PERTANYAAN
Dinda Garwoneirul
Assalanualaikum HUDA..
Bab pitakonan
Apa hukumnya sumpah pocong? Dan apakah memang dlm islam
ritual sumpah pocong itu ada? (Barisan terjadi d desa tembok rejo
muncar banyuwangi) terimakasih untuk jawabannya..
JAWABAN
Mbah Pardan Milanistie
wa'alaikum salam
Menurut hukum Islam sumpah pocong itu boleh sepanjang tidak di-i'tiqod-kan sebagai syariat (masyru).
Legitimasi syar'i terhadap pelaksanaan sumpah pocong adalah untuk menguatkan sumpah.
Dasar Pengambilan
I'anatut Thalibin juz 4 halaman 318
(فرع ) يسن تغليظ يمين من المدعى والمدعى عليه وان لم يطلبه الخصم فى
نكاح وطلاق و رجعة وعتق ووكلة وفى مال بالغ عشرين دينارا لا فيما دون ذلك
لانه حقير فى نظر الشرعى نعم لو رآه الحكيم لنحو جراءة الحليف فعله وتغليظ
يكون بالزمان وهو بعد العصروعصر الجمعة اولى بالمكان وهو للمسلمين عند
المنبر اه (وقوله ويسن أن يقرأ الخ) عبارة غيره ومن التغليظ ان يوضع المصحف
فى حجره ويطلع له سورة برأة ويقال له ضع يدك على ذلك ويقراء قوله تعالى
ان الذين يشترون ... الأية اهـ
Al Jami' li Ahkamil Qur'an Juz 6 Hal. 354.
Ad Darul Nadzir Li Syeh Al Islam Al Huriy Hal. 91.
Fahrurrozi Bin Saimin
بسم الله الرحمن الرحيم
Sebenarnya sumpah pocong di qiyas kan pada sumpah "mubahalah" yang
terjadi antara nabi SAW dengan nasrani najran, (lihat QS; Ali Imran
ayat 61
سورة آل عمران : 61
...فنجمعهم نتضرع فى الدعآء <فنجعل لعنة الله على الظالمين> بأن
نقول اللهم العن الكاذب فى شأن عيسى . وقد دعا صلى الله عليه وسلم وفد
نجران لذالك لما حآجوه به فقالوا حتى ننظر فى أمرنا ثم نأتيك فقتل ذو
رأيهم نقد عرفتم نبوته وأنه ما باهلوا نبيا الا هلكوا فوادعوا رجلا فأتوا
الرسول صلى الله عليه و سلم وقد خرج ومعه الحسن والحسين وفاطمة و علي
وقال لهم اذا دعوت فآمنوا... فأبوا أن يلاعنونه وصالحوه على الجزية. رواه
أبوا نعيم. وعن ابن عباس قال لو خرج الذين يباهلون لرجعوا لا يجدون مالا
ولا أهلا, وفي رواية: لو خرجوا لاحترقوا
“Siapa yang membantahmu (Muhammad) tentang kisah ‘isa, sesudah
datang ‘ilmu (yang meyakinkan), katakanlah (kepada mereka); “Marilah
kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan
istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita ber
“mubahalah” kepada Alloh dan kita minta supaya la’nat Alloh di timpakan
kepada orang-orang yang dusta.” [Q.S. 3;61]
“Mubahalah” ialah masing-masing pihak diantara orang yang berbeda
pendapat men do’a kepada Alloh dengan sungguh-sungguh, agar Alloh
menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan
nasrani bani najran bermubahalah, tetapi mereka tidak berani. Dan ini
merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam tafsir al jalalain di terangkan {ibarohnya sebagian sudah kami
tulis], nabi mengajak nasrani najran untuk mengumpulkan anak anak nabi
dengan anak-anak mereka, istri-istri nabi juga istri-istri mereka,
sekaligus diri nabi juga diri mereka untuk berkumpul di tanah lapang,
dan berdo’a bersama agar la’nat Alloh di timpakan pada yang dusta.
Adapun redaksi do’a yang di sepakati adalah: “Yaa Alloh ! la’nati lah siapapun yang berbohong tentang berita ‘Isa.”
Nasrani najran berkilah; “nanti kami akan datang kepada engkau (Muhammad) setelah kami berembuk tentang masalah ini”.
ketika berembuk, pemimpin mereka berkata: “Sungguh kalian benar-benar
mengetahui akan nubuwah Muhammad. Tidak ada satupun nabi yang ber
mubahalah dengan qoumnya kecuali mereka pasti hancur binasa.”
Merekapun langsung mendatangi nabi s.a.w. yang sudah keluar bersama al Hasan, Al Husain, sayyidah Fathimah, dan sayyidina ‘Ali.
Nabi pun berkata kepada anak cucu beliau: “Nanti ketika aku berdo’a, kalian semua harus meng amini nya”.
Akan tetapi para nasrani najran berubah 180 derajat, ketaka Nabi
mengajak untuk bermubahalah, mereka pun bersikap baik, bahkan memberi
jizyah (tanda bahwa mereka takluk).
Demikian berdasar riwayat Abu nu’aim.
Dan riwayat ibnu ‘Abbas, Nabi bersabda: “Andai mereka keluar untuk
bermubahalah, pastilah mereka akan kembali dengan tidak menemukan harta
dan anak”.
Dalam riwayat lain; “Andai mereka keluar untuk bermubahalah, pastilah mereka terbakar hangus seketika.”
Dalam studi kasus "sumpah pocong" ini terjadi perselisihan antara
dua pihak(atau lebih) tentang tuduhan yang tidak bisa dibuktikan secara
empiris.
masing-masing pihak memakai "pocong" hanya sebagai stimulus bagi kesungguhan.
tata caranya bahkan bersyahadat, dan bersumpah kalimat qosam "Demi Alloh..." (bukan "demi pocong").
intinya pihak tertuduh dan yang menuduh ber "mubahalah" agar laknat Alloh ditimpakan kepada orang yang berdusta.
Wallohu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar