Rabu, 05 September 2012

Bab Fi’il Muta’adi dan Fi’il Lazim

تَعَدِّي الْفِعْلِ وَلُزُومُهُ

FI’IL MUTA’ADDI DAN FI’IL LAZIM

عَلاَمَةُ الْفِعْلِ الْمُعَدَّى أَنْ تَصِلْ هَا غَيْرِ مَصْدَر بِهِ نَحْوُ عَمِلْ

Tanda Kalimah Fi’il yang Muta’addi adalah dibenarkan kamu menyambungnya dengan “HA” dhamir selain yg merujuk pada Masdar. Demikian seperti contoh “AMILA = melakukan”

فَانْصِبْ بِهِ مَفْعُولَهُ إِنْ لَمْ يَنُبْ عَنْ فَاعِلٍ نَحْوُ تَدَبَّرْتُ الْكُتُبْ

Maka nashobkanlah dengan Fi’il Muta’addin ini terhadap Maf’ulnya jika ia lagi tidak menggantikan Fa’il (tidak menjadi Naibul Fa’il) demikian seperti contoh: “TADABBARTU ALKUTUBA = aku menelaah banyak kitab”

وَلاَزِمٌ غَيْرُ الْمُعَدَّى وَحُتِمْ لُزُومُ أَفْعَالِ الْسَّجَايَا كَنَهِمْ
كَذَا افْعَلَلَّ والْمُضَاهِي اقْعَنْسَسَا وَمَا اقْتَضَى نَظَافَةً أَوْ دَنَسَا
أَوْ عَرَضَاً أَوْ طَاوَعَ الْمُعَدَّى لِوَاحِدٍ كَمَدَّهُ فَامْتَدَّا
وَعَدَّ لاَزِمَاً بِحَرْفِ جَرِّ وَإِنْ حُذِفْ فَالْنَّصْبُ لِلْمُنْجَرِّ
نَقْلاً وَفِي أَنَّ وَأَنْ يَطَّرِدُ مَعْ أَمْن لَبْسٍ كَعَجِبْتُ أَنْ يَدُوا
وَالأَصْلُ سَبْقُ فَاعِلٍ مَعْنًى كَمَنْ مِنْ أَلْبِسُنْ مَنْ زَارَكُمْ نَسْجَ الْيَمَنْ
وَيَلْزَمُ الأَصْلُ لِمُوجِبٍ عَرَا وَتَرْكُ ذَاكَ الأَصْلِ حَتْمَاً قَدْ يُرَى
وَحَذْفَ فَضْلَةٍ أَجِزْ إِنْ لَمْ يَضِرّ كَحَذْفِ مَا سِيْقَ جَوَابَاً أَوْ حُصِرْ
وَيُحْذَفُ الْنَّاصِبُهَا إِنْ عُلِمَا وَقَدْ يَكُوْنُ حَذْفُهُ مُلْتَزَمَا

 


penjelasan

FI’IL TAM TERBAGI MENJADI MUTA’ADDI DAN LAZIM:
توضيح المقاصد والمسالك بشرح ألفية ابن مالك
1. Definisi Fi’il Muta’addi adalah: kalimah Fi’il yg sampai kepada Maf’ul tanpa perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya. Contoh:

ضربت زيدا

DHOROBTU ZAIDAN = Aku memukul Zaid.
2. Definisi Fi’il Lazim adalah: kalimah Fi’il yg tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar atau perantara Huruf ta’diyah lainnya semisal Huruf Hamzah lit-ta’diyah.
Contoh Fi’il Lazim tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Huruf Jar:

مررت بـزيد

MARORTU BI ZAIDIN = aku melewati Zaed.
Contoh Fi’il Lazim tidak sampai kepada Maf’ul kecuali perantara Hamzah:

أخرجت الزكاة

AKHROJTU AZ-ZAKAATA = aku mengeluarkan zakat.
¤¤¤
TANDA-TANDA FI’IL MUTA’ADDI DAN FI’IL LAZIM:
1. Tanda-tanda Fi’il Muta’addi:
1. Dapat disambung dengan HA Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar (yakni Dhamir Maf’ul Bih).
2. Dapat dibentuk shighat Isim Maf’ul Tam (tampa kebutuhan huruf jar).
Contoh dapat bersambung dengan HA Dhamir yg tidak merujuk pada Masdar *

ضربتــه

DHOROBTUHUU = aku memukulnya
* bukan sebagai tanda Fi’il Mutaadi, karena HA dhamir merujuk pada Masdar sama bisa disambung dengan Fi’il Muta’addi juga Fi’il Lazim, contoh:

الضرب ضربتــه

ADH-DHORBU DHOROBTUHUU = pukulan itu aku yg memukulnya

القيام قمتــه

AL-QIYAAMU QUMTUHUU = berdiri itu aku yg berdirinya
Demikian juga bersambung dg HA dhamir merujuk pada Zhorof (zaman/makan), tidak boleh sebagai tanda Fi’il Muta’addi, sebab butuh tawassu’/taqdir huruf jar, contoh:

الليلةَ قمتــها والنهارَ صمتــها

ALLAILATA QUMTUHAA, WAN-NAHAARO SHUMTUHAA = aku berdiri di malam hari dan aku berpuasa di siang hari.
Sesungguhnya taqdirannya sebelum membuang huruf jar adalah:

الليلةَ قمت فيها والنهارَ صمت فيه

ALLAILATA QUMTU FII HAA, WAN-NAHAARO SHUMTU FII HAA.
¤¤¤
Tambahan:
Sebagian ulama Nuhat berpendapat bahwa kalimah Fi’il terbagi menjadi tiga: 1. MUTA’ADDI, 2. LAZIM dan ditambah 3. Fi’il TIDAK MUTA’ADDI PUN TIDAK LAZIM: yaitu KAANA dan saudara-saudaranya, sebab KAANA tidak menashobakan Maf’ul Bih juga tidak dapat dimuta’addikan dengan huruf jar, seperti itu juga Fi’il-fi’il yg kadang ditemukan Muta’addi sendirinya dan kadang Muta’addin dengan perantara huruf jar, seperti contoh:

شكرتــه وشكرت له

SYAKARTUHUU dan SYAKRTU LAHUU = aku berterima kasih padanya

نصحتــه ونصحت له

NASHOHTUHUU dan NASHOHTU LAHUU = aku menasehatinya.
Maka dikatakan bahwa KAANA cs, tidaklah keluar dari pembagian Fi’il yg dua. KAANA termasuk dari Fi’il Muta’addi karena khobarnya diserupakan Maf’ul Bihnya.
Demikian juga lafazh SYAKARTU wa SYAKARTU LAHUU cs… tidaklah keluar dari dua pembagian fi’il: dikatakan Fi’il Muta’adi karena lafaz SYAKARTU LAHUU Huruf Jar sebagai Zaidah. Atau dikatakan Fi’il Lazim karena lafazh SYAKARTU naza’ khofidh atau membuang huruf jar.
Hukum Fi’il Muta’addi adalah: menashobkan terhadap MAF’UL BIH yg tidak menjadi NAIBUL FAA’IL
Pengertian MAF’UL BIH (objek) adalah: Isim yg dinashobkan yg dikenai langsung oleh pekerjaan FA’IL tanpa perantaraan, baik dalam kalam Mutsbat (kalimat positif) atau dalam kalam Manfi (kalimat negatif):
Contoh KALAM MUTSBAT

فهمت الدرس

FAHIMTU AD-DARSA = aku memahami pelajaran
Contoh KALAM MANFI

لم أفهم الدرس

LAM AFHAM AD-DARSA = aku tidak memahami pelajaran.
¤¤¤
2. Tanda-tanda Fi’il Lazim:
Akan dijelaskan pada bait selanjutnya… Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar