﺐ ﻓﻘﺎﻝ ﻃﻮﺍﻓﻪ
ﺯﺣﻔﺎ ﻛﻄﻮﺍﻓﻪ ﻣﺎﺷﻴﺎ ﻣﻨﺘﺼﺒﺎ ﻻ ﻓﺮﻕ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ. ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ
link dokumen :
http://www.facebook.com/groups/kasarung/doc/607899775901431/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar