Bulan Sya’ban/malam nishfu Sya’ban
Bulan Sya’ban adalah termasuk bulan suci atau mulia dan cukup dikenal
di kalangan kaum muslimin karena banyak riwayat hadits yang mengemukakan
kemuliaan bulan tersebut.
Nama Sya’ban adalah salah satu nama
bulan dari 12 bulan Arab lainnya yaitu satu bulan sebelum bulan
Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud nishfu (pertengahan) Sya’ban yaitu
tanggal 15 bulan Sya’ban, sedangkan malam nishfu Sya’ban yaitu mulai
waktu Maghrib pada tanggal 14 Sya’ban. Banyak hadits Hasan yang
dipandang mu’tamad oleh para ulama pakar mengenai keutamaan bulan
Sya’ban dan malam nishfu Sya’ban, diantaranya, Hadits dari ‘Aisyah:
مَا رَأيْتُ رَسُوْلُ الله .صَ. : إسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍِ قَطُّ,
إلاَّ شَهْرَ رَمَضَانَ , وَمَا رَأيْتُهُ فِىْ شَهْرٍ كْثَـَرَ مِنْهُ
صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
“Tidak terlihat olehku Rasulallah saw.
berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu
bulan yang hari-harinya lebih banyak dipuasakan Nabi daripada bulan
Sya’ban”. (Bukhari dan Muslim)
Riwayat dari Usamah bin Zaid ra. katanya :
قُلْتُ : يَا رَسُوْلُ اللهِ لَمْ أرَاكَ تَصُومُ مِنْ شَهِْرمِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانِ؟
قَالَ ذَالِكَ شَهْرُْ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ , بَيْنَ رَجَبَ وَ رَمَضَانَ وَهُوَ شَهْـرٌ تُرْفَعُ بِهِ
الأعْمَال اِلَى رَبِّ العَالَمِيْنَ فَأحِبُّ اَنْ يُرْفَعُ عَمَلِى وَأنَا صَائِمٌ.
“Tanya saya: ‘Ya, Rasulallah kelihatannya tidak satu bulan pun yang
lebih banyak anda puasakan dari Sya’ban’. Ujar Nabi; ‘Bulan itu sering
dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedang pada
bulan itulah (bulan Sya’ban) diangkatnya amalan-amalan kepada Allah
Rabbul ‘alamin. Maka saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya
dalam berpuasa’ ”. (HR.Abu Daud dan Nasa’i dan disahkan oleh Ibnu
Khuzaimah)
Hadits dari Ummu Salamah ra., katanya: ‘Belum pernah
aku melihat Nabi saw. berpuasa dua bulan berturut-turut terkecuali di
bulan Sya’ban dan Ramadhan”. (HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan)
Abu Dawud mengemukakan hadits dari Abdullah bin Abi Qais dari Aisyah ra.
sebagai berikut: “Bulan yang paling disukai Rasulullah saw. ialah
berpuasa di bulan Sya’ban. Kemudian beliau menyambung puasanya hingga ke
Ramadhan”. (Sulaiman bin al-Asy’at al-Sijistani, Sunan Abu Daud, t.th,
Dar al-Fikr : Beirut , hlm 323 juz 2)
Hadits lainnya adalah
riwayat al-Nasa’i dan Abu Dawud (dan dishohihkan oleh Ibnu Huzaimah):
“Usamah berkata pada Nabi saw, ‘Wahai Rasulullah, saya tak melihat
engkau melakukan puasa (sunat) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan
Sya’ban‘. Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan
Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang’’ “.
Hadits dari Imran Ibnu Hushain ra. bahwasanya Nabi saw. pernah berkata
pada seseorang lelaki; “Apakah engkau pernah berpuasa sebagian dari
bulan Sya’ban ini? Jawab lelaki itu: ‘Tidak ‘. Sabda Nabi saw.: ‘Jika
engkau telah menyelesaikan bulan Ramadhan, maka puasalah dua hari
sebagai puasa pengganti bulan Sya’ban’ “. (HR. Bukhori dan Muslim)
Mengenai nishfu Sya’ban yang diriwayatkan Tirmudzi didalam An-Nawadir
dan oleh Thabarani serta Ibnu Syahin dengan sanad Hasan (baik), berasal
dari ‘Aisyah ra. yang menuturkan bahwa Rasulallah saw. pernah menerang-
kan bahwa:
هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانِ يَغْفِرُ
الله ُ المُسْتَغْفِرِيْنَ , وَ يَرْحَمُ المُسَْتَرْحِمِيْنَ وَ يُؤَخِّرُ
أهْلَ الحِقدِ عَلَى حِقْدِهِمْ
“Pada malam nishfu Sya’ban ini
Allah mengampuni orang-orang yang mohon ampunan dan merahmati mereka
yang mohon rahmat serta menangguhkan (akibat) kedengkian orang-orang
yang dengki”.
Disekitar hadits terakhir diatas ini beredar
sejumlah hadits lainnya yang memandang mustahab/baik kegiatan
menghidupkan (ihya) pada malam nishfu tersebut. Diantaranya; hadits
riwayat Ibnu Majah dari Amirul mukminin Ali ra.; Hadits riwayat Ibnu
Majah, Tirmidzi dan Ahmad dari ‘Aisyah ra., riwayat Ibnu Majah dan Ahmad
dari Abu Musa ra. dan sebagainya. Terkabulnya do’a yang dipanjatkan
pada malam tersebut lebih besar harapannya dan pada bulan itu lah
diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Hadits dari A’isyah ra: “Suatu malam Rasulullah salat, kemudian beliau
ber-sujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah
diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata
masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: ‘Hai
A’isyah engkau tidak dapat bagian’?. Lalu aku menjawab: ‘Tidak ya
Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah
telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama’. Lalu beliau bertanya:
‘Tahukah engkau, malam apa sekarang ini’. ‘Rasulullah yang lebih tahu’,
jawabku. ‘Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya
pada malam ini, maka Dia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi
kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan
orang-orang yang dengki‘ “. (HR. Baihaqi
Dalam
hadits Ali kw, Rasulullah bersabda: “Malam nisfu Sya’ban, maka hidup-
kanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah
turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: ‘Orang yang
meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri
dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga
fajar menyingsing’ “. (H.R. Ibnu Majah)
monggo
sugeng menghidubkan malam yg agung ini dgn ibadah2 sak kadar
kemampuan,tambah bsk berpuasa.sugeng nindaaken poro sedulurrrrr
link dokumen :
http://www.facebook.com/groups/kasarung/doc/607283042629771/
Bulan Sya’ban adalah termasuk bulan suci atau mulia dan cukup dikenal di kalangan kaum muslimin karena banyak riwayat hadits yang mengemukakan kemuliaan bulan tersebut.
Nama Sya’ban adalah salah satu nama bulan dari 12 bulan Arab lainnya yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud nishfu (pertengahan) Sya’ban yaitu tanggal 15 bulan Sya’ban, sedangkan malam nishfu Sya’ban yaitu mulai waktu Maghrib pada tanggal 14 Sya’ban. Banyak hadits Hasan yang dipandang mu’tamad oleh para ulama pakar mengenai keutamaan bulan Sya’ban dan malam nishfu Sya’ban, diantaranya, Hadits dari ‘Aisyah:
مَا رَأيْتُ رَسُوْلُ الله .صَ. : إسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍِ قَطُّ, إلاَّ شَهْرَ رَمَضَانَ , وَمَا رَأيْتُهُ فِىْ شَهْرٍ كْثَـَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
“Tidak terlihat olehku Rasulallah saw. berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulan yang hari-harinya lebih banyak dipuasakan Nabi daripada bulan Sya’ban”. (Bukhari dan Muslim)
Riwayat dari Usamah bin Zaid ra. katanya :
قُلْتُ : يَا رَسُوْلُ اللهِ لَمْ أرَاكَ تَصُومُ مِنْ شَهِْرمِنَ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانِ؟
قَالَ ذَالِكَ شَهْرُْ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ , بَيْنَ رَجَبَ وَ رَمَضَانَ وَهُوَ شَهْـرٌ تُرْفَعُ بِهِ
الأعْمَال اِلَى رَبِّ العَالَمِيْنَ فَأحِبُّ اَنْ يُرْفَعُ عَمَلِى وَأنَا صَائِمٌ.
“Tanya saya: ‘Ya, Rasulallah kelihatannya tidak satu bulan pun yang lebih banyak anda puasakan dari Sya’ban’. Ujar Nabi; ‘Bulan itu sering dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedang pada bulan itulah (bulan Sya’ban) diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘alamin. Maka saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam berpuasa’ ”. (HR.Abu Daud dan Nasa’i dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Hadits dari Ummu Salamah ra., katanya: ‘Belum pernah aku melihat Nabi saw. berpuasa dua bulan berturut-turut terkecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan”. (HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan)
Abu Dawud mengemukakan hadits dari Abdullah bin Abi Qais dari Aisyah ra. sebagai berikut: “Bulan yang paling disukai Rasulullah saw. ialah berpuasa di bulan Sya’ban. Kemudian beliau menyambung puasanya hingga ke Ramadhan”. (Sulaiman bin al-Asy’at al-Sijistani, Sunan Abu Daud, t.th, Dar al-Fikr : Beirut , hlm 323 juz 2)
Hadits lainnya adalah riwayat al-Nasa’i dan Abu Dawud (dan dishohihkan oleh Ibnu Huzaimah): “Usamah berkata pada Nabi saw, ‘Wahai Rasulullah, saya tak melihat engkau melakukan puasa (sunat) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan Sya’ban‘. Rasul menjawab: ‘Bulan Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang’’ “.
Hadits dari Imran Ibnu Hushain ra. bahwasanya Nabi saw. pernah berkata pada seseorang lelaki; “Apakah engkau pernah berpuasa sebagian dari bulan Sya’ban ini? Jawab lelaki itu: ‘Tidak ‘. Sabda Nabi saw.: ‘Jika engkau telah menyelesaikan bulan Ramadhan, maka puasalah dua hari sebagai puasa pengganti bulan Sya’ban’ “. (HR. Bukhori dan Muslim)
Mengenai nishfu Sya’ban yang diriwayatkan Tirmudzi didalam An-Nawadir dan oleh Thabarani serta Ibnu Syahin dengan sanad Hasan (baik), berasal dari ‘Aisyah ra. yang menuturkan bahwa Rasulallah saw. pernah menerang- kan bahwa:
هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانِ يَغْفِرُ الله ُ المُسْتَغْفِرِيْنَ , وَ يَرْحَمُ المُسَْتَرْحِمِيْنَ وَ يُؤَخِّرُ أهْلَ الحِقدِ عَلَى حِقْدِهِمْ
“Pada malam nishfu Sya’ban ini Allah mengampuni orang-orang yang mohon ampunan dan merahmati mereka yang mohon rahmat serta menangguhkan (akibat) kedengkian orang-orang yang dengki”.
Disekitar hadits terakhir diatas ini beredar sejumlah hadits lainnya yang memandang mustahab/baik kegiatan menghidupkan (ihya) pada malam nishfu tersebut. Diantaranya; hadits riwayat Ibnu Majah dari Amirul mukminin Ali ra.; Hadits riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ahmad dari ‘Aisyah ra., riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Musa ra. dan sebagainya. Terkabulnya do’a yang dipanjatkan pada malam tersebut lebih besar harapannya dan pada bulan itu lah diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Hadits dari A’isyah ra: “Suatu malam Rasulullah salat, kemudian beliau ber-sujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: ‘Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian’?. Lalu aku menjawab: ‘Tidak ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama’. Lalu beliau bertanya: ‘Tahukah engkau, malam apa sekarang ini’. ‘Rasulullah yang lebih tahu’, jawabku. ‘Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Dia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki‘ “. (HR. Baihaqi
Dalam hadits Ali kw, Rasulullah bersabda: “Malam nisfu Sya’ban, maka hidup- kanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: ‘Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing’ “. (H.R. Ibnu Majah)
monggo sugeng menghidubkan malam yg agung ini dgn ibadah2 sak kadar kemampuan,tambah bsk berpuasa.sugeng nindaaken poro sedulurrrrr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar