PERTANYAAN
Ddn Sopian
Siapa ya tau lagu LIR ILIR TANDURE WOSEMILIR...
JAWABAN
Nunu Nurul Qomariyah
Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…
Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,?
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang
artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya
tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu
dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu
dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang
penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur
angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan
ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir.
Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan
didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah.
Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi
kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang
baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat
untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya
masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan
pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.
Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau
yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah
seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu
“menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa
“Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri
khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari
agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang
menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa
“Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa
untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak
para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.
Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah
ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah
taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.
Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan,
kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah
”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.
Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan
menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala
perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu
selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.
Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal
tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan
itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat
kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini
dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda
kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
sumber dari
http://anggacoz.wordpress.com/2008/03/28/lir-ilir-tembang-para-wali-tanah-jawi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar