Kita belum bersatu
King Faisal Al Saud bin Abdul Aziz at that time could not deny his family’s kindred with the jews when he declared to the Washington Post on Sept. 17, 1969 stating:
“We, the Saudi Familiy, are cousins of the Jews: we entirely disagree with any Arab or Muslem Authority which shows any antagonism to the Jews; but we must live together with them in peace. Our country (Arabia) is the fountain head from where the first Jew sprang, and his descendants spread out all over the world.".
Terjemahan:
Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz pada saat itu tidak menyangkal keluarganya adalah keluarga dengan Yahudi sebagaimana yang dia ungkapan pada Washington Post pada 17 September 1969 yang menyatakan:
"Kami, Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang Yahudi: kita sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim yang menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus hidup bersama dengan mereka dalam damai. Negara kami (arabia) adalah sumber awal Yahudi dan nenek moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia"
Hubungan kekeluargaan mereka kita dapati juga keterangannya dari video pada http://www.youtube.com/watch?v=7tVQ5NNBFhc
Tampaknya Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz menyampaikan apa adanya tentang riwayat keluarganya namun beliau adalah seorang muslim.
Sepanjang riwayat Penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul Azis sajalah yang sesuai dengan apa yang kaum muslimin inginkan, namun atas kehendak Allah, beliau terbunuh.
Kenapa Raja Faisal bin Abdul Azis terbunuh ?
Hampir seluruh informasi yang kita dapat menceritakan bahwa beliau terbunuh karena kepemimpinan beliau tidak sesuai dengan keinginan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman.
Allah ta’ala telah memperingatkan kita semua dengan firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak.
Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari wilayah Palestina.
Namun kenyataan yang “tampak” kemudian adalah pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad. Beberapa analisa mengatakan pembunuhan ini ada dalam pengaturan kaum Zionis Yahudi.
Raja Faisal adalah salah atu sosok penguasa negeri yang mentaati peringatan Allah Azza wa Jalla untuk tidak menjadikan kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan.
Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Begitupula dengan sosok Saddam Huesin di luar masalah kepemimpinan, beliau juga “memerangi” Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi. Salah satu alasan Amerika menggulingkan Saddam Husein adalah disebabkan beliau mempelopori penggantian mata uang dolar sebagai alat tukarnya, termasuk dalam komoditi minyak.
Seperti apa yg dirumuskan oleh Nowmky, bahwa globalisasi merupakan konspirasi negara-negara barat, maka Globalisasi tersebut dijadikan negara-negara barat untuk menguasai bidang-bidang tertentu sehingga mereka bisa mengontrol apapun yang dikehendakinya. Globalisasi itu sangat berpengaruh pada aspek ekonomi maupun perdagangan. Sumber-sumber ekonomi negara-negara berkembang maupun sedang berkembang dikuasai oleh barat. Dimana di dalamnya ada konspirasi untuk menguasai dunia lewat hegemoninya. Dan di dunia perdagangan, dolar merupakan salah satu jalan untuk memudahkan konspirasi itu.
Perdagangan dunia sekarang ini, tak lebih dari sekedar permainan, dimana AS menyediakan dolar dan negara lainnya menyediakan komoditas yang bisa dibeli dengan dolar. Dunia yang begitu terbelit ekonominya satu sama lainnya, berupaya keras untuk melakukan hubungan dagang dengan harapan memperoleh keuntungan komparatif. Mereka bersaing dengan memaksimalkan ekspor yang sebesar-besarnya untuk mendapatkan dolar, yang pada akhirnya bisa dipakai untuk membayar utang negara dalam bentuk Dolar, dan untuk mempertebal cadangan devisa agar nilai tukar Mata Uang Domestiknya terpelihara…”(Asia Times, 11 April 2002).
Penggunaan dolar sebagai alat tukar (uang kartal) dalam transaksi-transaksi dimulai ketika negara-negara OPEC pada tahun 1971 menerima dengan “ikhlas dan sukarela” dolar sebagai satu-satunya alat tukar dalam transaksi jual beli minyaknya. Dan mulai saat itu pula hegemoni AS berjalan lancar untuk menguasai dunia. Selanjutnya bidang-bidang lainnya kemudian menjadi latah dan ikut-ikutan menggunakan dolar sebagai alat tukar. Akibatnya negara-negara lain harus mengikuti perkembangan nilai dolar yang semakin menurun ketimbang dengan menggunakan uang dengan back up emas yang justru nilainya semakin meningkat. Bahkan nilai Euro lebih besar dari dolar. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan holey dolar di Australia dimana dolar tersebut di beking oleh emas sehingga bisa meningkatkan nilai totalnya sebesar 25 % dan mencegah keluarnya logam dari koloni.
Padahal jika mereka mengetahui sejarah dolar yang dikeluarkan oleh federal reserve yang merupakan bank buatan yahudi, maka tidak akan ada negara yang menggunakan dolar. Awal terbentuknya dolar itu sendiri sarat dengan tujuan menguasai negara lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang milyuner Yahudi kelahiran Jerman yang memegang kerajaan dunia perbankan di Eropa, Meyer Amshel Rothchild (1743-1812), give me control over a nations economic and I don’t care who writes its laws. Sedangkan James Abram Garfiled menyatakan bahwa Whom ever that control the money or economic of nation , they would control the nation too.
Dari apa yang dikatakan Rotchild dan Garfield penguasaan atas suatu negara tidak harus dengan mengepur dengan persenjataan tetapi cukup dengan menguasai ekonominya melalui menguasaan mata uangnya. Inilah kunci dari permainan ekonomi AS dalam menguasai dunia. Ini hanya salah satu aspek saja hegemoni dari AS (barat) saja dan masih banyak aspek lain.
Seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, presiden AS, “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang kartal dolar, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi“. Selain itu pada dasarnya siapa pun yang menggunakan dolar, maka mereka mempunyai utang atau bunga di federal reserve, secara rasional semakin banyak uang dengan dolar maka semakin banyak pula bunga (utang) yang diperoleh.
Di era globalisasi ini, penggunaan dolar sebagai alat tukar internasional di segala bidang masih dilakukan akan tetapi dengan adanya inflasi dolar di AS pada tahun 2008 yang mempengaruhi seluruh negara dibelahan dunia itu membuat banyak negara ingin berpaling dari dolar. Pada tahun 1995 saja, menurut data UNCTAD-WB-WTO, mata uang ekspor dunia dalam dolar sebesar 47,6 %. Sedangkan koleksi Dolar di negara-negara berkembang dalam cadangan devisanya sebanyak 63,5 % dan jumlah utang Jeratan utang dalam bentuk dolar di negara-negara berkembang sebesar 50 %.
Kekhawatiran AS meningkat ketika Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengusulkan agar negara-negara OPEC mengganti mata uang transaksi minyak dari dolar ke euro pada pertemuan KTT OPEC bulan Nobember 2007. Tuntutan menggusur dolar AS diperjuangkan kelompok negara anti-AS yang dipelopori Iran dan Venezuela. Namun, sampai KTT berakhir, sama sekali tidak disebut-sebut soal usul pengubahan patokan mata uang ini. Diduga, kubu pro-AS yang dimotori Arab Saudi mengeblok usul radikal tersebut.
Menurut analisa William Engdahl dari Global Research, “memiliterisasi” selat Mandab dan perompak Somalia adalah merupakan upaya AS untuk menekan negara-negara OPEC agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika. Semua negara Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan Yaman saling berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang super-strategis, tanker-tanker minyak dari Teluk Persia harus lewat ke Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal Suez, dan menuju Mediterania.
Engdahl kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya: bagaimana mungkin bajak laut dari Somalia, sebuah negara yang berada di nomor teratas dalam list ‘negara gagal’ (failed state) sampai punya senjata dan logistik yang canggih, sampai-sampai dalam dua tahun terakhir mampu membajak 80 kapal dari berbagai negara? Bahkan pembajak Somalia itu memakai gaya-gaya penjahat di negara maju: menelpon langsung kantor koran Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak.
Merajalelanya perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk menaruh kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea, Somalia, Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan tidak akan memberikan reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat Mandab. Kini, masih ada satu negara di sekeliling Selat Mandab yang masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak cukup kuat untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus ‘digulingkan’. Aksi-aksi protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan keinginan AS.
Begitupula apa yang terjadi di negara Somalia setelah sejak jatuhnya pemerintahan militer di bawah diktator Mohammed Siad Barre, negara Somalia menjadi negara yang tidak aman. Berbagai konflik terus mendera negara ini. Mulai dari kelaparan hingga perang saudara. Sejak tahun 1991, Somalia merupakan negara yang sering sekali terjadi perang saudara. Perang yang bermula dari meluapnya kemarahan rakyat kepada pemerintahan Mohammed Siad Barre kala itu, ternyata terus berlanjut hingga 15 tahun lamanya. Perang saudara tersebut mengakibatkan terpecahnya beberapa wilayah Somalia, dan berdirinya dua blok politik yang berseberangan antara satu dengan lainnya. Yang pertama bernama Somaliland dan yang kedua bernama Puntland. Keduanya saling mengklaim sebagai negara yang sah dan berdaulat. Tidak hanya itu, sebagian wilayah Somalia lainnya pun terpecah menjadi beberapa bagian dalam klan-klan Somalia.
Pemerintahan Somalia yang diakui dunia internasional adalah “Pemerintahan Transisi Nasional”, dikepalai oleh Abdul Kassim Salat Hassan yang kemudian, diganti dengan Abdullah Yusuf pada parlemen transisional Somalia ditahun 2004. Kendati legalitas pemerintahan Abdullah Yusuf diakui oleh masyarakat internasional, akan tetapi ia tidak mengantongi otoritas aktual dalam pemerintahannya. Artinya banyak kebijakan dan keputusan strategis negara yang didikte dan dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu.
Kondisi yang serbakacau, akhirnya mendorong para ulama dan tokoh agama membentuk Uni Pengadilan Islam atau Union of Islamic Court (UIC) tahun 2003. Mereka pun menjadi tandingan Pemerintah Federal Sementara (PSF) pimpinan Presiden Abdullahi Yusuf Ahmad yang kurang disukai rakyat.
UIC pimpinan Sharif Syekh Ahmed berusaha menghentikan krisis berkepanjangan di negeri berpenduduk mayoritas Muslim itu dengan menerapkan syariat Islam. Bagi UIC, hanya Islam yang bisa menyatukan Somalia. UIC, berbasis di utara ibukota Mogadishu, berusaha mengembalikan ketertiban dan syariah Islam di kota yang marak dengan tindakan anarki.
UIC terdiri dari berbagai kelompok Islam di Somalia. Rakyat Somalia menyambut baik kehadiran UIC. ”Akhirnya kami melihat berakhirnya pembunuhan warga sipil dan perampokan terhadap rumah-rumah mereka,” kata Amina, aktivis kemanusiaan di selatan Mogadishu. Ia menambahkan,”Toko-toko yang menjual narkotika juga sudah ditutup”.
Warga di kota-kota besar seperti Mogadishu, Jowhar, dan Balad mengatakan, transportasi kini lebih lancar, binis mulai menggeliat, dan senjata-senjata sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan. “Kami akhirnya menikmati situasi yang aman dan stabil” kata Ali Mayo, seorang warga Mogadishu pada situs Islamonline.
Dalam waktu singkat, UIC mampu menarik simpati warga. . UIC menguasai seluruh bagian ibukota pada Juni 2006 dengan mengusir para kepala suku berhaluan sekuler pro-Amerika. Sebagian besar wilayah, seperti Jowhar, Kismayo, Beledweyne, dikuasai, dengan basis di Mogadishu.
Ketika itulah, syariat Islam diterapkan di wilayah-wilayah ini. UIC juga memberikan bantuan sosial, kesehatan, dan pendidikan kepada warga.Hanya saja, tampilnya UIC dengan syariat Islam cukup mengkhawatirkan negara-negara tetangga yang non-Muslim, juga pihak Barat. Mereka tidak ingin pengaruh Islam makin meluas di benua Afrika, yang dipandang bisa menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras.
Maka, pada Desember 2006, pasukan PSF dengan didukung tentara Ethiopia dan negara Barat, menyerang basis-basis UIC. Serangan ini membuat UIC terdesak dari Mogadishu sebelum kehilangan seluruh wilayah. Mereka selanjutnya bergerilya. Pertikaian panjang tak terhindarkan. PBB mengirimkan pasukan perdamaian untuk meredam konflik. Meski begitu, para pejuang Islam berikrar untuk terus melawan pemerintah dukungan Barat, mengusir tentara asing, sekaligus mengembalikan penerapan syariat Islam di seluruh wilayah Somalia.
Dari pengamatan koresponden BBC, Mohammad Olad Hassan, meski telah tersingkir, syariat Islam yang diusung UIC sudah kadung dicintai oleh warga Somalia. Parameternya bisa terlihat ketika UIC berkuasa. Masyarakat menilai, saat hukum Islam dijalankan, tercipta kondisi aman. “Stabilitas terwujud, juga tidak muncul kekhawatiran terhadap tindak kejahatan dan peredaran narkoba,” kata dia.
Oleh karena itulah, sebenarnya pengaruh Islam pada aspek kemasyarakatan dan kekuatan politik tidak lenyap begitu saja. Warga, sambung Olad Hassan, tetap menghormati hukum Islam, kendati pemerintah lebih condong pada pengaruh Barat.
Sementara itu, Haroun Hassan, jurnalis Somalia yang bertugas di London, mengonfirmasi bahwa masyarakat Somalia cenderung memilih syariat Islam karena merasa kecewa dengan sistem demokrasi ala Barat. “Dalam pandangan warga, sistem politik modern yang diadopsi pemerintah justru melanggengkan praktik korupsi, nepotisme, dan tata kelola yang buruk,” katanya.
Mohammad Olad Hassan lantas menegaskan, rakyat Somalia menginginkan elemen-elemen Islam kembali terlibat pada pemerintahan baru yang akan dibentuk kemudian. Mereka berdoa agar syariat Islam hadir sebagai unsur utama lagi. Doa itu dikabulkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah melalui perundingan panjang, tercapai kesepakatan antara pemerintah dengan pejuang Islam. Ada dua butir penting, yakni penarikan mundur pasukan Ethiopia dan berlanjut pada penerapan syariat Islam di seluruh negeri.
Kalangan dunia Islam menyambut gembira keputusan parlemen Somalia yang menyepakati secara aklamasi pemberlakuan syariat Islam. Situs eramuslim melaporkan, keputusan ini merupakan cerminan keinginan rakyat yang menginginkan hidup di bawah hukum Islam.
Presiden Somalia terpilih Syaikh Syarif Syekh Ahmad menyetujui gencatan senjata dan penerapan syariat Islam guna mengakhiri konflik panjang yang melanda negara itu.
Ketua Himpunan Ulama Muslim Internasional, Dr Yusuf Al Qaradhawi, melalui utusannya menyampaikan seruan terhadap semua faksi perjuangan di Somalia melakukan pembicaraan damai.
Seruan ini rupanya disambut positif Syeikh Syarif. ”Kami tegaskan respon kami atas seruan anda ”tanpa syarat”, dan kami telah siap melakukan kerja sama dengan Anda dan berusaha agar apa yang Anda, yang kami amat mengharapkan keberhasilannya”, ungkap Syarif.
Syarif juga menegaskan bahwa pihaknya juga siap menerima faksi-faksi lain yang berbeda pendapat dengannya untuk melakukan pembicaraan damai untuk mewujudkan Somalia yang terbabas dari cengkraman penjajah dan menerpakan syari’at Islam di semua lini kehidupan.
Sebagaimana diketahui, setelah Syarif diangkat menjadi pemimpin Somalia pada Januari 2009 lalu, faksi pejuang Somalia terbagi menjadi dua, antara pendukung dan penentang.
Sebagian kelompok Mahakim Al Islami, yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al Ishlah (Ikhwan Al Muslimun), Harakah Tajammu’ Al Islami dan Jama’ah Ahlu Sunnah wa al Jama’ah adalah 4 faksi menyatakan dukungan kepada Syarif.
Sedangkan Harakah As Syabab Al Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami wilayah Asmarah, Al Jabhah Al Islamiyah serta Mu’askar Anuli, yang bergabung dalam Hizb Al Islami.
Syeikh Syarif sebagai kepala pemerintahan transisi menegaskan, “Islam adalah dasar dalam setiap gerak pemerintah Somalia.” Akan tetapi Syeikh Syarif menolak pemikiran Syabab Mujahidin yang menurutnya masih jauh dari konsep Islam ideal.
Tampaknya permasalahan di Somalia selain menghadapi campur tangan pihak asing juga permasalah internal dalam Somalia yakni perbedaan pemahaman terhadap syariat Islam.
Perbedaan pemahaman yang berakibat penderitaan bagi rakyat Somalia. Banyak mereka terbunuh adalah manusia-manusia yang telah bersyahadat hanya diakibatkan ego dari masing pihak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Begipula menurut sebuah analisa bahwa kejatuhan Suharto (semula “a good boy” Amerika) karena adanya kemungkinan jika kekuasaan Suharto “diperpanjang” maka akan terjadi kebangkitan Islam di Indonesia. Untuk itu Rakyat Indonesia harus “diusik” dengan sesuatu.
Amerika mulai “terusik” oleh kelakuan Suharto, diawali pada tahun 1992, gerakan Non Blok putuskan untuk mengirim utusan Palestina ke negara-negara Arab adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang mendukung usaha Palestina memperoleh haknya kembali yang mana keputusan yang diambil oleh Ketua GNB – Presiden Soeharto mendapat dukungan dari Menlu Palestina Farouk Kaddoomi seusai sidang Komite Palestina GNB di Bali yang dalam hal ini menurutnya keputusan tersebut menunjukkan dukungan Gerakan Non Blok kepada rakyat Palestina dalam memperoleh haknya kembali dan akan berusaha membuat warga Israel mundur dari kawasan yang diduduki. Komite Palestina GNB terdiri dari Aljazair, India, Bangladesh, Senegal, Gambia, Zimbabwe, Palestina dan Indonesia, komisi GNB untuk Palestina diketuai oleh Indonesia.
Para Futurolog memprediksikan pada abad ke-21 Islam akan bangkit mendunia yang diawali dari timur (Indonesia/Malaysia). Karena Soeharto (selaku kepala negara mayoritas muslim terbesar di dunia) merangkul Islam atau “menggunakan” Islam , maka sesegera mungkin sebelum memasuki abad ke-21 rezim Orba harus diturunkan. Langkah pertama yang diambil adalah menciptakan krisis moneter, lalu krisis ekonomi, lalu merembet pada krisis kepercayaan, lalu menggelombang menjadi krisis politik nasional yang mendesak untuk dilakukannya penjatuhan rezim dan reformasi total. Fakta krisis ini disetting dalam konteks kawasan, bukan semata Indonesia, sehingga tampak gelombang krisis ini bukan karena skenario tapi gelombang internasional yang bersifat natural.
Ada pihak yang berpendapat lebih spesifik dari sekedar “Soeharto jatuh karena krisis ekonomi”. Mereka berpendapat “Soeharto jatuh karena IMF?” Pendapat ini antara lain dikemukakan Prof. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika Serikat.
Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri.
Dalam wawancara “perpisahan” sebelum pensiun dengan The New York Times, Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
“Kami menciptakan kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun,” ujarnya. Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak dinyana, krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan kebijakan ekonomi Soeharto, tapi juga berkat “bantuan” IMF.
Sumber: http://www.antara.co.id/print/1210836368
Amerika yang merupakan represetatif kaum Zionis Yahudi dapat menciptakan krisis yang “nampaknya nyata” bagi kita. Palsu atau sengaja, krisis berfungsi untuk menakutkan kita dan membiarkan mereka mencapai tujuan mereka. Mereka memiliki semua media utama, barang cetakan, televisi, radio, musik, dan teater. Mereka menciptakan konglomerat-konglomerat dan monopoli. Dengan melakukan hal ini memberi mereka kendali terhadap segala hal yang kita lihat, baca dan dengar.
Kita, kaum muslim menghadapi kaum Zionis Yahudi dalam keadaan tidak bersatu. Hanya karena perbedaan pemahaman mengakibatkan perselisihan dan pemutusan tali silaturrahmi bahkan pembunuhan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Ketika kaum muslim di suatu negara diperangi oleh kaum Zionis Yahudi maka sebaiknya semua penguasa negeri yang mengaku muslim merasakan sebagai keadaan perang juga sehingga dapat menghentikan segala bentuk kerjasama yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi kaum Zionis Yahudi.
Marilah kita menegakkan Ukhuwah Islamiyah sehingga mendapatkan sinergi kekuatan menghadapi kaum Zionis Yahudi dengan sikap dan perbuatan yang dicintaiNya karena kaum Zionis Yahudi diciptakan sebagaimana yang dikehendakiNya dan menjadi cobaan bagi kita kaum muslim dalam perjalanan hidup di alam dunia.
Kita harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kaum Zionis Yahudi sampai akhir zaman dengan salah satu tandanya adalah sebagaimana hadits berikut,
Dari Abu Hurairah Ra .. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah akan terjadi qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, Apabila kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon kayu, lalu batu dan pohon kayu itu berkata. “Hai orang Islam. inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Kemarilah! Dan bunuhlah ia!, kecuali pohon gharqad (sejenis pohon yang berduri), karena sesungguhnya pohon ini adalah dari pohon Yahudi (oleh sebab itu ia melindunginya). (HR. Bukhari Muslim)
Wassallam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
King Faisal Al Saud bin Abdul Aziz at that time could not deny his family’s kindred with the jews when he declared to the Washington Post on Sept. 17, 1969 stating:
“We, the Saudi Familiy, are cousins of the Jews: we entirely disagree with any Arab or Muslem Authority which shows any antagonism to the Jews; but we must live together with them in peace. Our country (Arabia) is the fountain head from where the first Jew sprang, and his descendants spread out all over the world.".
Terjemahan:
Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz pada saat itu tidak menyangkal keluarganya adalah keluarga dengan Yahudi sebagaimana yang dia ungkapan pada Washington Post pada 17 September 1969 yang menyatakan:
"Kami, Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang Yahudi: kita sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim yang menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus hidup bersama dengan mereka dalam damai. Negara kami (arabia) adalah sumber awal Yahudi dan nenek moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia"
Hubungan kekeluargaan mereka kita dapati juga keterangannya dari video pada http://www.youtube.com/watch?v=7tVQ5NNBFhc
Tampaknya Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz menyampaikan apa adanya tentang riwayat keluarganya namun beliau adalah seorang muslim.
Sepanjang riwayat Penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul Azis sajalah yang sesuai dengan apa yang kaum muslimin inginkan, namun atas kehendak Allah, beliau terbunuh.
Kenapa Raja Faisal bin Abdul Azis terbunuh ?
Hampir seluruh informasi yang kita dapat menceritakan bahwa beliau terbunuh karena kepemimpinan beliau tidak sesuai dengan keinginan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman.
Allah ta’ala telah memperingatkan kita semua dengan firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak.
Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari wilayah Palestina.
Namun kenyataan yang “tampak” kemudian adalah pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad. Beberapa analisa mengatakan pembunuhan ini ada dalam pengaturan kaum Zionis Yahudi.
Raja Faisal adalah salah atu sosok penguasa negeri yang mentaati peringatan Allah Azza wa Jalla untuk tidak menjadikan kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan.
Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Begitupula dengan sosok Saddam Huesin di luar masalah kepemimpinan, beliau juga “memerangi” Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi. Salah satu alasan Amerika menggulingkan Saddam Husein adalah disebabkan beliau mempelopori penggantian mata uang dolar sebagai alat tukarnya, termasuk dalam komoditi minyak.
Seperti apa yg dirumuskan oleh Nowmky, bahwa globalisasi merupakan konspirasi negara-negara barat, maka Globalisasi tersebut dijadikan negara-negara barat untuk menguasai bidang-bidang tertentu sehingga mereka bisa mengontrol apapun yang dikehendakinya. Globalisasi itu sangat berpengaruh pada aspek ekonomi maupun perdagangan. Sumber-sumber ekonomi negara-negara berkembang maupun sedang berkembang dikuasai oleh barat. Dimana di dalamnya ada konspirasi untuk menguasai dunia lewat hegemoninya. Dan di dunia perdagangan, dolar merupakan salah satu jalan untuk memudahkan konspirasi itu.
Perdagangan dunia sekarang ini, tak lebih dari sekedar permainan, dimana AS menyediakan dolar dan negara lainnya menyediakan komoditas yang bisa dibeli dengan dolar. Dunia yang begitu terbelit ekonominya satu sama lainnya, berupaya keras untuk melakukan hubungan dagang dengan harapan memperoleh keuntungan komparatif. Mereka bersaing dengan memaksimalkan ekspor yang sebesar-besarnya untuk mendapatkan dolar, yang pada akhirnya bisa dipakai untuk membayar utang negara dalam bentuk Dolar, dan untuk mempertebal cadangan devisa agar nilai tukar Mata Uang Domestiknya terpelihara…”(Asia Times, 11 April 2002).
Penggunaan dolar sebagai alat tukar (uang kartal) dalam transaksi-transaksi dimulai ketika negara-negara OPEC pada tahun 1971 menerima dengan “ikhlas dan sukarela” dolar sebagai satu-satunya alat tukar dalam transaksi jual beli minyaknya. Dan mulai saat itu pula hegemoni AS berjalan lancar untuk menguasai dunia. Selanjutnya bidang-bidang lainnya kemudian menjadi latah dan ikut-ikutan menggunakan dolar sebagai alat tukar. Akibatnya negara-negara lain harus mengikuti perkembangan nilai dolar yang semakin menurun ketimbang dengan menggunakan uang dengan back up emas yang justru nilainya semakin meningkat. Bahkan nilai Euro lebih besar dari dolar. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan holey dolar di Australia dimana dolar tersebut di beking oleh emas sehingga bisa meningkatkan nilai totalnya sebesar 25 % dan mencegah keluarnya logam dari koloni.
Padahal jika mereka mengetahui sejarah dolar yang dikeluarkan oleh federal reserve yang merupakan bank buatan yahudi, maka tidak akan ada negara yang menggunakan dolar. Awal terbentuknya dolar itu sendiri sarat dengan tujuan menguasai negara lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang milyuner Yahudi kelahiran Jerman yang memegang kerajaan dunia perbankan di Eropa, Meyer Amshel Rothchild (1743-1812), give me control over a nations economic and I don’t care who writes its laws. Sedangkan James Abram Garfiled menyatakan bahwa Whom ever that control the money or economic of nation , they would control the nation too.
Dari apa yang dikatakan Rotchild dan Garfield penguasaan atas suatu negara tidak harus dengan mengepur dengan persenjataan tetapi cukup dengan menguasai ekonominya melalui menguasaan mata uangnya. Inilah kunci dari permainan ekonomi AS dalam menguasai dunia. Ini hanya salah satu aspek saja hegemoni dari AS (barat) saja dan masih banyak aspek lain.
Seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, presiden AS, “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang kartal dolar, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi“. Selain itu pada dasarnya siapa pun yang menggunakan dolar, maka mereka mempunyai utang atau bunga di federal reserve, secara rasional semakin banyak uang dengan dolar maka semakin banyak pula bunga (utang) yang diperoleh.
Di era globalisasi ini, penggunaan dolar sebagai alat tukar internasional di segala bidang masih dilakukan akan tetapi dengan adanya inflasi dolar di AS pada tahun 2008 yang mempengaruhi seluruh negara dibelahan dunia itu membuat banyak negara ingin berpaling dari dolar. Pada tahun 1995 saja, menurut data UNCTAD-WB-WTO, mata uang ekspor dunia dalam dolar sebesar 47,6 %. Sedangkan koleksi Dolar di negara-negara berkembang dalam cadangan devisanya sebanyak 63,5 % dan jumlah utang Jeratan utang dalam bentuk dolar di negara-negara berkembang sebesar 50 %.
Kekhawatiran AS meningkat ketika Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad mengusulkan agar negara-negara OPEC mengganti mata uang transaksi minyak dari dolar ke euro pada pertemuan KTT OPEC bulan Nobember 2007. Tuntutan menggusur dolar AS diperjuangkan kelompok negara anti-AS yang dipelopori Iran dan Venezuela. Namun, sampai KTT berakhir, sama sekali tidak disebut-sebut soal usul pengubahan patokan mata uang ini. Diduga, kubu pro-AS yang dimotori Arab Saudi mengeblok usul radikal tersebut.
Menurut analisa William Engdahl dari Global Research, “memiliterisasi” selat Mandab dan perompak Somalia adalah merupakan upaya AS untuk menekan negara-negara OPEC agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika. Semua negara Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan Yaman saling berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang super-strategis, tanker-tanker minyak dari Teluk Persia harus lewat ke Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal Suez, dan menuju Mediterania.
Engdahl kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya: bagaimana mungkin bajak laut dari Somalia, sebuah negara yang berada di nomor teratas dalam list ‘negara gagal’ (failed state) sampai punya senjata dan logistik yang canggih, sampai-sampai dalam dua tahun terakhir mampu membajak 80 kapal dari berbagai negara? Bahkan pembajak Somalia itu memakai gaya-gaya penjahat di negara maju: menelpon langsung kantor koran Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak.
Merajalelanya perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk menaruh kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea, Somalia, Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan tidak akan memberikan reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat Mandab. Kini, masih ada satu negara di sekeliling Selat Mandab yang masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak cukup kuat untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus ‘digulingkan’. Aksi-aksi protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan keinginan AS.
Begitupula apa yang terjadi di negara Somalia setelah sejak jatuhnya pemerintahan militer di bawah diktator Mohammed Siad Barre, negara Somalia menjadi negara yang tidak aman. Berbagai konflik terus mendera negara ini. Mulai dari kelaparan hingga perang saudara. Sejak tahun 1991, Somalia merupakan negara yang sering sekali terjadi perang saudara. Perang yang bermula dari meluapnya kemarahan rakyat kepada pemerintahan Mohammed Siad Barre kala itu, ternyata terus berlanjut hingga 15 tahun lamanya. Perang saudara tersebut mengakibatkan terpecahnya beberapa wilayah Somalia, dan berdirinya dua blok politik yang berseberangan antara satu dengan lainnya. Yang pertama bernama Somaliland dan yang kedua bernama Puntland. Keduanya saling mengklaim sebagai negara yang sah dan berdaulat. Tidak hanya itu, sebagian wilayah Somalia lainnya pun terpecah menjadi beberapa bagian dalam klan-klan Somalia.
Pemerintahan Somalia yang diakui dunia internasional adalah “Pemerintahan Transisi Nasional”, dikepalai oleh Abdul Kassim Salat Hassan yang kemudian, diganti dengan Abdullah Yusuf pada parlemen transisional Somalia ditahun 2004. Kendati legalitas pemerintahan Abdullah Yusuf diakui oleh masyarakat internasional, akan tetapi ia tidak mengantongi otoritas aktual dalam pemerintahannya. Artinya banyak kebijakan dan keputusan strategis negara yang didikte dan dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu.
Kondisi yang serbakacau, akhirnya mendorong para ulama dan tokoh agama membentuk Uni Pengadilan Islam atau Union of Islamic Court (UIC) tahun 2003. Mereka pun menjadi tandingan Pemerintah Federal Sementara (PSF) pimpinan Presiden Abdullahi Yusuf Ahmad yang kurang disukai rakyat.
UIC pimpinan Sharif Syekh Ahmed berusaha menghentikan krisis berkepanjangan di negeri berpenduduk mayoritas Muslim itu dengan menerapkan syariat Islam. Bagi UIC, hanya Islam yang bisa menyatukan Somalia. UIC, berbasis di utara ibukota Mogadishu, berusaha mengembalikan ketertiban dan syariah Islam di kota yang marak dengan tindakan anarki.
UIC terdiri dari berbagai kelompok Islam di Somalia. Rakyat Somalia menyambut baik kehadiran UIC. ”Akhirnya kami melihat berakhirnya pembunuhan warga sipil dan perampokan terhadap rumah-rumah mereka,” kata Amina, aktivis kemanusiaan di selatan Mogadishu. Ia menambahkan,”Toko-toko yang menjual narkotika juga sudah ditutup”.
Warga di kota-kota besar seperti Mogadishu, Jowhar, dan Balad mengatakan, transportasi kini lebih lancar, binis mulai menggeliat, dan senjata-senjata sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan. “Kami akhirnya menikmati situasi yang aman dan stabil” kata Ali Mayo, seorang warga Mogadishu pada situs Islamonline.
Dalam waktu singkat, UIC mampu menarik simpati warga. . UIC menguasai seluruh bagian ibukota pada Juni 2006 dengan mengusir para kepala suku berhaluan sekuler pro-Amerika. Sebagian besar wilayah, seperti Jowhar, Kismayo, Beledweyne, dikuasai, dengan basis di Mogadishu.
Ketika itulah, syariat Islam diterapkan di wilayah-wilayah ini. UIC juga memberikan bantuan sosial, kesehatan, dan pendidikan kepada warga.Hanya saja, tampilnya UIC dengan syariat Islam cukup mengkhawatirkan negara-negara tetangga yang non-Muslim, juga pihak Barat. Mereka tidak ingin pengaruh Islam makin meluas di benua Afrika, yang dipandang bisa menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras.
Maka, pada Desember 2006, pasukan PSF dengan didukung tentara Ethiopia dan negara Barat, menyerang basis-basis UIC. Serangan ini membuat UIC terdesak dari Mogadishu sebelum kehilangan seluruh wilayah. Mereka selanjutnya bergerilya. Pertikaian panjang tak terhindarkan. PBB mengirimkan pasukan perdamaian untuk meredam konflik. Meski begitu, para pejuang Islam berikrar untuk terus melawan pemerintah dukungan Barat, mengusir tentara asing, sekaligus mengembalikan penerapan syariat Islam di seluruh wilayah Somalia.
Dari pengamatan koresponden BBC, Mohammad Olad Hassan, meski telah tersingkir, syariat Islam yang diusung UIC sudah kadung dicintai oleh warga Somalia. Parameternya bisa terlihat ketika UIC berkuasa. Masyarakat menilai, saat hukum Islam dijalankan, tercipta kondisi aman. “Stabilitas terwujud, juga tidak muncul kekhawatiran terhadap tindak kejahatan dan peredaran narkoba,” kata dia.
Oleh karena itulah, sebenarnya pengaruh Islam pada aspek kemasyarakatan dan kekuatan politik tidak lenyap begitu saja. Warga, sambung Olad Hassan, tetap menghormati hukum Islam, kendati pemerintah lebih condong pada pengaruh Barat.
Sementara itu, Haroun Hassan, jurnalis Somalia yang bertugas di London, mengonfirmasi bahwa masyarakat Somalia cenderung memilih syariat Islam karena merasa kecewa dengan sistem demokrasi ala Barat. “Dalam pandangan warga, sistem politik modern yang diadopsi pemerintah justru melanggengkan praktik korupsi, nepotisme, dan tata kelola yang buruk,” katanya.
Mohammad Olad Hassan lantas menegaskan, rakyat Somalia menginginkan elemen-elemen Islam kembali terlibat pada pemerintahan baru yang akan dibentuk kemudian. Mereka berdoa agar syariat Islam hadir sebagai unsur utama lagi. Doa itu dikabulkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah melalui perundingan panjang, tercapai kesepakatan antara pemerintah dengan pejuang Islam. Ada dua butir penting, yakni penarikan mundur pasukan Ethiopia dan berlanjut pada penerapan syariat Islam di seluruh negeri.
Kalangan dunia Islam menyambut gembira keputusan parlemen Somalia yang menyepakati secara aklamasi pemberlakuan syariat Islam. Situs eramuslim melaporkan, keputusan ini merupakan cerminan keinginan rakyat yang menginginkan hidup di bawah hukum Islam.
Presiden Somalia terpilih Syaikh Syarif Syekh Ahmad menyetujui gencatan senjata dan penerapan syariat Islam guna mengakhiri konflik panjang yang melanda negara itu.
Ketua Himpunan Ulama Muslim Internasional, Dr Yusuf Al Qaradhawi, melalui utusannya menyampaikan seruan terhadap semua faksi perjuangan di Somalia melakukan pembicaraan damai.
Seruan ini rupanya disambut positif Syeikh Syarif. ”Kami tegaskan respon kami atas seruan anda ”tanpa syarat”, dan kami telah siap melakukan kerja sama dengan Anda dan berusaha agar apa yang Anda, yang kami amat mengharapkan keberhasilannya”, ungkap Syarif.
Syarif juga menegaskan bahwa pihaknya juga siap menerima faksi-faksi lain yang berbeda pendapat dengannya untuk melakukan pembicaraan damai untuk mewujudkan Somalia yang terbabas dari cengkraman penjajah dan menerpakan syari’at Islam di semua lini kehidupan.
Sebagaimana diketahui, setelah Syarif diangkat menjadi pemimpin Somalia pada Januari 2009 lalu, faksi pejuang Somalia terbagi menjadi dua, antara pendukung dan penentang.
Sebagian kelompok Mahakim Al Islami, yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al Ishlah (Ikhwan Al Muslimun), Harakah Tajammu’ Al Islami dan Jama’ah Ahlu Sunnah wa al Jama’ah adalah 4 faksi menyatakan dukungan kepada Syarif.
Sedangkan Harakah As Syabab Al Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami wilayah Asmarah, Al Jabhah Al Islamiyah serta Mu’askar Anuli, yang bergabung dalam Hizb Al Islami.
Syeikh Syarif sebagai kepala pemerintahan transisi menegaskan, “Islam adalah dasar dalam setiap gerak pemerintah Somalia.” Akan tetapi Syeikh Syarif menolak pemikiran Syabab Mujahidin yang menurutnya masih jauh dari konsep Islam ideal.
Tampaknya permasalahan di Somalia selain menghadapi campur tangan pihak asing juga permasalah internal dalam Somalia yakni perbedaan pemahaman terhadap syariat Islam.
Perbedaan pemahaman yang berakibat penderitaan bagi rakyat Somalia. Banyak mereka terbunuh adalah manusia-manusia yang telah bersyahadat hanya diakibatkan ego dari masing pihak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Begipula menurut sebuah analisa bahwa kejatuhan Suharto (semula “a good boy” Amerika) karena adanya kemungkinan jika kekuasaan Suharto “diperpanjang” maka akan terjadi kebangkitan Islam di Indonesia. Untuk itu Rakyat Indonesia harus “diusik” dengan sesuatu.
Amerika mulai “terusik” oleh kelakuan Suharto, diawali pada tahun 1992, gerakan Non Blok putuskan untuk mengirim utusan Palestina ke negara-negara Arab adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang mendukung usaha Palestina memperoleh haknya kembali yang mana keputusan yang diambil oleh Ketua GNB – Presiden Soeharto mendapat dukungan dari Menlu Palestina Farouk Kaddoomi seusai sidang Komite Palestina GNB di Bali yang dalam hal ini menurutnya keputusan tersebut menunjukkan dukungan Gerakan Non Blok kepada rakyat Palestina dalam memperoleh haknya kembali dan akan berusaha membuat warga Israel mundur dari kawasan yang diduduki. Komite Palestina GNB terdiri dari Aljazair, India, Bangladesh, Senegal, Gambia, Zimbabwe, Palestina dan Indonesia, komisi GNB untuk Palestina diketuai oleh Indonesia.
Para Futurolog memprediksikan pada abad ke-21 Islam akan bangkit mendunia yang diawali dari timur (Indonesia/Malaysia). Karena Soeharto (selaku kepala negara mayoritas muslim terbesar di dunia) merangkul Islam atau “menggunakan” Islam , maka sesegera mungkin sebelum memasuki abad ke-21 rezim Orba harus diturunkan. Langkah pertama yang diambil adalah menciptakan krisis moneter, lalu krisis ekonomi, lalu merembet pada krisis kepercayaan, lalu menggelombang menjadi krisis politik nasional yang mendesak untuk dilakukannya penjatuhan rezim dan reformasi total. Fakta krisis ini disetting dalam konteks kawasan, bukan semata Indonesia, sehingga tampak gelombang krisis ini bukan karena skenario tapi gelombang internasional yang bersifat natural.
Ada pihak yang berpendapat lebih spesifik dari sekedar “Soeharto jatuh karena krisis ekonomi”. Mereka berpendapat “Soeharto jatuh karena IMF?” Pendapat ini antara lain dikemukakan Prof. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli masalah Dewan Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika Serikat.
Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri.
Dalam wawancara “perpisahan” sebelum pensiun dengan The New York Times, Camdessus yang bekas tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
“Kami menciptakan kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun,” ujarnya. Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak dinyana, krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan kebijakan ekonomi Soeharto, tapi juga berkat “bantuan” IMF.
Sumber: http://www.antara.co.id/print/1210836368
Amerika yang merupakan represetatif kaum Zionis Yahudi dapat menciptakan krisis yang “nampaknya nyata” bagi kita. Palsu atau sengaja, krisis berfungsi untuk menakutkan kita dan membiarkan mereka mencapai tujuan mereka. Mereka memiliki semua media utama, barang cetakan, televisi, radio, musik, dan teater. Mereka menciptakan konglomerat-konglomerat dan monopoli. Dengan melakukan hal ini memberi mereka kendali terhadap segala hal yang kita lihat, baca dan dengar.
Kita, kaum muslim menghadapi kaum Zionis Yahudi dalam keadaan tidak bersatu. Hanya karena perbedaan pemahaman mengakibatkan perselisihan dan pemutusan tali silaturrahmi bahkan pembunuhan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Ketika kaum muslim di suatu negara diperangi oleh kaum Zionis Yahudi maka sebaiknya semua penguasa negeri yang mengaku muslim merasakan sebagai keadaan perang juga sehingga dapat menghentikan segala bentuk kerjasama yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi kaum Zionis Yahudi.
Marilah kita menegakkan Ukhuwah Islamiyah sehingga mendapatkan sinergi kekuatan menghadapi kaum Zionis Yahudi dengan sikap dan perbuatan yang dicintaiNya karena kaum Zionis Yahudi diciptakan sebagaimana yang dikehendakiNya dan menjadi cobaan bagi kita kaum muslim dalam perjalanan hidup di alam dunia.
Kita harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kaum Zionis Yahudi sampai akhir zaman dengan salah satu tandanya adalah sebagaimana hadits berikut,
Dari Abu Hurairah Ra .. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah akan terjadi qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi, Apabila kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon kayu, lalu batu dan pohon kayu itu berkata. “Hai orang Islam. inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Kemarilah! Dan bunuhlah ia!, kecuali pohon gharqad (sejenis pohon yang berduri), karena sesungguhnya pohon ini adalah dari pohon Yahudi (oleh sebab itu ia melindunginya). (HR. Bukhari Muslim)
Wassallam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
Tidak ada komentar:
Posting Komentar