Tulisan ini merupakan komentar saya
terhadap sebuah tulisan bernada gugatan dari seorang sahabat non
muslim. Tulisan tersebut sesungguhnya lumayan panjang, namun subaya
dapat memberikan komentar secara spesifik, saya mengomentarinya
berdasarkan alinea peralinea: Berikut potongan alinea dari shabat non
muslim tersebut:
....Kesatu. Agaknya semua Muslim saat ini percaya bahwa manusia Adam diciptakan dari debu tanah, sebagaimana yang telah dikisahkan Alkitab ribuan tahun sebelum Muhammad. Tetapi terjadi gejala yang aneh sekali bahwa Muslim hampir-hampir tidak pernah bertanya kenapa Jibril membohongi dan membodohi Muhammad dalam wahyunya yang pertama kali (digua Hira) bahwa manusia diciptakan Allah dari segumpal darah?
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (Qs.96:2).
Dr Maurice Bucaille, pahlawan “pembela Islam” yang tidak pernah menjadi Islam, sampai harus mengakui: “Manusia tidak pernah melewati tahapan ‘gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236). Tidak ada Muslim yang bereaksi, mempersoalkannya apalagi memprotes, kecuali berkata: “Allah-lah Yang Maha Tahu”. Miryam Ash yang murtad agaknya tepat berkomentar demikian:
“Kita menyaksikan adanya kuasa gelap yang membutakan aka-sehatl dan batin teman-teman Muslim kita. Mereka sepertinya tersihir”.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Komentar saya untuk alinea ini sebagai berikut:
Penciptaan Adam dan Manusia Menurut al-Qur’an
Untuk memahami secara utuh bagaimana pandangan seorang Muslim tentang penciptaan Adam, tak ada jalan lain kecuali merujuk langsung kepada pedoman hidup utama setiap Muslim, al-Qur’an. Vonis sepihak tentang pemahaman setiap umat Islam bahwa Adam diciptakan dari debu tanah, sangat tidak tepat bila pernyataan tersebut tidak didasarkan pada pemahaman yang utuh atas pernyataan al-Qur’an mengenai penciptaan manusia. Ketidakpahamn terhadap gaya dan struktur bahasa al-Qur’an lebih-lebih minimnya pengetahuan terhadap berbagai ilmu al-Qur’an, berakibat fatal terhadap timbulnya mispersepsi dan pandangan keliru yang menuding adanya kontradiksi dalam al-Qur’an.
Informasi al-Qur’an mengenai asal mula atau bahan dasar penciptaan manusia termasuk Adam tersebar dalam puluhan ayat. Pemahaman utuh terhadap keseluruhan ayat ini baik tekstual maupun kontekstual, sangat penting untuk mencegah timbulnya mispersepsi seperti yang ditunjukkan tulisan tersebut.
Dari berbagai ayat tersebut, digambarkan bahwa bahan dasar penciptaan tubuh manusia memang sangat beragam, mulai dari tanah, air, bertemunya sperma dan ovum, segumpal darah, bahkan dalam suatu ayat disebutkan bahwa manusia diciptakan dengan menumbuhkannya dari bumi. Ayat-ayat semacam ini ini yang kerap dijadikan bahan oleh orang-orang yang tidak mengerti ilmu al-Qur’an untuk menuding secara salah akan adanya kontradiksi dalam al-Qur’an.
Bahan pertama yang menjadi bahan penyusun tubuh manusia (Adam) menurut al-Qur’an adalah tanah. Terdapat berbagai jenis tanah yang disebutkan al-Qur’an sebagai bahan pembentuk tubuh manusia, seperti tanah gembur dan berdebu, tanah liat kering, tanah lumpur hitam berbau, dan lain-lain.
Secara terperinci, al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah memulai penciptaan manusia dari tanah yang disebut “Thiin”. Tidak itu saja, al-Qur’an menegaskan bahwa semua manusia termasuk Adam diciptakan dari tanah “Thiin” ini:
As-Sajdah (32): 7-9
Yang membuat segala sesuau yang Dia cipptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah keras (Thiin)
Dari ayat ini kurang lebih jelas bahwa unsur pertama yang menjadi bahan penciptaan manusia adalah Thiin yang merupakan tanah keras semacam bebatuan. Pengertian Thiin sebagai “tanah keras berupa serupa bebatuan ini” diperoleh dari ayat al-Qur’an sendiri, adzaariyaat (51): 33
“Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang keras (thiin)”
Atau al-Qashash (28): 38
“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah (ath thiin) kemudian buatkalah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.”
Tapi patut dipahami, bahwa proses penciptaan manusia tidaklah diciptakan langsung dari tanah keras (ath-Thiin) ini. Sebagai telah disebutkan ath-Thiin hanyalah bahan dasar pembentuk tubuh manusia yang harus mengalami proses lebih lanjut sebelum benar-benar bertransformasi menjadi manusia.
Dari sini nyatalah kekeliruan paham yang menyebutkan bahwa Adam diciptakan dari debu tanah secara langsung, seperti kesalah telak yang ditunjukkan oleh tulisan tersebut. Karena faktanya, al-Qur’an menyebutkan bahwa sebelum dijadikan bahan baku untuk penciptaan manusia, terlebih dahulu berbagai jenis tanah mengalami proses alamiah, dimulai dari tanah paling keras yang disebut ath-Thiin berupa batuan beku seperti yang banyak di temukan di daerah pegunungan.
Bersumber dari bahan dasar Thiin ini, selanjutnya terlebih dahulu dibuat suatu saripati yang oelh al-Qur’an disebut dengan istilah “sulaalah min thiin”.
Al-Mu’minuun (23): 12
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari suatu saripati (berasal) dari tanah (thiin).
Selain dari saripati thiin itu, bahan lain pembentuk tubuh manusia yang juga merupakan jenis tanah tertentu dalah shalshaal, tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam atau jenis lainnya berupa tanah yang terbakar seperi tembikar.
Al-Hijr (15): 26
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Ar-Rahman (55): 14
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering (shalshaal) seperti tembikar.
Lebih lanjut al-Qur’an menyebutkan jenis tanah lain pembentuk tbuh manusia yang disebut turab, yaitu tanah gembur yang berada di atas permukaan bumi yang dalam istilah geologi disebut topsoil, suatu lapisan tanah paling subur yang sarat unsure-unsur bio kimia yang diperlukan makhluk hidup.
Ali mran (3): 59
“ Allah menciptakan Adam dari tanah (turab)”
Al-Kahfi (18): 37
“Menciptakan kamu dari tanah (turab) kemudian dari setetes air mani’”
Dari keseluruhan ayat yang menginforamasikan tentang tanah yang menjadi bahan baku penyusun tubuh manusia, diperoleh pemahaman utuh bahwa ayat-ayat tersebut sesungguhnya menggambarkan suatu proses alamiah penciptaan manusia yang oleh Allah disebutkan dimulai (bada’a) dari tanah keras Thiin berupa batuan beku yang melalui proses-proses alamiah semacam perubahan suhu, perubahan tekanan, gerusan air dan angin, gesekan dengan bebatuan lain, proses kimiami dan seterusnya, kemudian bertransformasi menjadi berbagai jenis tanah, seperi tanah liat yang terbentuk dari endapan lumpur hitam atau tanah kering seperti tembikar yang terbentuk diakibatkan oleh perubahan suhu yang ekstrim. Melalui proses alamiah yang panjang inilah kemudian sampai pada tanah gembur subur yang disebut turab (top soil) dan tanah jenis turab inilah yang merupakan bahan baku paling siap pembentuk tubuh manusia.
Penting proses geologis seperti telah dijelaskan terutama untuk memperlengkapi kandungan zat-zat biokimiawi yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya, berupa karbon yang terdapat di dalam bebatuan, hydrogen dan oksigen di dalam air, nitrogen dalam udara, belerang dari lava gunung berapi, dan rupa-rupa mineral dalam kandungan berbagai jenis batuan.
Turab (top soil, tanah gembur), sebagaimana dipahami dari penggambaran al-Qur’an, merupakan jenis atau kulaitas tanah yang paling dekat dengan kemunculan manusia di muka bumi. Namun demikian, untuk melahirkan manusia tanah turab ini tidak lantas langsung dicetak, seperti membuat keramik atau boneka dan tiba-tiba langsung menjadi manusia. Tetapi tetap melalui proses selanjutnya, yang oleh al-Qur’an digambarkan sebagai proses atau fase menumbuhkan manusia atau makhluk hidup dari muka bumi. Informasi ini dipeoleh secara eksplisit dalam al-Qur’an, Nuh (71): 14-18
14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian
15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan langit bertingkat-tingkat?
16. Dan Allah menciptakan padanya Bulan sebagai cahaya dan menjadikan Matahari sebagai pelita?
17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah bumi dengan sebaik-baiknya
18. Kemudian dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.
Rentetan ayat-ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia diciptakan dalam suatu proses yang bertahap, yang salah satu tahapannya adalah dengan cara menumbuhkan manusia dari bumi, melalui suatu tahapan atau fase tanaman. Ayat-ayat ini juga sekaligus menolak pemahaman pagan yang menganggap seolah-olah manusia awalnya diciptakan bukan di bumi dan bukan dari tanah bumi. Sebaliknya, di sini al-Qur’an menegaskan bahwa manusia (Adam) diciptakan di bumi dengan bahan dasar tubuhnya berasal dari tanah bumi pula, bukan dari tanah di planet lain.
Huud (11): 61
Dan kepada Tsamud (kami utus ) saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah bumi (Ardh) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (do’a hambaNya)
BERSAMBUNG
....Kesatu. Agaknya semua Muslim saat ini percaya bahwa manusia Adam diciptakan dari debu tanah, sebagaimana yang telah dikisahkan Alkitab ribuan tahun sebelum Muhammad. Tetapi terjadi gejala yang aneh sekali bahwa Muslim hampir-hampir tidak pernah bertanya kenapa Jibril membohongi dan membodohi Muhammad dalam wahyunya yang pertama kali (digua Hira) bahwa manusia diciptakan Allah dari segumpal darah?
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah” (Qs.96:2).
Dr Maurice Bucaille, pahlawan “pembela Islam” yang tidak pernah menjadi Islam, sampai harus mengakui: “Manusia tidak pernah melewati tahapan ‘gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236). Tidak ada Muslim yang bereaksi, mempersoalkannya apalagi memprotes, kecuali berkata: “Allah-lah Yang Maha Tahu”. Miryam Ash yang murtad agaknya tepat berkomentar demikian:
“Kita menyaksikan adanya kuasa gelap yang membutakan aka-sehatl dan batin teman-teman Muslim kita. Mereka sepertinya tersihir”.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Komentar saya untuk alinea ini sebagai berikut:
Penciptaan Adam dan Manusia Menurut al-Qur’an
Untuk memahami secara utuh bagaimana pandangan seorang Muslim tentang penciptaan Adam, tak ada jalan lain kecuali merujuk langsung kepada pedoman hidup utama setiap Muslim, al-Qur’an. Vonis sepihak tentang pemahaman setiap umat Islam bahwa Adam diciptakan dari debu tanah, sangat tidak tepat bila pernyataan tersebut tidak didasarkan pada pemahaman yang utuh atas pernyataan al-Qur’an mengenai penciptaan manusia. Ketidakpahamn terhadap gaya dan struktur bahasa al-Qur’an lebih-lebih minimnya pengetahuan terhadap berbagai ilmu al-Qur’an, berakibat fatal terhadap timbulnya mispersepsi dan pandangan keliru yang menuding adanya kontradiksi dalam al-Qur’an.
Informasi al-Qur’an mengenai asal mula atau bahan dasar penciptaan manusia termasuk Adam tersebar dalam puluhan ayat. Pemahaman utuh terhadap keseluruhan ayat ini baik tekstual maupun kontekstual, sangat penting untuk mencegah timbulnya mispersepsi seperti yang ditunjukkan tulisan tersebut.
Dari berbagai ayat tersebut, digambarkan bahwa bahan dasar penciptaan tubuh manusia memang sangat beragam, mulai dari tanah, air, bertemunya sperma dan ovum, segumpal darah, bahkan dalam suatu ayat disebutkan bahwa manusia diciptakan dengan menumbuhkannya dari bumi. Ayat-ayat semacam ini ini yang kerap dijadikan bahan oleh orang-orang yang tidak mengerti ilmu al-Qur’an untuk menuding secara salah akan adanya kontradiksi dalam al-Qur’an.
Bahan pertama yang menjadi bahan penyusun tubuh manusia (Adam) menurut al-Qur’an adalah tanah. Terdapat berbagai jenis tanah yang disebutkan al-Qur’an sebagai bahan pembentuk tubuh manusia, seperti tanah gembur dan berdebu, tanah liat kering, tanah lumpur hitam berbau, dan lain-lain.
Secara terperinci, al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah memulai penciptaan manusia dari tanah yang disebut “Thiin”. Tidak itu saja, al-Qur’an menegaskan bahwa semua manusia termasuk Adam diciptakan dari tanah “Thiin” ini:
As-Sajdah (32): 7-9
Yang membuat segala sesuau yang Dia cipptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah keras (Thiin)
Dari ayat ini kurang lebih jelas bahwa unsur pertama yang menjadi bahan penciptaan manusia adalah Thiin yang merupakan tanah keras semacam bebatuan. Pengertian Thiin sebagai “tanah keras berupa serupa bebatuan ini” diperoleh dari ayat al-Qur’an sendiri, adzaariyaat (51): 33
“Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang keras (thiin)”
Atau al-Qashash (28): 38
“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah (ath thiin) kemudian buatkalah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.”
Tapi patut dipahami, bahwa proses penciptaan manusia tidaklah diciptakan langsung dari tanah keras (ath-Thiin) ini. Sebagai telah disebutkan ath-Thiin hanyalah bahan dasar pembentuk tubuh manusia yang harus mengalami proses lebih lanjut sebelum benar-benar bertransformasi menjadi manusia.
Dari sini nyatalah kekeliruan paham yang menyebutkan bahwa Adam diciptakan dari debu tanah secara langsung, seperti kesalah telak yang ditunjukkan oleh tulisan tersebut. Karena faktanya, al-Qur’an menyebutkan bahwa sebelum dijadikan bahan baku untuk penciptaan manusia, terlebih dahulu berbagai jenis tanah mengalami proses alamiah, dimulai dari tanah paling keras yang disebut ath-Thiin berupa batuan beku seperti yang banyak di temukan di daerah pegunungan.
Bersumber dari bahan dasar Thiin ini, selanjutnya terlebih dahulu dibuat suatu saripati yang oelh al-Qur’an disebut dengan istilah “sulaalah min thiin”.
Al-Mu’minuun (23): 12
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari suatu saripati (berasal) dari tanah (thiin).
Selain dari saripati thiin itu, bahan lain pembentuk tubuh manusia yang juga merupakan jenis tanah tertentu dalah shalshaal, tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam atau jenis lainnya berupa tanah yang terbakar seperi tembikar.
Al-Hijr (15): 26
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Ar-Rahman (55): 14
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering (shalshaal) seperti tembikar.
Lebih lanjut al-Qur’an menyebutkan jenis tanah lain pembentuk tbuh manusia yang disebut turab, yaitu tanah gembur yang berada di atas permukaan bumi yang dalam istilah geologi disebut topsoil, suatu lapisan tanah paling subur yang sarat unsure-unsur bio kimia yang diperlukan makhluk hidup.
Ali mran (3): 59
“ Allah menciptakan Adam dari tanah (turab)”
Al-Kahfi (18): 37
“Menciptakan kamu dari tanah (turab) kemudian dari setetes air mani’”
Dari keseluruhan ayat yang menginforamasikan tentang tanah yang menjadi bahan baku penyusun tubuh manusia, diperoleh pemahaman utuh bahwa ayat-ayat tersebut sesungguhnya menggambarkan suatu proses alamiah penciptaan manusia yang oleh Allah disebutkan dimulai (bada’a) dari tanah keras Thiin berupa batuan beku yang melalui proses-proses alamiah semacam perubahan suhu, perubahan tekanan, gerusan air dan angin, gesekan dengan bebatuan lain, proses kimiami dan seterusnya, kemudian bertransformasi menjadi berbagai jenis tanah, seperi tanah liat yang terbentuk dari endapan lumpur hitam atau tanah kering seperti tembikar yang terbentuk diakibatkan oleh perubahan suhu yang ekstrim. Melalui proses alamiah yang panjang inilah kemudian sampai pada tanah gembur subur yang disebut turab (top soil) dan tanah jenis turab inilah yang merupakan bahan baku paling siap pembentuk tubuh manusia.
Penting proses geologis seperti telah dijelaskan terutama untuk memperlengkapi kandungan zat-zat biokimiawi yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya, berupa karbon yang terdapat di dalam bebatuan, hydrogen dan oksigen di dalam air, nitrogen dalam udara, belerang dari lava gunung berapi, dan rupa-rupa mineral dalam kandungan berbagai jenis batuan.
Turab (top soil, tanah gembur), sebagaimana dipahami dari penggambaran al-Qur’an, merupakan jenis atau kulaitas tanah yang paling dekat dengan kemunculan manusia di muka bumi. Namun demikian, untuk melahirkan manusia tanah turab ini tidak lantas langsung dicetak, seperti membuat keramik atau boneka dan tiba-tiba langsung menjadi manusia. Tetapi tetap melalui proses selanjutnya, yang oleh al-Qur’an digambarkan sebagai proses atau fase menumbuhkan manusia atau makhluk hidup dari muka bumi. Informasi ini dipeoleh secara eksplisit dalam al-Qur’an, Nuh (71): 14-18
14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian
15. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan langit bertingkat-tingkat?
16. Dan Allah menciptakan padanya Bulan sebagai cahaya dan menjadikan Matahari sebagai pelita?
17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah bumi dengan sebaik-baiknya
18. Kemudian dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya.
Rentetan ayat-ayat ini menjelaskan pada kita bahwa manusia diciptakan dalam suatu proses yang bertahap, yang salah satu tahapannya adalah dengan cara menumbuhkan manusia dari bumi, melalui suatu tahapan atau fase tanaman. Ayat-ayat ini juga sekaligus menolak pemahaman pagan yang menganggap seolah-olah manusia awalnya diciptakan bukan di bumi dan bukan dari tanah bumi. Sebaliknya, di sini al-Qur’an menegaskan bahwa manusia (Adam) diciptakan di bumi dengan bahan dasar tubuhnya berasal dari tanah bumi pula, bukan dari tanah di planet lain.
Huud (11): 61
Dan kepada Tsamud (kami utus ) saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah bumi (Ardh) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya) lagi memperkenankan (do’a hambaNya)
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar