Minggu, 31 Maret 2013

649 : HUKUM MENYEMBELIH BINATANG SAMPAI TERPUTUS LEHERNYA

 PERTANYAAN


Siti Rohmah



assalamu'alaikum
Warohmatullohi
Wabarokatuh
Afwan, nyuwun pirso asatidz huda.
Kulo nate ningali tetangga kulo nyembelih manuk, saking landhepe pisaune kok ngantos pruthul gulune.
Qiqiqi....
Pertanyaan kulo
Pripun hukum-ipun maem manuk meniko?

JAWABAN

Mbah Godek ........

 wa'laikum salam

dagingnya ttp halal,tp haram penyembelihannya karena menyakiti,tp mnurut imam romli dan assyibromilsi penyembelihan tersebut hukumnya makruh

مختصر المزني (ص: 284)

قال الشافعي
فإذا ذبحها فقطع رأسها فهي ذكية

imam syafii berkata,jika orang menyembelih hewan sampai memotong kepalanya maka itu ttp dinamakan penyembelihan (halal)

---------------

بغية المسترشدين (ص: 546)

فائدة : لا يسنّ قطع ما وراء الودجين لكن لو قطع الرأس كفى وإن حرم للتعذيب ، والمعتمد عند (م ر) و (ع ش) الكراهة

faedah=tidak disunnahkan memotong otot besar yg berada dikanan kiri leher tapi jika kepalanya terpotong maka sudah mencukupi (halal) walau hal itu haram karena menyakiti,dan menurut pendapat yg mu'tamad/yg bisa dibuat pegangan menurut imam romli dan imam ali syibromilsi adalah makruh
Baca Selengkapnya >>

648 : SEKELUMIT TENTANG ILMU LADUNI

 PERTANYAAN

Ahmad Syaifuddin


Asalamu'alaikum wr wb
Mohon penjelasan tentang apa yg di maksud ilmu LADUNI.


Brojol Gemblung

Walaikumussalam..



SEJUMPUT TENTANG ILMU LADUNI
(Diskusi)



    • Mbah Jenggot

الحمد لله الذى غمر صفوة عباده بلطائف التخصيص طولا وامتنانا. والف بين قلوبهم فأصبحوا بنعمته إخوانا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة عبد لم يكن معاندا ولا عصى. واشهد أن محمدا عبده ورسوله الذى صار بالشفاعة العظمى مختصا. فصلوات الله وسلامه عليه صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم اللقاء.


Ilmu laduni adalah ilmu yang di berikan langsung oleh Allah kepada hamba-Nya yang shalih, bertakwa dan selalu berusaha membersihkan hatinya dari nafsu dan sifat-sifat tercela. Ilmu tersebut dapat di peroleh dengan tanpa usaha belajar baik dari seorang guru atau berijtihad memahami teks-teks al-Qur'an, Sunnah, atau kitab-kitab ulama. Meski ilmu laduni juga mungkin dapat di peroleh sebab barakah guru atau memahami al-Qur'an, Sunnah maupun kitab-kitab ulama yang shalih.


Ilmu laduni juga dapat di sebut ilmu mukasyafah, ilmu wahbi, ilmu ilham dan ilmu ilahi.

Dalam Al-Qur’an Surat al-Kahfi ayat 65 disebutkan:


وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا


“Dan Kami ajarkan padanya (Nabi Khidhir) ilmu dari sisi kami”


Ayat ini menerangkan Nabi Khidhir meperoleh ilmu laduni dari Allah.

Ilmu laduni dalam literatur kitab-kitab salaf tidak hanya di peroleh Nabi Khidhir saja, bahkan selain para Nabi, baik seorang wali atau shufi juga bisa memperolehnya.

Dalam keterangan kitab-kitab tafsir di lingkungan Ahlussunnah wal Jama’ah, ilmu laduni tersebut bisa diperoleh oleh seorang hamba yang taat dan hatinya bersih. Dan ketetapan ini sudah sangat masyhur serta banyak para wali atau shufi yang mendapatkannya.


Ibnu Hajar al-Haitami menyampaikan bahwa dalam Risalah al-Qusyairiyyah dan Awarif al-Awarif (as-Suhrawardi) tentang wali yang mendapatkan khabar ghaib sangat banyak .

Ibnu Hajar al-Haitami juga menuturkan bahwa mengetahui ilmu ghaib adalah bagian dari karamah. Mereka dapat memperoleh dengan cara di khithab-i (sabda) secara langsung, di bukakannya hijab (kasyf) dan di bukakan kepadanya lauh mahfuzh sehingga dapat mengetahuinya . (Fatawi Haditsiyyah hlm. 222 )


Adapaun dalil dan bukti bahwa ilmu tersebut bisa diperoleh oleh hamba yang taat dan bersih adalah:


Ayat al-Qur'an surat an-Nisa' :113 tentang Nabi Muhammad yang menerima ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum dan hal ghaib.


وَعَلَّمَكَ مَالَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ


"Dan (Allah) telah mengajari dirimu ilmu yang engkau tidak menegtahuinya"

Ayat al-Qur'an surat Yusuf : 68 tentang Nabi Ya'qub yang menerima ilham dari Allah:


وَإِنَّهُ لَذُوْعِلْمٍ لِمَاعَلَّمْناَهُ


"Sungguh Dia (Ya'qub) adalah orang yang mempunyai ilmu, karena Kami telah mengajarinya" Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya:


عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَدْ كَانَ يَكُونُ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ مِنْهُمْ قَالَ ابْنُ وَهْبٍ تَفْسِيرُ مُحَدَّثُونَ مُلْهَمُونَ


“Dari Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau bersabda: ‘Di dalam umat-umat sebelum kalian ada para muhaddatsun, maka jika ada satu dari umatku yang termasuk di dalamnya, maka sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab adalah salah satu dari mereka.


’ Ibnu Wahb mengatakan: ‘Tafsir Muhaddatsun adalah orang-orang yang diberi ilham.”

Hadits ini mengantarkan kepada satu pemahaman bahwa ilmu ilham bisa didapatkan oleh selain Nabi Khidhir, seperti Sayyidina ‘Umar dan lain-lain. Hadits Rasulallah riwayat at-Tirmidzi dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulallah bersabda: "Aku melihat Allah, azza wa jalla menempelkan telapak-Nya di antara bahuku, kemudian aku merasakan dinginnya jari-jari-Nya di antara putingku dan kemudian tajalli-lahsetiap sesuatu kepadaku dan aku mengetahuinya sehingga aku dapat mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan apa yang terjadi antara tanah timur (masyriq) dan tanah barat (maghrib)" hadits ini di shahih-kan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan lain-lain.


Hadits Riwayat Ibnul Jauzi dalam Manaqib Umar tentang Sayyidina Umar yang mengatahui tentaranya yang sedang berperang padahal beliau sedang berkhuthbah. Hadits ini hasan sebagaimana di katakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar.


Riwayat tentang Sayyidana Abu Bakar yang pernah menebak kandungan istrinya bahwa bayinya laki-laki. Dan itu ternyata benar adanya. Hadits riwayat Abu Nu’iam al-Ashfahani dalam Hilyah al-Auliya’ dari Anas :


مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَرَثَهُ اللهُ تَعَالَى عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


“Siapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan memberinya ilmu yang dia tidak ketahui.” ( Ash-Shawi dalam Hasyiyah Tafsir al-Jalalain 1/182 menisbatkan ucapan tersebut kepada Imam Malik ) Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang hadits ini dan beliau menjawab, "Sesuai apa yang dikatakan oleh Izzuddin bin Abdissalam bahwa sesungguhnya orang yang mau mengamalkan apa yang dia ketahui baik wajib syar’i, atau sunah atau menjauhi makruh dan haram, maka Allah akan memberinya ilmu ilahi yang sebelumnya dia tidak mengetahuinya" ( Fatawi Haditsiyyah hlm. 203-204, Darul Fikr. )

Ucapan Ali al-Kisa’i


قَالَ الدَّمِيرِيُّ : وَهَذِهِ الْمَسْأَلَةُ الَّتِي سَأَلَ عَنْهَا أَبُو يُوسُفَ الْكِسَائِيُّ لَمَّا ادَّعَى أَنَّ مَنْ تَبَحَّرَ فِي عِلْمٍ اهْتَدَى بِهِ إلَى سَائِرِ الْعُلُومِ ، فَقَالَ لَهُ : أَنْتَ إمَامٌ فِي النَّحْوِ وَالْأَدَبِ فَهَلْ تَهْتَدِي إلَى الْفِقْهِ ؟ فَقَالَ : سَلْ مَا شِئْتَ ، فَقَالَ : لَوْ سَجَدَ سُجُودَ السَّهْوِ ثَلاَثًا هَلْ يَلْزَمُهُ أَنْ يَسْجُدَ ؟ قَالَ : لاَ ؛ لِأَنَّ الْمُصَغَّرَ لاَ يُصَغَّرُ

“Ad-Damiri berkata: ‘Masalah ini adalah masalah yang pernah ditanyakan oleh Abu Yusuf (Hanafiyyah) kepada Ali al-Kisa’i ketika al-Kisa’i pernah mendakwahkan bahwa siapa yang dalam satu ilmu luas layaknya samudera maka dia akan bisa pada ilmu-ilmu yang lain. Abu Yusuf bertanya: ‘Anda adalah imam dalam bidang nahwu dan sastra, apakah Anda bisa fiqh juga? Al-Kisa’i menjawab: ‘Tanyalah yang Anda suka!’ Kemudian Abu Yusuf bertanya: ‘Andai ada orang yang sudah melakukan sujud sahwi tiga kali, apakah dia wajib bersujud untuk kedua kali?’ Al-Kisa’i menjawab: ‘Tidak, karena sesuatu yang sudah diperkecil (tashghir) tidak boleh diperkecil lagi.” ( Disebutkan dalam kitab-kitab Fiqh Syafi’iyyah dalam bab sujud sahwi. )


Ucapan al-Kisa’i tersebut menunjukkan bahwa siapa yang dalam satu disiplin ilmu agama luas bak samudera, maka dia akan mendapat ilmu laduni dengan bisa menguasai ilmu-ilmu yang lain.


Kisah yang diceritakan oleh al-Habib Abdullah Alawi al-Haddad tentang seseorang yang semula bodoh kemudian menjadi alim lewat ilmu wahb dan ilmu ilahi (ilmu laduni) di bidang ushuluddin dan cabang-cabangnya. Mereka adalah Sa‘id bin ‘Isa al-Amudi, Ahmad ash-Shayyad, Ali al-Ahdal dan Abul Ghaits.


Dengan keterangan-keterangan ini pernyataan dan syubhat-syubhat mereka yang tidak pernah di dukung dalil sudah terbantahkan.


Lebih lengkap tentang dalil-dalil ilmu laduni yang dapat di peroleh selain Nabi Khidhir, lihat Fatawi Haditsiyyah halaman 222 dan Majmu' Fatawi wa Rasail halaman 202 pembahasan tentang ilham.


والله أعلم بالصواب


http://www.facebook.com/note.php?note_id=390430753099

kalo dalam Hikam Murni Hanya krn Anugrah DariNya.


إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ. أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ. وَأَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ.


Jika Allah membukakan pintu makrifat bagimu, jangan hiraukan mengapa itu terjadi sementara amalmu amat sedikit. Allah membukakannya bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidaklah engkau mengerti bahwa makrifat itu adalah karunia-Nya kepadamu, padahal hanya amal itu saja persembahanmu kepada-Nya? Maka, betapa besar perbedaan antara persembahanmu kepada Allah dan karunia-Nya kepadamu ..

=================================================
فالعلم اللدني ، هو ما يحصل للعبد من العلم من غير واسطة ، فإما أن يكون بإلهام من الله تعالى وتعريف منه لعبده ، أو من الشيطان والنفوس الخبيثة وهو على نوعين :


أولاً : علم لدني رحماني إلهي :

فهذا ـ العلم اللدني الرحماني الإلهي ـ حصل للخضر عليه السلام بغير واسطة موسى ، قال سبحانه وتعالى ـ عن الخضر ـ : { آتيناه رحمة من عندنا وعلمناه من لدنا علماً } الكهف 65 .

فقد فرق الله تعالى بين الرحمة وبين العلم .. فالرحمة " من عندنا " وأما العلم " من لدنا " ، فقوله تعالى " من لدنا " أي لم ينل العلم على يد البشر ، وهي أخص بل وأقرب من قوله " من عندنا " ، ولهذا قال الله تعالى { وقل رب ادخلني مدخل صدق وأخرجني مخرج صدق واجعل لي من لدنك سلطاناً نصيراً } الإسراء 80 . فالسلطان النصير الذي من لدنه سبحانه أقرب مما عنده ..

والعلم اللدني الرحماني الإلهي ، ينبت في القلوب الطاهرة من كدر الدنيا والإنشغال بها ، وعلائقها التي تعوق الأرواح عن بلاد الأفراح .. فإن هذه الآكدار تحجب وجه مرآة القلب عن الحقائق .. فإذا جليت مرآة القلب بإذهاب الأكدار صفت وظهرت لها الحقائق والمعارف ..

والعلم اللدني الرحماني الإلهي ، ينبت من القلوب الطاهرة الصافية من الأبدان التى زكت بطاعة الله تعالى ، ونبتت على أكل الحلال والبعد عن الحرام ، فمتى خلصت الأبدان من الحرام ، وأدناس البشرية ، وطهرت الأنفس والقلوب من علائق الدنيا .. ظهرت الحقائق والمعارف .. فإن سقى العبد قلبه وبدنه بماء الشريعة النبوية أنبت العلم والحكمة والفائدة المقيدة بنور الشريعة المحمدية . بسبب ثمرة موافقته للشريعة النبوية المحمدية ، والمحبة التي أوجبها التقرب بالنوافل بعد الفرائض ...

قال ابن القيم ـ رحمه الله ـ " والعلم اللدني ، ثمرة العبودية والمتابعة ، والصدق مع الله ، والإخلاص له ، وبذل الجهد في تلقي العلم من مشكاة رسوله . وكمال الإنقياد له . فيفتح له من فهم الكتاب والسنة بأمر يخصه به ، كما قال على بن أبي طالب ـ رضي الله عنه ـ : وقد سئل " هل خصكم رسول الله صلى الله عليه وسلم بشيء دون الناس ؟ فقال : لا والذي فلق الحبة ، وبرأ النسمة . إلا فهماً يؤتيه الله عبداً في كتابه " فهذا هو العلم اللدني الحقيقي . " ا.هـ مدارج السالكين 3 / 382.


قال بعض العلماء: إن الله عز وجل أعطى النبوة والرسالة للخصوص من أهل الصفوة:

﴿إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحاً وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ﴾

[سورة آل عمران الآية:33]


النبوة اختص بها صفوته من خلقه, وهناك بحث طويل جعل النبوة وهبية, لكنها وهبية للمتفوقين من خلقه, والتفوق كسبي.

تماماً كما لو أردنا أن نعين إنساناً يمثل بلداً؛ فطالبناه بدكتوراه في العلوم, دكتوراه في الآداب, دكتوراه في الحقوق, وطالبناه بخمس لغات يتقنها, وطالبناه بفطنة وذكاء, بعد أن اخترناه من بين كل الناس, -وهذا من تفوقه وكسبه-؛ أعطيناه خصائص, أعطيناه حقيبة دبلوماسية, أعطيناه أجهزة, أعطيناه شيكات مفتوحة, القسم الثاني وهبي, لكنه مبني على الكسبي:


﴿إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحاً وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ﴾

[سورة آل عمران الآية:33]


هذه وهبية, لكن بحسب الاصطفاء, والاصطفاء بحسب التفوق, والتفوق بحسب الصدق.

( وعلمناه من لدنا علما) وهذا العلم يعرف بالعلم اللدني, فهو يكون من الله الي العبد من غير واسطة. والدليل على ذلك ان الخضر فعل اشياء لم تكن متوافقة مع ظاهر الشريعة فاعترض عليه سيدنا موسى عليه السلام , فبين له الخضر حقيقة الامر و أخبره بان هذا الامر كان من الله عز وجل بقوله وما فعلته عن أمري . ومعلوم ان الخضر كان فرداً من قوم موسى ولوكان هذا العلم اتاه بواسطة سيدنا موسى عليه السلام لكان موسى أول من علم به ولايمكن أن يعترض عليه في شيئ بعد ذلك . كما ان الخضر قد اشار الي ذلك بقوله انك لن تستطيع معي صبرا , وقد عزره ايضا بقوله وكيف تصبر على مالم تحط به خبرا . فدل ذلك على ان العلم اللدني يأتي من الله بغير واسطة

فحاصل الامر ان الله أفاض عليه من أسراره عن طريق الالهام

وقد يوحي الله للولي بعض العلوم والاسرار والفيوضات الربانية ويخصه بها دون غيره . فلا تظن أن الوحي للنبوة فقط. فهذا فهم خاطئ . فقد يطلق الوحي في غير النبوة.

فالوحي في اللغة معناه الاخبار سراً . وقد قال الله تعالى (وأوحينا الي ام موسى ان ارضعيه) ولم تكن ام موسى نبية ولم تكن هنالك نبوة عند النساء ابداً , فدل ذلك على الالهام منه تعالى , كما قال تعالى (اذ أوحى ربك الي النحل ان اتخذي من الجبال بيوتا ومن الشجر ومن ما يعرشون) ولم تكن هنالك نبوة في النحل

كما اشار الله لذلك المعنى في قوله تعالى (ماكان لبشر أن يكلمه الله الاوحياً أومن وراء حجاب أو يرسل رسولا فيوحي باذنه مايشاء) أو من وراء حجاب : كما كلم سيدنا موسى عليه السلام , أويرسل رسولا : أي ملك والملائكة رسل الله كما قال (الحمد لله فاطر السموات والأرض، جاعل الملائكة رسلا أولي أجنحة مثنى وثلاث ورباع، يزيد في الخلق ما يشاء، إن الله على كل شيء قدير) الا وحيا : فدلت كلمة وحياً التي في أول الاية على الالهام. وورد عن سيدنا سليمان أنه علم منطق الطير , وانه كان يخاطب النمل والي غيرذلك من الجن والريح والدواب , فمن المعلوم انك اذا ارت ان تتعلم كيفية مخاطبة الطير فلن تحصل على ذلك اذا قراءت القران الكريم أو السنة النبوية , ولا حتى كل الكتب السماوية السابقة , لان ذلك من العلم الوهبي وليس من العلم الكسبي , فلابد من ان يهب الله لك ذلك . قال تعالى (يختص برحمته من يشاء والله والله واسع عليم) وقال تعالى (واتقوا الله ويعلمكم الله) اذا كل من اتقى الله حق تقاته كان له كفل من هذه العلوم بقدر تقواه واتباعه للسنة الشريفة , كما قال تعالى (وماهو على الغيب بضنين).

وقد قال سيدنا علي ابن ابي طالب كرم الله وجهه , تعلمت من رسول الله صلى الله عليه وسلم مئة الف مسألة ولقد علمني ربي مئة الف مسألة .

في الخلاصة نقول إن العلم الوهبي او اللدني وهو الالهام ثابت بالكتاب والسنة الشريفة وهو أمر اجمعت عليه الامة ولا ينكر ذلك الاجاهل ومعاند . فلايصح بعد هذا أن تنكر على أحد الاولياء في ماقاله إن كان قد أخبر بأمر جائز ولا يخالف أمر شرعي . ولو لم يكن لديه دليل . فإن لم تصدقه لاتكذبه وسلم له الامر تسلم . إن كان صادقا يصبكم بعض الذي يعدكم وان كان كاذبا فعليه كذبه


  • A Nafik Halim>>>


و العلم الوهبي لا يحصل عن سبب بل من لدنه. الفتوحات المكية 1/282


Ilmu wahby atau laduny tdk di peroleh melaluli sebah akan tetapi ilmu wahby atau laduny itu merupakan pemberian Allah kepada orang-orang tertentu.


al Futuhatul Makkiyah 1/282


{ وعلمناه من لدنا علما } أي علما خاصا بنا لا يعلم إلا بتوفيقنا وهو علم الغيوب. قال العلماء هذا العلم الربني ثمرة الإخلاص والتقوى ويسمى العلم اللدني يورثه الله لمن أخلص العبودية له ، ولا ينال بالكسب والمشقة وإنما هو هبة الرحمن لمن خصه الله بالقرب والولاية والكرامة.

صفوة التفاسير 2/632


Ilmul Ghuyub adalah ilmu tertentu yg tdk dapat diketahui kecuali dgn Taufiq Allah. Ulama mengatakan Ilmu Robbany ini merupakan buah ikhlas dan taqwa dan juga disebut ILMU LADUNNY yg diberikan oleh Allah kpd orang yg ikhlas dlm beribadah. Ilmu ini tdk dapat di peroleh melalui usaha dan kepayahan . Ilmu ini merupakan pemberian Allah kepada orang-orang yg di beri keitimewaan oleh Allah berupa al Qurbu, Kewaliyan dan Kekeramatan.


<<Shofwatut Tafasiir 632>>

http://www.piss-ktb.com/2011/07/sejumput-tentang-ilmu-laduni-diskusi.html?m=1


tambahan :

Insya allah bila allah menghendaki ilmu laduni bisa di peroleh misal dengan jalan mengamalkan wirid dan istiqomah

wallahu'alam bishowab
Baca Selengkapnya >>

647 : PERBEDAAN BERHALA DAN PATUNG

PERTANYAAN

Em Djassiman


Assalamu'alaikum..// Akhi ukhti fillah..
ane mau nanya...
BERHALA DAN PATUNG
ada perbedaanya nggk??
kl ada..apa hukum keduanya.matur nuhun@!


PERTANYAAN

Mbah Pardan Milanistie

wa'alaikum salam

Yo jelas beda Kang..

Etimologi

Kata berhala dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai kata benda memiliki arti patung dewa, kemudian penggunaan kata berhala meluas menjadi makhluk/benda (matahari, bulan, malaikat, hewan) apa saja yang disembah selain perintah Allah adalah termasuk dalam kategori berhala.[3]
Sedangkan kata kerja dari memberhalakan berarti memuja dan mendewakan, bisa pula dijadikan menjadi kata kerja yang artinya berbeda lagi, seperti memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujanya mengatakan “inilah Tuhan yang harus disembah”. Tidak juga berarti bahwa ia mesti bersujud dihadapannya.
Kemudian kalimat memberhalakan pun meluas menjadi dapat diartikan kepada rasa suka seseorang terhadap sesuatu melebihi rasa sukanya kepada Allah. Misalnya, lebih takut kepada seseorang/ benda dibanding rasa takut kepada Allah, atau lebih mencintai seseorang/ benda dibanding cintanya kepada Allah.

Makna berhala dalam Al-Qur'an

Kata berhala di dalam Al-Qur'an digunakan untuk mengartikan tiga istilah yang berbeda, masing-masing kata tersebut dalam al-Qur'an mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks ketika kata itu disandarkan. Kalimat-kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Asnam (ال اسنم) adalah segala sesuatu yang terbuat dari kayu, batu, emas, perak, tembaga dan semua jenis bahan berasal dari bumi yang memiliki bentuk menyerupai makhluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan serta memiliki bentuk tubuh yang besar. Selain itu, al-asnam mengalami perluasan makna yang digunakan untuk menunjukkan makna majazi dari berhala.
  2. Awsan (آل أوسان) adalah terbuat dari bahan baku pembuatnya sama dengan al-asnam, namun kata ini lebih umum daripada al-asnam, karena dapat berupa segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk, baik kecil maupun besar. Sehingga, kata al-asnam dapat dimasukkan ke dalam kategori al-awsan.
  3. Ansab (الأنصب) adalah batu yang tidak memiliki bentuk tertentu yang digunakan untuk tempat menyembelih binatang yang akan dipersembahkan (altar) untuk berhala-berhala. Al-ansab juga dipakai untuk jenis batu yang tidak dibentuk yang disembah apabila tidak mampu membuat al-asnam.

=========================================================================

tambahan


oleh: Mbah Jenggot


Seni rupa adalah cabang seni yang wujud karya seninya bisa dipandang dan diraba. Seni rupa yang mengolah garis, bidang, wujud, volume, warna dan tekstur pencahayaan yang semuanya bermuara pada nilai estetika.
Legalitas Hukum Seni Lukis dan Pahat
Terlepas dari silang pendapat dalam formulasi hukum seni lukis dan seni pahat, versi ulama yang mengharamkan seni ini menyatakan empat alasan logis, sebagai berikut;

Menyerupai Penciptaan Oleh Tuhan

Hakikat otoritas penciptaan merupakan hanya kewenangan dan hanya bisa dilakukan oleh Tuhan. Manusia sebagai makhluk yang dibekali dengan segala keterbatasan tidak sepatutnya mencoba memasuki wilayah yang menjadi teritorial prerogatif Tuhan. Dalam hadits yang diriwayatkan sayidah Aisyah telah termaktub sebuah ancaman bagi orang yang mencoba memasuki zona ini;

أَشَدّ النَّاس عَذَابًا يَوْم الْقِيَامَة الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللَّه

“Siksaan yang paling pedih bagi manusia di hari kiamat adalah orang-orang yang menyerupai penciptaan Allah”.

Bahkan berdasarkan sebuah riwayat, di hari kiamat bagi orang tersebut dituntut untuk menghidupkan gambar yang ia buat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kelancangannya itu.
Sebagian ulama menafsiri motif larangan ini dengan adanya asumsi dan keyakinan menyerupai kekuasaan Tuhan. Interpretasi ini didasari realita bahwa menggambar objek yang tidak mempunyai ruh ternyata diperbolehkan, padahal di dalamnya juga terdapat unsur menyerupai kekuasaan Tuhan. Sehingga motif ini bisa menjadi dasar (illat) timbulnya hukum haram hanya dalam konteks kesengajaan atau adanya asumsi menyerupai Tuhan dalam diri pelukis.

Potensial Menjerumuskan Dalam Kesesatan
Illat ini bisa dilihat dalam rekaman sejarah peradaban kaum nabi Nûh. Di antara kaum nabi Nûh terdapat orang shaleh yang sangat dihormati oleh kaumnya. Mereka adalah Wadd, Suwâ’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr. Ketika kelima orang ini telah wafat, sebagai bentuk penghormatan, dibuat patung dari masing-masing kelima orang ini sesuai dengan namanya sebagai monumen. Patung tersebut diletakkan dalam majlis yang biasa digunakan kelima orang tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, bergantinya generasi dengan keilmuan dan akidah serta belitan syaitan yang mulai menjauhkan dari kebenaran, mereka mulai menyembah patung-patung ini.

Ibn Araby menyatakan bahwa larangan membuat patung dalam Islam adalah dipicu oleh tradisi Arab jahiliah yang gemar membuat patung kemudian di sembah. Bahkan ketika Rasûlullâh diutus, kondisi sosio kultural bangsa Arab identik dengan ritual penyembahan patung. Mereka meyakini bahwa ritual tersebut bisa mendekatkan mereka pada Tuhannya. Dari dua potret sejarah di atas bisa disimpulkan bahwa, kendati eksistensi patung pada mulanya sebatas manifestasi respek dan apresiasi terhadap orang tertentu, namun di kemudian hari sangat potensial menjerumuskan manusia ke dalam tradisi penyembahan jahiliah. Sebagai bentuk tindakan preventif dari bahaya keimanan ini, maka Islam melarang pembuatan patung.

Identik Dengan Tradisi Jahiliah

Illat ini merupakan statemen Ibn Taimiyyah. Meskipun pembuat patung tidak mempunyai kesengajaan dalam meniru tradisi jâhiliyah, baik dalam hal pembuatan maupun penyembahan, namun keniscayaan keadaan yang menyerupai tradisi mereka, sudah cukup sebagai alasan larangan ini. Hal ini bisa dianalogikan pada larangan shalat saat matahari terbit dan tenggelam yang dilatarbelakangi identik dengan penyembah matahari (Shinto). Walaupun orang yang shalat pada waktu itu tidak ada unsur kesengajaan untuk menyerupai para penyembah matahari, namun aspek keadaanlah yang berperan membentuk keserupaan antara keduanya. Sehingga berawal dari sekedar identik yang kebetulan (muwâfaqoh), ada paksaan psikologis yang mengkondisikan menjadi terbentuknya identik yang ada unsur kesengajaan (musyâbahah).

Menghalangi Masuknya Malaikat Rahmat.
Namun illat ini dibantah ulama Hanâbilah, bahwa keengganan Malaikat rahmat memasuki tempat yang ada lukisan, bukan karena materi lukisan ansich, melainkan karena lukisan tersebut yang tergolong haram. Dengan kata lain, haramnya lukisan adalah penyebab tidak masuknya Malaikat, dan bukan sebaliknya. Hipotesa ini bisa dibuktikan bahwa Malaikat juga tidak masuk pada rumah yang dihuni oleh orang yang sedang junub, dan hal ini tidak mempunyai konsekuensi larangan junub. Jadi, tidak masuknya malaikat adalah konsekuensi dari keharaman hukum lukisan dan bukan illat keharamannya.
Mayoritas ulama mengharamkan pembuatan gambar yang bermatra dua (al-musaththohah), yaitu lukisan yang mempunyai dimensi lebar dan panjang maupun yang bermatra tiga (baca : patung) yaitu lukisan yang mempunyai dimensi panjang, dimensi lebar, serta dimensi kedalaman. Keharaman ini didasari; pertama, kemutlakan kecaman Nabi terhadap lukisan dan melukis sebagaimana dalam hadits aL-Bukhâry;

أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَك هَذَ فَإِنَّهُ لَا تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلَاتِي

“Singkirkan dariku kain tipis ini. Sesungguhnya lukisan di kain itu mengganggu dalam shalatku”.

Kedua, tuntutan pertanggungjawaban untuk menghidupkan gambar yang telah di buat sebagai konsekuensi kelancangan melakukan perbuatan yang sebenarnya merupakan hak prerogatif Ilâhi seperti termaktub dalam hadits;

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ

“Adzâb bagi manusia yang paling pedih di hari kiamat adalah bagi para pelukis. Dikatakan pada mereka; “hidupkanlah apa yang telah kamu buat”.
Kalangan Mâlikiyyah memakruhkan pembuatan lukisan dua dimensi. Mereka mendasarkan kemakruhan tersebut pada hadits yang diriwayatkan Abî Tholhah;

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ , إلَّا رَقْمًا فِي ثَوْبٍ

“Malaikat tidak akan masuk rumah yang ada lukisannya, kecuali lukisan di pakaian”.

Bila dikorelasikan dengan hadits di atas, hadits ini bisa diproporsikan sebagai penjelas cakupan makna (muqoyyid) terhadap hadits di atas. Artinya, kecaman Nabi dalam hadits di atas adalah bukan diarahkan pada lukisan dua dimensi, namun terhadap pembuatan patung dengan tiga dimensi serta obyek-obyek lukisan yang mempunyai ruh. Argumen demikian diperkuat oleh sebuah riwayat Aisyah bahwa beliau mempunyai kain tirai yang bergambar burung. Ketika Rasûlullâh melihat tirai itu, beliau memerintahkan untuk menyingkirkanya. Perintah dari Nabi ini bukan indikasi keharaman materi tirai itu, melainkan karena kapasitas dan maqom beliau yang selalu menghindari hal-hal yang bisa melalaikan atau mengganggu terhadap ibadah. Seperti sabda beliau; “ketika aku masuk ke dalam rumah dan melihat (tirai), aku teringat urusan duniawi”. Sabda beliau ini menunjukkan totalitas beliau dalam urusan ukhrowi, sehingga hal-hal tersebut tidak haram untuk porsi umatnya yang nota bene “beda kelas”. Jadi bisa kita pahami bila larangan Nabi itu bersifat nisbi. Sebagai analogi adalah kebajikan yang dilakukan oleh orang awam tidak niscaya baik apabila dilakukan oleh orang agung Sesuai dengan adigium “shôlih al-abrôr sayyi’ah al-muqorrobîn” (kebajikannya orang-orang abrôr adalah keburukannya orang-orang muqorrobûn).

Dalam catatan sejarah juga dijumpai bahwa Nabi dan para sahabatnya menggunakan mata uang dinar Romawi dan dirham Persia dalam bertransaksi. Padahal kedua mata uang tersebut ada cetakan gambar raja-raja Romawi dan Persia. Bahkan di antara para sahabat memakai cincin yang mempunyai ornament lukisan yang dipahat. Di antaranya adalah Abî Hurairah yang mempunyai cincin yang berhiaskan gambar dua lalat dan bantal yang digunakan Urwah juga bergambar burung dan seorang lelaki.
Terlepas dari perbedaan pendapat ulama seputar hukum seni lrupa dan seni pahat di atas, ada beberapa pengecualian terhadap beberapa varian dua dimensi atau tiga dimensi, yaitu;

Objek jadinya tidak mempunyai ruh.
Para ulama sepakat bahwa varian ini dikecualikan dari lukisan yang diharamkan. Misalnya gambar berbentuk bunga, pohon. Pengecualian ini didasarkan pada hadits;

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ , إلَّا رَقْمًا فِي ثَوْبٍ

“Malaikat rahmat tidak akan masuk pada rumah yang di dalamnya ada gambar, kecuali lukisan di pakaian”.

mam An-Nawâwy menjelaskan bahwa pengecualian roqm tersebut memasukkan setiap bentuk benda yang tidak mempunyai ruh.
Objek jadinya mempunyai ruh, namun ada anggota badan yang tidak sempurna, sehingga seandainya tanpa anggota badan itu niscaya objek lukisan tidak bisa hidup. Seperti bentuk hewan tanpa kepala. Pengecualian ini didasarkan pada hadits :

أَيُّكُمْ يَنْطَلِقُ إلَى الْمَدِينَةِ فَلَا يَدَعُ بِهَا وَثَنًا إلَّا كَسَرَهُ وَلَا قَبْرًا إلَّا سَوَّاهُ وَلَا صُورَةً إلَّا لَطَّخَهَا

“Siapapun di antara kamu berangkat ke Madinah, maka jangan sekali-kali meninggalkan berhala kecuali ia hancurkan, kuburan kecuali ia ratakan dan lukisan kecuali ia hapuskan”.

Dalam teks hadits tersebut secara tersirat ada izin dari nabi terhadap bentuk lukisan yang terhapus. Dalam arti, ada anggota yang tidak lengkap sehingga tidak berpotensi hidup tanpa anggota itu. Formulasi ini diperkuat bukti empiris bahwa ritual penyembah berhala, lazimnya dilakukan terhadap lukisan (baca; patung) yang lengkap anggotanya. Kalaupun terdapat anggota yang tidak lengkap, itu hanya anggota badan yang tidak fital terhadap hidup-matinya objek lukisan. Dari madzhab Syâfi’iyyah hanya aL-Mutawally yang tetap mengharamkan jenis ini, namun pendapat Mutawally ini divonis keluar dari domain ulama (syadz).

Sedangkan mayoritas Syâfi’iyyah memakruhkan. Pendapat mayoritas Syâfi’iyyah ini diperkuat dengan sebuah bukti sejarah bahwa Ibn Abbâs ketika mendapat pengaduan seorang pelukis, bahwa ia tidak mempunyai skill selain berprofesi sebagai pelukis. Ibn Abbâs memberikan solusi untuk melukis pada objek pohon atau materi yang tidak mempunyai ruh. Dari statement beliau ini, bisa dipahami bahwa varian lukisan tanpa ruh atau tidak memiliki potensi hidup, bukan termasuk yang diharamkan. Dengan bentuk lukisan yang demikian, Mâlikiyyah dan Hanâbilah menganulir hukum makruh —sebagaimana pendapat mereka semula— menjadi boleh. Senada dengan Mâlikiyyah, aL-Bahûty dari kalangan Hanâbilah dan Ibn Najm dari Hanafiyyah memperbolehkan bentuk tersebut, kendati statemen Ibn Najm ini dalam konteks kemakruhan musholli menghadap gambar, namun statemen ini juga bisa dipahami dalam konteks hukum asal gambar. Sebab dari dua deskripsi kemakruhan musholli menghadap gambar dan hukum asal gambar, terdapat titik temu, yaitu adanya tasyabbuh dengan penyembah berhala. Padahal motif tersebut tidak terpenuhi pada varian ini, sebab berhala sembahan orang musyrik tidak ada yang tanpa kepala, sehingga Ibnu Najm mengibaratkan seperti orang shalat menghadap sebuah lilin, di mana yang demikian ini hukumnya tidak makruh. Kendati demikian, Sebagian Syâfi’iyyah tidak mengecualikan dan tetap mengharamkan jika bentuk lukisan berupa kepala tanpa badan walaupun obyek semacam ini tidak bisa hidup.

Boneka mainan anak-anak

Sayyidah Aisyah pernah bermain-main dengan boneka ketika masih belia. Hal ini didiamkan oleh rasul bahkan beliau sempat tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya. Diamnya nabi ini adalah sebagai bentuk afirmasi taqrirî (penetapan hukum boleh). Memandang kondisi psikologis dan dunia anak yang penuh keceriaan dan tidak bisa terlepas dunia bermain sebagai media stimulan perkembangan daya intelegensia. Hanâbilah cenderung lebih ketat dalam memperbolehkan varian boneka mainan anak-anak ini, sehingga tetap menyaratkan lukisan atau boneka harus dalam bentuk yang tidak sempurna anggotanya dan tidak berpotensi hidup jika diberi ruh.

Dijadikan sebagai alas


Termasuk dalam varian ini adalah setiap gambar yang terletak pada tempat-tempat yang rendah, misalnya dijadikan matras, bantal atau alas kaki. Pengecualian ini didasarkan pada suatu riwayat, bahwa Rasûlullâh pernah menggunakan bantal yang bergambar kuda bersayap. Dengan memandang keberadaan gambar ini pada tempat yang rendah, dan nuansa ta’dhim layaknya penyembah berhala tidak terpenuhi, maka hukum haram juga tidak ada. Ibn Araby dari madzhab Mâlikiyyah mengarahkan bahwa pengecualian ini dalam pola lukisan yang bukan tiga dimensi. Sedangkan yang berpola tiga dimensi hukumnya mutlak haram. Tengara Ibn Araby ini senada dengan Hanafiyyah, Hanâbilah dan mayoritas Syâfi’iyyah. Sementara mayoritas Mâlikiyyah tetap memasukkan varian tiga dimensi dalam pengecualian ini, hanya saja hukumnya adalah khilâf al-aulâ.

Sedangkan Ibn Hajar dengan mengutip pendapat aL-Mutawally, memperbolehkan lukisan ini secara mutlak. Perbedaan antara aL-Mutawally dengan mayoritas ulama ini bermuara dari perbedaan memproporsikan konteks hadits tersebut; apakah terbatas hanya dalam hukum pemakaian saja, atau sekaligus hukum pembuatan. Mayoritas ulama menengarai sebagai justifikasi dalam konteks pemakaian atau pemanfaatan, dan bukan dalam konteks pembuatan. Hal ini didukung dengan sebagian riwayat yang mengatakan bahwa motif hukum haram pembuatan adalah menyerupai penciptaan Tuhan, dan motif ini tidak terdapat dalam konteks pemakaian atau pemanfaatan, akan tetapi tetap terdapat dalam proses pembuatan.

Formulasi hukum di atas adalah dalam konteks pembuatan (produksi) lukisan atau patung, sehingga hukum dan ketentuan tersebut tidak diarahkan pada pemakaian (konsumen). An-Nawawî dalam kitab Syarh Muslim memberikan batasan definitif, bahwa pemakaian lukisan atau patung, berpola tiga dimensi atau dua dimensi, diperbolehkan jika pemakaian tersebut untuk hal-hal atau tempat yang rendah atau hina (mumtahan) seperti sebagai alas, bantal dan lain-lain. Sebaliknya, jika pemakaian dalam hal-hal yang bernuansa mulia, agung dan terhormat, maka menjadi haram, seperti dijadikan hiasan, pajangan dan lain-lain. Statement An-Nawawî ini senada dengan pandangan Mâlikiyyah, Hanafiyyah, dan para sahabat.

Adapun Az-Zuhry, memiliki statemen lain yang kontroversial. Az-Zuhry meniscayakan keterkaitan antara hukum pembuatan (produksi) dengan hukum pemakaian (konsumsi). Perbedaan ini tampaknya dipicu dari ragamnya redaksi riwayat yang ada. Ada sebuah riwayat dengan redaksi yang menunjukkan perintah nabi untuk menghancurkan gambar, yang berarti juga memberikan asumsi larangan nabi terhadap pemakaian. Namun dalam catatan sejarah juga terdapat bukti pemakaian nabi dan para sahabat pada gambar dan lukisan, sehingga hal ini dipahami sebagai bukti perbedaan hukum antara pembuatan dan pemakaian.

http://warkopmbahlalar.com/273/hukum-menggambar-dan-membuat-patung/
Baca Selengkapnya >>

646 : HUKUM MEMAJANG FOTO DI FB

PERTANYAAN
 

Weleh Weleh Guantenge

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

mohon sharing nya buat ustadz dan ustadzah dan sahabat yg lain

karena ini menjadi perdebatan ana dengan orang india
bagaimana perempuan yang memasang foto di facebook?
sedangkan mereka menutup aurotnya sesuai dengan syar'i
apakah haram......?
jazakalloh khoir




JAWABAN

Mbah Pardan Milanistie

Wa'alaikumussalam

Gambar wanita yang berada pada foto itu bisa disamakan dengan gambar yang ada pada cermin, dalam hal sama-sama bukan wujud asli dari bendanya. Jika gambar yang ada dicermin adalah bayangan dari suatu benda, gambar yang dihasilkan dari kamera yang berupa foto adalah pantulan cahaya pada suatu benda. Karena itulah hukum melihat gambar wanita pada foto bisa disamakan dengan melihat gambar pada cermin.

Menurut pendapat ulama', melihat bayangan wanita yang berada dikaca atau dipermukaan air itu diperbolehkan, karena tidak melihat secara langsung, dan yang dilihat hanyalah bayangan yang menyerupai wanita bukan wujud dari wanitanya. Hal ini dikuatkan dengan penjelasan para fuqoha' yang menyatakan, apabila seorang laki-laki menggantungkan talaknya dengan melihat seorang wanita, maka dengan hanya melihat gambarnya dicermin belum dianggap ta'liq talaknya jatuh.

Namun diperbolehkannya melihat foto seorang wanita bagi laki-laki yang bukan mahromnya dengan ketentuan ketika melihatnya tidak syahwat, apabila ketika melihatnya syahwat, maka hukumnya harom, dan ketentuan bagi orang yang memasang fotonya adalah tidak memasang foto yang merangsang timbulnya syahwat bagi orang yang melihatnya.

Kesimpulannya, hukum memasang foto wanita sebagai banner pilkada atau sebagai foto profil akun facebook yang dapat dilihat oleh laki-laki yang bukan mahromnya, itu diperbolehkan asalkan foto yang dipasang bukan foto yang dapat menarik kepada kemaksiatan atau dapat menimbulkan fitnah dan syahwat, seperti foto yang memperlihatkan aurat. Wallahu A'lam.

Referensi :
1. Tafsir Ayatul Ahkam Lisy-Sayis, Juz : 1 Hal : 677
2. Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 301
3. Fatawi Darul Ifta' al-Mishriyah, Juz : 7 Hal : 220

Ibarot :
Tafsir Ayatul Ahkam Lisy-Sayis, Juz : 1 Hal : 677

ولعلك تريد بعد ذلك أن تعرف حكم ما يسمى بالتصوير الشمسي أو الفتوغرافي فنقول: يمكنك أن تقول: إنّ حكمها حكم الرقم في الثوب، وقد علمت استثناءه نصا. ولك أن تقول: إن هذا ليس تصويرا، بل حبس للصورة، وما مثله إلا كمثل الصورة في المرآة

Hasyiyah I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 301

مهمة [في بيان النظر المحرم والجائز وغير ذلك] يحرم على الرجل ولو شيخا هما تعمد نظر شيء من بدن أجنبية حرة أو أمة بلغت حدا تشتهى فيه ولو شوهاء أو عجوزا وعكسه خلافا للحاوي كالرافعي وإن نظر بغير شهوة أو مع أمن الفتنة على المعتمد لا في نحو مرآة
.................................
قوله: لا في نحو مرآة) أي لا يحرم نظره لها في نحو مرآة كماء وذلك لانه لم يرها فيها وإنما رأى مثالها. ويؤيده قولهم لو علق طلاقها برؤيتها لم يحنث برؤية خيالها والمرأة مثله فلا يحرم نظرها له في ذلك. قال في التحفة: ومحل ذلك، كما هو ظاهر، حيص لم يخش فتنة ولا شهوة

Fatawi Darul Ifta' al-Mishriyah, Juz : 7 Hal : 220

والذى تدل عليه الأحاديث النبوية الشريفة التى رواها البخارى وغيره من أصحاب السنن وترددت فى كتب الفقه، أن التصوير الضوئى للإنسان والحيوان المعروف الآن والرسم كذلك لا بأس به، إذا خلت الصور والرسوم من مظاهر التعظيم ومظنة التكريم والعبادة وخلت كلذلك عن دوافع تحريك غريزة الجنس وإشاعة الفحشاء والتحريض على ارتكاب المحرمات

http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/2013/02/hukum-memajang-foto-wanita-ditempat-umum.html



Uponk Sgr Ulilalbab

kalau sampai tegangan listrik haram

حاشية القليوبي وعميرة ج : 3 ص : 209
والنظر بشهوة حرام قطعا لكل منظور إليه من محرم وغيره , غير زوجته وأمته والتعرض له هنا بعض المسائل ليس للاختصاص بل لحكمة تظهر بالتأمل

المحلي ج 3 ص 209
(والنظر بشهوة حرام قطعا ) هو مفهوم كلام المصنف قبله الذي هو محل الخلاف , ومراد الشارح بذلك دفع ما يقال تقييدا لمصنف بعدم الشهوة لا محل له لأن الحرمة معها أيضا , وحاصل الدفع أن الحرمة مع الشهوة معلومة لا تحتاج إلى تنبيه , والتعرض لها ليس لأجل اعتبار مفهوم , وإنما هو لأجل حكمة تتوقف على التأمل , والمراد بكل منظور إليه مما هو محل الشهوة لا نحو بهيمة وجدار قاله شيخنا الزيادي ولم يوافقه بعض مشايخنا , وجعله شاملا حتى للجماد وفيه نظر ظاهر , وكلام الشارح ظاهر في الأول فتأمله
Baca Selengkapnya >>

645 : BATASAN AURAT WANITA

 PERTANYAAN


Ibuetz Ibnu Al Mubasyiri



ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLOHI WABAROKATUH
kebiasaan warga muslimat indonesia menutup aurot kecuali wajah tangan kaki ada ulama' yg memperbolehkan hal itu(wajah telapak tangan kaki tidak di tutup)apakah santri HUDA ada yg tau dalilnya?


JAWABAN

Mbah Pardan Milanistie

wa'alaikum salam

WALHURROTU LAHA ARBA'U AUROTIN :IHDAHA JAMI'U BADANIHA ILLA WAJHIHA WAKAFFAIHA DZOHRON WABATHINAN ,WAHUWA AUROTUHA FISSOLATI FAYAJIBU ALAIHA SITRU ZDALIKA FISSOLATI HATTA ZDIROAINI WASSA'RI WABATHINIL QODAMAINI.,TSANIYATUHA: MA BAINA SURROTIHA WARUKBATIHA WAHIYA AUROTUHA FILKHOLWATI WA 'INDARRIJALIL MAHARIMI WA 'INDA NISA'IL MU'MINATI . TSALITSATUHA : JAMI'UL BADANI ILLA MA YADZHARU 'INDALMIHNATU WAHIYA AUROTUHA 'INDA NISA'ILKAFIROTI. ROBI'ATUHA : JAMI'U BADANIHA HATTA QOLAMATI ZDOFRIHA WAHIYA AUROTUHA 'INDARRIJALIL AJNABI ANNADZRU ILA SYAI'IN MIN ZDALIKA , WAYAJIBU 'ALAL MAR'ATI SITRU ZDALIKA 'ANHU, WALMUROHIQU KARRIJALI FAYALZAMU WALIYYUHU MAN'UHU MINANNAZDRI ILAL AJNABIYATI WAYALZAMUHA AL IHTIJABU MINHU, WAMITSLUL MAR'ATI FI ZDALIKA AL AMRODI AL JAMIL AL WAJHU WAL HUNSTA KAL UNSTA FI JAMI'I MA ZDUKIR.
NIHAYATUZZAIN SOKHIFAH 47
Dan bagi perempuan merdeka ada empat aurot salah satunya : seluruh badannya kecuali wajah dn dua telapak tangannya yang dhohir maupun batin, irtulah aurot perempuan waktu sholat mka wajib atas perwmpuan menutup kesemuanya tersebut sehingga dua lengan dan rambut dan batinnya dua telapak kaki. yang ke dua: antara pusar dan lutut itu aurot perempuan ketika di dalam sepi dan ketika bersama lelaki mahrom dan wanita Mu'minat . Yang ketiga: seluruh badan kecuali yang nampak ketika bekerja itulah aurot perempuan ketika ketika bersama wanita kafir. Yang ke empat: seluruh badan sehingga sampai kukunya itu aurot perempuan ketika bersama lelaki lain maka harom atas lelaki ajnabi melihat sesuatu dari semuanya tersebut,dan wajib bagi perempuan menutup aurotnya dari lelaki ajnabi, dan bagi Murohiq(anak yang menginjak besar) di dalam masalah terrsebut di samakan dengan laki2 maka wajib atas wali mencegah pada laki2 untuk melihat ajnabiyah dan juga wajib atas ajnabiyah menutup/membuat tutup dari lelaki tersebut, dan bagi amrod (laki2 yang rupawan yang mirip2 cewek) orang banci maka hukumya di samakan perempuan di dalam masalah yang suda di tuturkan di atas.
Wallohu A'lam


Brojol Gemblung

Wa'alaikumussalam...

Memang ada ulama yg memperbolehkan perempuan keluar membuka wajah sebagaimana keterangan yang dikutip oleh Imam Qadhi ‘Iyadh. Namun, menurut Imam Ibnu Hajar, apabila wanita itu mengetahui kalau ia sedang dilihat laki2 lain maka wajib menutup mukanya.

ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ 3 ﺹ273 :

ﺃﺣﺪﻫﺎ ﻧﻈﺮﻩ ﺃﻱ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺑﺪﻥ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺃﺟﻨﺒﻴﺔ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ ﻭﻟﻮ ﻏﻴﺮ ﻣﺸﺘﻬﺎﺓ ﻗﺼﺪﺍ ﻟﻐﻴﺮ ﺣﺎﺟﺔ ﻣﻤﺎ ﺳﻴﺄﺗﻲ ﻓﻐﻴﺮ ﺟﺎﺋﺰ ﻗﻄﻌﺎ ﻭﺇﻥ ﺃﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ , ﻭﺃﻣﺎ ﻧﻈﺮﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ ﻓﺤﺮﺍﻡ ﻋﻨﺪ ﺧﻮﻑ ﻓﺘﻨﺔ ﺗﺪﻋﻮ ﺇﻟﻰ ﺍﻻﺧﺘﻼﺀ ﺑﻬﺎ ﻟﺠﻤﺎﻉ ﺃﻭ ﻣﻘﺪﻣﺎﺗﻪ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎﻉ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ , ﻭﻟﻮ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﻤﺎ ﺑﺸﻬﻮﺓ ﻭﻫﻲ ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺘﻠﺬﺫ ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ ﺍﻟﻤﺠﺮﺩ ﻭﺃﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﺣﺮﻡ ﻗﻄﻌﺎ , ﻭﻛﺬﺍ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﻤﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻷﻣﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﻟﻪ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻬﻮﺓ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻛﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﻛﺄﺻﻠﻪ .

ﻭﻭﺟﻬﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻊ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺳﺎﻓﺮﺍﺕ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ , ﻭﺑﺄﻥ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻣﻈﻨﺔ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﻣﺤﺮﻙ ﻟﻠﺸﻬﻮﺓ. ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻗﻞ ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﻐﻀﻮﺍ ﻣﻦ ﺃﺑﺼﺎﺭﻫﻢ. ﻭﺍﻟﻼﺋﻖ ﺑﻤﺤﺎﺳﻦ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺳﺪ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻭﺍﻹﻋﺮﺍﺽ ﻋﻦ ﺗﻔﺎﺻﻴﻞ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﻛﺎﻟﺨﻠﻮﺓ ﺑﺎﻷﺟﻨﺒﻴﺔ , ﻭﻗﻴﻞ ﻻ ﻳﺤﺮﻡ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻭﻻ ﻳﺒﺪﻳﻦ ﺯﻳﻨﺘﻬﻦ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻇﻬﺮ ﻣﻨﻬﺎ. ﻭﻫﻮ ﻣﻔﺴﺮ ﺑﺎﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ , ﻭﻧﺴﺒﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻠﺠﻤﻬﻮﺭ ﻭﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﻟﻸﻛﺜﺮﻳﻦ , ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻬﻤﺎﺕ : ﺇﻧﻪ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻟﻜﻮﻥ ﺍﻷﻛﺜﺮﻳﻦ ﻋﻠﻴﻪ , ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﻠﻘﻴﻨﻲ : ﺍﻟﺘﺮﺟﻴﺢ ﺑﻘﻮﺓ ﺍﻟﻤﺪﺭﻙ ﻭﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ ﺍ ﻫـ ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺷﺎﻣﻞ ﻟﺬﻟﻚ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ , ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻘﻴﺪ ﺍﻟﻘﺼﺪ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺣﺼﻞ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﺍﺗﻔﺎﻗﺎ ﻓﻼ ﺇﺛﻢ ﻓﻴﻪ.

ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﺃﻣﺎ ﻧﻈﺮﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ ﻓﺤﺮﺍﻡ : ﻭﻓﻲ ﻭﺟﻪ ﺗﺨﺼﻴﺺ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺑﺎﻟﻮﺟﻪ ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺳﺘﺮ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻓﻲ ﻃﺮﻳﻘﻬﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺫﻟﻚ ﺳﻨﺔ , ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻏﺾ ﺍﻟﺒﺼﺮ ﻋﻨﻬﻦ

ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﻣﻊ ﻣﺘﻦ ﺍﻟﻤﻨﻬﺎﺝ 7ﺹ193 :

ﻭﻳﺤﺮﻡ ﻧﻈﺮ ﻓﺤﻞ ﺑﺎﻟﻎ ﺇﻟﻰ ﻋﻮﺭﺓ ﺣﺮﺓ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﺃﺟﻨﺒﻴﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﻛﻔﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﺧﻮﻑ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﻋﻨﺪ ﺍﻷﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ. ﻭﻭﺟﻬﻪ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻊ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﺟﻦ ﺳﺎﻓﺮﺍﺕ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ ﻭﻟﻮ ﺟﻞ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻟﻜﻦ ﻛﺎﻟﻤﺮﺩ ﻭﺑﺄﻥ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻣﻈﻨﺔ ﻟﻠﻔﺘﻨﺔ ﻭﻣﺤﺮﻙ ﻟﻠﺸﻬﻮﺓ ﻓﺎﻟﻼﺋﻖ ﺑﻤﺤﺎﺳﻦ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺳﺪ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻭﺍﻹﻋﺮﺍﺽ ﻋﻦ ﺗﻔﺎﺻﻴﻞ ﺍﻷﺣﻮﺍﻝ ﻛﺎﻟﺨﻠﻮﺓ ﺑﺎﻷﺟﻨﺒﻴﺔ ﻭﺑﻪ ﺍﻧﺪﻓﻊ ﻣﺎ ﻳﻘﺎﻝ ﻫﻮ ﻏﻴﺮ ﻋﻮﺭﺓ ﻓﻜﻴﻒ ﺣﺮﻡ ﻧﻈﺮﻩ ﻭﻭﺟﻪ ﺍﻧﺪﻓﺎﻋﻪ ﺃﻧﻪ ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﻏﻴﺮ ﻋﻮﺭﺓ ﻧﻈﺮﻩ ﻣﻈﻨﺔ ﻟﻠﻔﺘﻨﺔ , ﺃﻭ ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ ﻓﻔﻄﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻪ ﺍﺣﺘﻴﺎﻃﺎ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﻗﺎﻝ ﺍﻷﻗﺮﺏ ﺇﻟﻰ ﺻﻨﻴﻊ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﺃﻥ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﻛﻔﻴﻬﺎ ﻋﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻭﻻ ﻳﻨﺎﻓﻲ ﻣﺎ ﺣﻜﺎﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻻﺗﻔﺎﻕ ﻧﻘﻞ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻋﻦ ﻋﻴﺎﺽ ﺍﻹﺟﻤﺎﻉ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻣﻬﺎ ﻓﻲ ﻃﺮﻳﻘﻬﺎ ﺳﺘﺮ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻮ ﺳﻨﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻏﺾ ﺍﻟﺒﺼﺮ ﻋﻨﻬﻦ ﻟﻶﻳﺔ ; ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻣﻦ ﻣﻨﻊ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﻟﻬﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻜﻮﻧﻪ ﻣﻜﺮﻭﻫﺎ ﻭﻟﻺﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﻨﻊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻜﺮﻭﻩ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺑﺪﻭﻥ ﻣﻨﻊ ﻣﻊ ﻛﻮﻧﻪ ﻏﻴﺮ ﻋﻮﺭﺓ ﻭﺭﻋﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻣﺨﺘﺼﺔ ﺑﺎﻹﻣﺎﻡ ﻭﻧﻮﺍﺑﻪ ﻧﻌﻢ ﻣﻦ ﺗﺤﻘﻘﺖ ﻧﻈﺮ ﺃﺟﻨﺒﻲ ﻟﻬﺎ ﻳﻠﺰﻣﻬﺎ ﺳﺘﺮ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻋﻨﻪ ﻭﺇﻻ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﻴﻨﺔ ﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﺍﻡ ﻓﺘﺄﺛﻢ.

ﺣﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺠﻤﻞ 4ﺹ123 :

ﻭﻣﺎ ﺫﻛﺮﺗﻪ ﻣﻦ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻧﻈﺮ ﺍﻟﻔﺤﻞ ﺇﻟﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﻛﻔﻴﻬﺎ ﻭﻋﻜﺴﻪ ﻋﻨﺪ ﺃﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻫﻮ ﻣﺎ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﺻﻞ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ ﻛﺄﺻﻠﻬﺎ ﻋﻦ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻷﺻﺤﺎﺏ ﺣﻠﻪ.

ﻗﻮﻟﻪ : ﻫﻮ ﻣﺎ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﺻﻞ : ﻭﺃﻳﺪ ﺑﺎﺗﻔﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻟﻮﻻﺓ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻣﻨﻊ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﺳﺎﻓﺮﺍﺕ ﺍﻟﻮﺟﻮﻩ ﻭﺭﺩ ﺑﺄﻥ ﻣﻨﻌﻬﻦ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻷﺟﻞ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﻟﺬﺍﺗﻪ ﺑﻞ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻋﺎﻣﺔ ﻭﻓﻲ ﺗﺮﻛﻪ ﺇﺧﻼﻝ ﺑﺎﻟﻤﺮﻭﺀﺓ ﻭﻣﻦ ﺛﻢ ﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺳﺘﺮ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻏﺾ ﺍﻟﺒﺼﺮ ﻋﻨﻬﻦ ﺃﻱ ﻓﺈﻥ ﻋﻠﻤﻦ ﻧﻈﺮ ﺃﺟﻨﺒﻲ ﻟﻬﻦ ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻭﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺣﺞ ﻭﺿﻌﻒ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻣﺎ ﻧﻘﻠﻪ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻴﺎﺽ ﻭﻣﻨﻊ ﻛﻮﻥ ﻭﻻﺓ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺇﻧﻤﺎ ﻣﻨﻌﻮﺍ ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻟﻠﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻻ ﻟﻜﻮﻥ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﻟﺬﺍﺗﻪ ﻗﺎﻝ : ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺫﻟﻚ ﻟﻜﻮﻥ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻭﺍﺟﺒﺎ ﻟﺬﺍﺗﻪ ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﻣﻘﺘﻀﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺴﺘﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻮﺟﻬﻪ ; ﻷﻧﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺳﺘﺮ ﻭﺟﻬﻬﺎ ﻟﺌﻼ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻳﺤﺮﻡ ﻧﻈﺮﻩ ﻟﻪ ﻓﻜﺬﻟﻚ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﺮﺟﻞ ﻭﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﻪ . ﻓﺎﻟﺤﻖ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺣﺞ ﺍ ﻫـ . ﺡ ﻝ

ﻓﻴﺾ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ ﺷﺮﺡ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﻳﻌﻘﻮﺏ ﺑﻦ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﻌﺎﺻﻤﻲ ﺍﻟﻜﺸﻤﻴﺮﻱ ﺍﻟﺤﻨﻔﻲ3 ،ﺹ169 :

(3205) ﺣﺪّﺛﻨﺎ ﻳَﺤْﻴَﻰ ﺑْﻦُ ﻳَﺤْﻴَﻰ . ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺮَﺃْﺕُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺷِﻬَﺎﺏٍ ﻋَﻦْ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﻳَﺴَﺎﺭٍ ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ، ﺃَﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﺑْﻦُ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﺭَﺩِﻳﻒَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠّﻪِ . ﻓَﺠَﺎﺀَﺗْﻪُ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٌ ﻣِﻦْ ﺧَﺜْﻌَﻢَ ﺗَﺴْﺘَﻔْﺘِﻴﻪِ. ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞُ ﻳَﻨْﻈُﺮُ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻭَﺗَﻨْﻈُﺮُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ. ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻳَﺼْﺮِﻑُ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟْﻔَﻀْﻞِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺸِّﻖِّ ﺍﻵﺧَﺮِ. ﻗَﺎﻟَﺖْ: ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺇِﻥَّ ﻓَﺮِﻳﻀَﺔَ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺞِّ ﺃَﺩْﺭَﻛَﺖْ ﺃَﺑِﻲ ﺷَﻴْﺨﺎً ﻛَﺒِﻴﺮﺍً. ﻻَ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻴﻊُ ﺃَﻥْ ﻳَﺜْﺒُﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺍﺣِﻠَﺔِ. ﺃَﻓَﺄَﺣُﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ؟ ﻗَﺎﻝَ :ﻧَﻌَﻢْ. ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺣَﺠَّﺔِ ﺍﻟْﻮَﺩَﺍﻉِ.

ﻗﻮﻟﻪ :ﻓﺠﻌﻞ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﺠﺎﺏَ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﺩﺍﺧﻞُ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺧﺎﺭِﺟُﻬﺎ ﺳﻮﺍﺀً ﻓﺠﺎﺯ ﻛﺸﻒُ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﺍﻟﻜﻔﻴﻦ ﻋﻨﺪ ﺃﺟﻨﺒﻲ ، ﺑﺸﺮﻁ ﺍﻷﻣﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ. ﻭﺍﺧﺘُﻠﻒ ﻓﻲ ﺍﻟﺮِّﺟﻠﻴﻦ، ﻭﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺠﺎﺏ ﻣﻄﻠﻘًﺎ، ﻭﺫﻟﻚ ﻻﻧﻘﻼﺏِ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ، ﻭﻇﻬﻮﺭِ ﺍﻟﻔﺘﻦ. ﻭﺇﻧَّﻤﺎ ﺻﺮﻑَ ﺍﻟﻨﺒﻲُّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻤ ﻮﺟﻪ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﺍﺣﺘﻴﺎﻃًﺎ، ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ
Baca Selengkapnya >>

644 : HUKUM RITUAL PERNIKAHAN ADAT KEJAWEN

 PERTANYAAN


Adinda Shanty


Assalamualaikum HUDA nderex tanglet
Pabila dlm acara nikahan d adakan ruwattan yg mana mempelai adalah penggarep dgn penggarep (anak pertama) dan dari keluarga mempelai putri itu anaknya semua perempuan.. maka d adakan ritual kembang mayang.. yg mana d yakini mengundang betorokolo.. dan bukankah itu manusia yg akan kesurupan.. jk menurut pandangan.islam bagaimana hukumnya??? (Maklum keluarga ana masih kejawen) mohon jawabannya krn ana takut jika akan mrlanggar hukum islam..


JAWABAN

Brojol Gemblung

Wa'alaikumussalam...

Sebenarnya hal semacam ini erat kaitannya dg budaya dan berhubungan dg dunia mistik, dimana andai pasutri mempunyai anak perempuan tunggal, anak laki2 tunggal, satu anak perempuan dan dua anak laki2, satu anak laki2 dan dua anak perempuan, lima anak perempuan, atau lima anak laki2, maka mereka mempunyai keyakinan bahwa hidup anak2 tersebut akan diganggu oleh Baratakala.

Orang zaman dulu mengistilahkannya dg anak pandawa agung, anak pandawa macan, dan anak pandawa lima, sehingga berangkat dari keyakinan semacam itu diadakanlah semacam selamatan untuk menyelamatkan hidup si anak dari gangguan sang Baratakala, lengkap dg prabot dan atribut selamatan mulai dari aneka ragam makanan, kue, buah2an, dsb. yg diakhiri dg pemandian (thuthus) pada anak tersebut, dan kemudian sebagian dari hidangan itu ditaru di jalan simpang empat yg diyakini sebagai tempat bersemayamnya sang Baratakala sebagai bentuk persembahan atau sesajen.

Hal demikian itu merupakan Hinduisme dan sama sekali bukan bagian dari agama Islam, andaipun zaman dulu ada itu adat bangsa jahiliyyah arab. Dan Islam sangat melarang aktivitas semacam itu karena konsep teologi Islam berkomitmen bahwa hanya Allah-lah Dzat yg bisa memberi kemanfa'atan dan kemudharatan, barangsiapa tidak demikian maka jelas telah keluar dari Islam.

Namun seperti yg telah kita ketahui bersama bahwa Islam itu lembut dalam menyikapi keberagaman kehidupan manusia, selagi kita berkeyakinan bahwa Allah Sang Nafi' dan Mudhirr, dan aktivitas semacam itu hanyalah sebuah budaya yg tak berefek apapun, dan pelaksanaannya pun tidak bertentangan dg agama, maka adanya tidaklah lebih dari sebuah selamatan dan tasyakkuran atas apa yg telah menjadi karunia dari Allah untuknya.

Wallahu A'lam bisShawab...


Kalau mampu mengaplikasikan ini :

Namun seperti yg telah kita
ketahui bersama bahwa Islam itu
lembut dalam menyikapi
keberagaman kehidupan
manusia, selagi kita berkeyakinan
bahwa Allah Sang Nafi' dan
Mudhirr, dan aktivitas semacam
itu hanyalah sebuah budaya yg
tak berefek apapun, dan
pelaksanaannya pun tidak
bertentangan dg agama, maka
adanya tidaklah lebih dari sebuah
selamatan dan tasyakkuran atas
apa yg telah menjadi karunia dari
Allah untuknya.

Maka silahkan, namun jika tidak maka demi keselamatan aqidah kita tidak usah demikian.

ﺗﺤﻔﺔ ﺍﻟﻤﺮﻳﺪ ﺹ 58 :

ﻓﻤﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﻌﺎﺩﻳﺔ ﻛﺎﻟﻨﺎﺭ ﻭﺍﻟﺴﻜﻴﻦ ﻭﺍﻷﻛﻞ ﻭﺍﻟﺸﺮﺏ ﺗﺆﺛﺮ ﻓﻰ ﻣﺴﺒﺒﺎﺗﻬﺎ ﺍﻟﺤﺮﻕ ﻭﺍﻟﻘﻄﻊ ﻭﺍﻟﺸﺒﻊ ﻭﺍﻟﺮﻯ ﺑﻄﺒﻌﻬﺎ ﻭﺫﺍﺗﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﺑﺎﻹﺟﻤﺎﻉ.

ﺃﻭ ﺑﻘﻮﺓ ﺧﻠﻘﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﻔﻰ ﻛﻔﺮﻩ ﻗﻮﻻﻥ ﻭﺍﻷﺻﺢ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﻜﺎﻓﺮ ﺑﻞ ﻓﺎﺳﻖ ﻣﺒﺘﺪﻉ ﻭﻣﺜﻞ ﺍﻟﻘﺎﺋﻠﻴﻦ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﺍﻟﻘﺎﺋﻠﻮﻥ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻳﺨﻠﻖ ﺃﻓﻌﺎﻝ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﻹﺧﺘﻴﺎﺭﻳﺔ ﺑﻘﺪﺭﺓ ﺧﻠﻘﻬﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﻷﺻﺢ ﻋﺪﻡ ﻛﻔﺮﻫﻢ.

ﻭﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺍﻟﻤﺆﺛﺮ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻜﻦ ﺟﻌﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﻭﻣﺴﺒﺒﺎﺗﻬﺎ ﺗﻼﺯﻣﺎ ﻋﻘﻠﻴﺎ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺼﺢ ﺗﺨﻠﻔﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﺟﺎﻫﻞ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺟﺮﻩ ﺫﻟﻚ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﻨﻜﺮ ﻣﻌﺠﺰﺍﺕ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻟﻜﻮﻧﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻑ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ.

ﻭﻣﻦ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﻤﺆﺛﺮ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺟﻌﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻷﺳﺒﺎﺏ ﻭﺍﻟﻤﺴﺒﺒﺎﺕ ﺗﻼﺯﻣﺎ ﻋﺎﺩﻱ ﺑﺤﻴﺚ ﻳﺼﺢ ﺗﺨﻠﻔﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺟﻰ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻫـ

“Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,

atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah di dalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bid'ah, seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya,

atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah saja, dan segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh,

atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah
Baca Selengkapnya >>

Jumat, 29 Maret 2013

643 : BERIBADAH KARENA TAKUT KEPADA ALLAH SWT

 PERTANYAAN

Dihyah Jamal Mohammed


Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullohi wa barokaatuh
Mau nanya dikit, gimana hukumnya beribadah karena rasa takut???
Dumateng dewan asatidz, mohon penjelasannya… :-)

JAWABAN

Brojol Gemblung

Dihyah Jamal Mohammed >
Assalaamu ‘alaikum wa
rohmatullohi wa barokaatuh
Mau nanya dikit, gimana
hukumnya beribadah karena rasa

takut???
================

Wa'alaikumussalam...

Mungkin keterangan singkat ini bisa diambil mafhum oleh teman2 sekalian terutama si Sa`il :

Barangsiapa yg beribadah karena mengharap pahala atau karena takut dari siksa, maka ibadahnya sah hanya saja tidak sebagaimana nilai ibadah orang yg beribadah karena mengagungkan Allah, dan ini paling mulianya niat sebagaimana rekomendasi Imam al-Ghazaly.

Niat manusia dalam beribadah adakalanya termotivasi oleh rasa takut (dari siksa) atau karena mengharap pahala, begitupun juga bagian dari niat. Namun, barangsiapa yg beribadah karena motivator tersebut dan andai tidak ada hal itu dia tidak akan beribadah, maka hal seperti inilah yg dapat merusak peribadatannya.

ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ 82 :

ﻏﺎﻳﺔ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻣﻦ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ :

ﻣﺴﺄﻟﺔ: ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻷﺟﻞ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﺃﻭ ﺧﻮﻓﺎً ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ ﺻﺤﺖ ﻋﺒﺎﺩﺗﻪ، ﻟﻜﻨﻬﺎ ﻟﻴﺴﺖ ﻛﻤﻦ ﻋﺒﺪﻩ ﻹﺟﻼﻟﻪ ﻭﻻﺳﺘﺤﻘﺎﻗﻪ ﺍﻟﺨﺪﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺒﻮﺩﻳﺔ، ﻭﻫﺬﻩ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺃﻋﺰ ﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺃﻋﻼﻫﺎ، ﻭﻳﻌﺰ ﻣﻦ ﻳﻔﻬﻤﻬﺎ ﻓﻀﻼً ﻋﻤﻦ ﻳﺘﻌﺎﻃﺎﻫﺎ، ﻭﻧﻴﺎﺕ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻣﺎ ﻟﺒﺎﻋﺚ ﺍﻟﺨﻮﻑ ﺃﻭ ﺍﻷﺟﺮ، ﻭﻫﻮ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻧﺎﺯﻻً ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺍﻟﻨﻴﺎﺕ، ﻧﻌﻢ ﻣﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻝ ﻟﻪ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﻘﻂ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺛﻮﺍﺏ ﻭﻻ ﻋﻘﺎﺏ ﻟﻤﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻔﺴﺪ ﻋﺒﺎﺩﺗﻪ،

ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ: ﺇﺭﺍﺩﺓ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻷﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﺔ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ: ﺃﻥ ﻳﻌﻤﻞ ﻃﻤﻌﺎً ﻓﻲ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ، ﺃﻭ ﺧﻮﻓﺎً ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ، ﺃﻭ ﺣﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﺨﺎﻟﻔﻪ، ﺃﻭ ﺻﺎﺭ ﻭﺭﺩﺍً ﺃﻭ ﺇﺟﻼﻻً ﻟﻪ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎً، ﺃﻱ ﺍﻣﺘﺜﺎﻻً ﻷﻣﺮﻩ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ، ﻭﻻ ﻳﺨﻄﺮ ﺑﺒﺎﻟﻪ ﻃﻤﻊ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﻭﻻ ﺧﻮﻑ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ، ﻭﻫﻮ ﺃﻭﻟﻰ ﺑﺎﻟﺼﺤﺔ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻷﻗﺴﺎﻡ ﻭﺃﻓﻀﻠﻬﺎ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﺣﺴﻨﺎً ﻭﺑﻌﻀﻪ ﺃﻓﻀﻞ، ﻭﻟﻮ ﻗﻴﻞ ﻟﻪ ﺻﻞّ ﻭﻟﻚ ﺩﻳﻨﺎﺭ ﻓﺼﻠﻰ ﺃﺟﺰﺃﺗﻪ ﺻﻼﺗﻪ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﺍﻟﺪﻳﻨﺎﺭ


ﺇﻋﺎﻧﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ - ﺍﻟﺒﻜﺮﻱ ﺍﻟﺪﻣﻴﺎﻃﻲ - ﺝ ٤ - ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٣٨٦

ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻣﺮﺍﺗﺐ ﺍﻻﺧﻼﺹ ﺛﻼﺙ: ﺍﻷﻭﻟﻰ: ﺃﻥ ﺗﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻃﻠﺒﺎ ﻟﻠﺜﻮﺍﺏ ﻭﻫﺮﺑﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﺎﺏ، ﺍﻟﺜﺎﻧﻴﺔ: ﺃﻥ ﺗﻌﺒﺪﻩ ﻟﺘﺘﺸﺮﻑ ﺑﻌﺒﺎﺩﺗﻪ ﻭﺍﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻴﻪ، ﻭﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ: ﺃﻥ ﺗﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﺬﺍﺗﻪ ﻻ ﻟﻄﻤﻊ ﻓﻲ ﺟﻨﺘﻪ ﻭﻻ ﻟﻬﺮﺏ ﻣﻦ ﻧﺎﺭﻩ - ﻭﻫﻲ ﺃﻋﻼﻫﺎ - ﻷﻧﻬﺎ ﻣﺮﺗﺒﺔ ﺍﻟﺼﺪﻳﻘﻴﻦ،

Ketahuilah olehmu bahwa tingkatan ikhlash itu ada tiga : Pertama, ialah engkau menyembah Allah karena meminta pahala dan lari dari siksa. Kedua, ialah engkau menyembah-Nya agar engkau menjadi mulia sebab menyembah-Nya dan berhubungan terhadap-Nya. Ketiga, ialah engkau menyembah Allah karena Dzat-Nya, bukan karena mengharap surga-Nya dan tidak juga karena lari dari neraka-Nya, ini tingkatan ikhlash paling tinggi karena ia merupakan tingkatan al-Shiddiqiin


link diskusi :  http://www.facebook.com/groups/kasarung/permalink/569661469725262/?comment_id=569759946382081&notif_t=like
Baca Selengkapnya >>

642 : HUKUM PROFESI PAWANG HUJAN

 PERTANYAAN


Zaiya Shazuke Gt



ASSALAMU^ALAIKUM
miturut panjenengan sedoyo

seorang PAWANG hujan , wong sing nyetop hujan.. !
nopo termasuk golongane dukun?
lan jan jane ngoteniku angsal mboten kang?


JAWABAN
 
Rampak Naung


kalau hanya pakai doa dan bebas dr syirik. Hukumnya jelas boleh.

Kalau pakei ritual sihir sesajen dan mantra2 dan sarat dgn syirik, juga jelas haram.



Brojol Gemblung


Rampak Naung # nich saya beri kunci,

ﺃﺳﻨﻰ ﺍﻟﻤﻄﺎﻟﺐ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺭﻭﺽ ﺍﻟﻄﺎﻟﺐ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺻـ 293

ﻭﺇﻥ ﺗﻀﺮﺭﻭﺍ ﺑﻜﺜﺮﺓ ﺍﻟﻤﻄﺮ ﺑﺘﺜﻠﻴﺚ ﺍﻟﻜﺎﻑ ﺃﻭ ﺩﺍﻡ ﺍﻟﻐﻴﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺑﻼ ﻣﻄﺮ ﻭﺍﻧﻘﻄﻌﺖ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﺗﻀﺮﺭﻭﺍ ﺑﻪ ﺳﺄﻟﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻧﺪﺑﺎ ﺭﻓﻌﻪ ﻓﻴﻘﻮﻟﻮﺍ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻤﺎ ﺷﻜﻲ ﺇﻟﻴﻪ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺣﻮﺍﻟﻴﻨﺎ ﻭﻻ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻵﻛﺎﻡ ﻭﺍﻟﻈﺮﺍﺏ ﻭﺑﻄﻮﻥ ﺍﻷﻭﺩﻳﺔ ﻭﻣﻨﺎﺑﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺸﻴﺨﺎﻥ ﻭﻻ ﺗﺸﺮﻉ ﻟﻬﺬﺍ ﺻﻼﺓ ﻟﻌﺪﻡ ﻭﺭﻭﺩﻫﺎ ﻟﻪ ﻟﻜﻦ ﺗﻘﺪﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﺍﻟﺴﺎﺑﻖ ﺃﻧﻬﺎ ﺗﺴﻦ ﻟﻨﺤﻮ ﺍﻟﺰﻟﺰﻟﺔ ﻓﻲ ﺑﻴﺘﻪ ﻣﻨﻔﺮﺩﺍ ﻭﻇﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﻧﺤﻮﻫﺎ ﻓﻴﺤﻤﻞ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﺗﺸﺮﻉ ﺍﻟﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﻤﺨﺼﻮﺻﺔ

signal dari ibarot di atas : bila kita merasa terganggu dg lebatnya hujan maka sunnah untuk meminta pada Allah agar Dia menghentikan hujan tersebut, dan tentunya dg do'a2 yg tidak mengandung kesyirikan.
Baca Selengkapnya >>

641 : TIPS AGAR TERCIPTA KELUARGA YANG SAMARA

 PERTANYAAN


Ghulam Asriah


اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bagaimanakah agar bisa terciptanya keluarga yang Sakinah, Mawaddah, lan Warohmah.

sungguh, jika seandainya aku menikah dan sudah berkeluarga. ana pngen sekali mempunyai keluarga yang Samara.
Sugeng enjeng lan Matur Suwun


JAWABAN


Tiara Yohardyna

Wa'alaikumussalam warohmatullahi
wabarokatuh

SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH

SAKINAH, ialah ketika kita melihat
kekurangan pasangan namun mampu
menjaga lidah untuk tidak mencelanya.

MAWADDAH, ialah ketika kita
mengetahui kekurangan pasangan namun
mampu memilih untuk menutup sebelah
mata atas kekurangannya dan membuka
mata yang lain untuk berfokus pada
kelebihannya.
Sedangkan

RAHMAH itu ialah, ketika
kita
mampu menjadikan kekurangan pasangan
sebagai ladang amal untuk diri kita.
Tapi ingat..!
Maksud pasangan di sini adalah pasangan
yang HALAL.. Bukan yang KURANG AJAR
Semoga yang sudah berkeluarga
mampu
membina keluarga yang Sakinah,
Mawaddah wa Rahmah, dan bagi yang
belum, semoga mendapat pendamping
yang shalih/ shalihah.
Aamiin Ya Rabbal'Aalamiin



Dwi Handoko

Sekedar nambahi sedikit refrensi,mudah2an manfaat..

1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan "nggemesi", sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu
(a) menutup aurat,
(b) melindungi diri dari panas dingin, dan
(c) perhiasan.
Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah "nglombrot" menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

4. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst);
(a) memiliki kecenderungan kepada agama,
(b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
(c) sederhana dalam belanja,
(d) santun dalam bergaul dan
(e) selalu introspeksi.

5. Menurut hadis Nabi juga, empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar'i), yakni
(a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah),
(b) anak-anak
yang berbakti,
(c) lingkungan sosial yang sehat , dan
(d) dekat rizkinya.



Ibuetz Ibnu Al Mubasyiri

wassalamualaikum suami istri adalah pasangan yg harus saling melengkapi kekurangannya masing2 bila suami salah istri yg mengingatkan dan juga sebaliknya dalam kehidupan mahligai rumah tangga tidak selamanya mulus maka yg di butuhkan kesabaran dan saling pengertian dalam mengarunginya sedangkan yg d tuntut bagi suami harus sanggup membimbing sang istri ke jalan yg di ridoi alloh swt serta mengasihinya dan bagi sang istri jadilah kedamayan di hati suami dgn ketaatan serta bakti pdnya dan menjaga kehormatan sang suami ketika sang suami keluar/tdk ada di rumah,dan di antara suami istri saling menutupi aib masing2 bila ada persoalan bicaralah di dalam rumah jgn sampai tetangga mendengarnya bila keduanya sudah tidak sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri maka mintalah pendapat dr keluarga suami dan keluarga istri wallohu a'lam
Baca Selengkapnya >>

Kamis, 28 Maret 2013

640 : :: SEKELUMIT KETERANGAN TENTANG ORANG_ORANG YANG MATI SYAHID ::

oleh : Mbah Godek

:: SEKELUMIT KETERANGAN TENTANG ORANG_ORANG YANG MATI SYAHID ::

نهاية الزين (ص: 160)

( و )
أما الشهيد فهو ثلاثة أقسام لأنه إما شهيد الآخرة فقط فهو كغير الشهيد وذلك كالمبطون وهو من قتله بطنه بالاستسقاء أي اجتماع ماء أصفر فيه أو بالإسهال والغريق وإن عصي في الغرق بنحو شرب خمر دون الغريق بسير سفينة في وقت هيجان الريح فإنه ليس بشهيد والمطعون ولو في غير زمن الطاعون أو بغيره في زمنه أو بعده حيث كان صابرا محتسبا والميت عشقا بشرط الكف عن المحارم حتى عن النظر بحيث لو اختلى بمحبوبه لم يتجاوز الشرع وبشرط الكتمان حتى عن معشوقه والميتة طلقا ولو من زنا إذا لم تتسبب في إسقاط الولد
والمقتول ظلما ولو بحسب الهيئة كمن استحق القتل بقطع الرأس فقتل بالتوسط مثلا والغريب وإن عصي بغربته كآبق وناشزة والميت في طلب العلم ولو على فراشه والحريق والميت بهدم وكذا من مات فجأة أو في دار الحرب قاله ابن الرفعة وكذا المحدود سواء زيد على الحد المشروع أم لا وسواء سلم نفسه لاستيفاء الحد منه تائبا أم لا قاله الشبراملسي
ومعنى الشهادة لهم أنهم { أحياء عند ربهم يرزقون } آل عمران الآية 169 قاله الحصني
Syahid itu terbagi menjadi tiga , adakalanya :
A. SYAHID AKHIRAT SAJA
Antara lain :
1.Orang yang " sakit perut " , yaitu orang yang mati karena sakit perut,baik berupa busung air (perutnya dipenuhi cairan kuning) atau sebab urus-urus (mencret) .
2.Orang yang " mati tenggelam " , meskipun tenggelamnya disebabkan maksiat,dengan meminum miras misalnya .
Bukan orang yang tenggelam disebabkan naik perahu atau kapal laut diwaktu angin ribut,orang yang tenggelam dengan cara seperti ini bukan termasuk syahid .
3.Orang yang mati sebab penyakit " tho'un " , meskipun tidak pada waktu mewabahnya penyakit tho'un atau dengan sebab selain tho'un namun pada waktu mewabahnya tho'un atau setelahnya dengan syarat bersabar dan mengharap pahala dari Alloh SWT .
4.Orang yg mati disebabkan " rindu membara " dengan syarat menjaga diri dari hal-hal yg diharamkan meskipun dari hanya sekedar melihat orang yg dicintai,seandainya ia berduaan dengan orang yg dicintai tidak akan melanggar norma-norma syar'i,selain itu juga bisa menyimpan rindu membaranya,sampai2 pada orang yang dicintai pun ia tidak pernah memperlihatkannya .
5.Wanita yang mati karena " sakit melahirkan " meskipun hasil dari perzinaan dengan syarat tidak bermaksud untuk menggugurkan kandungannya (aborsi) .
6.Orang yang " dibunuh secara dzolim " , meskipun dengan hanya melihat keadaannya saja.Misalkan orang yg sebenarnya harus dihukum dengan memancung kepalanya kemudian ia dibunuh dengan membelah badannya .
7.Orang " mati dalam pengembaraan " meskipun pengembaraannya itu tergolong maksiat,misalnya budak yang pergi tanpa pamit dan juga istri yang pergi karena nusyuz (ngambek) pada suaminya .
8.Orang yang " mati pada waktu mencari ilmu " meskipun berada ditempat tidurnya .
9.Orang yang mati " terbakar api ".
10.Orang yang " mati karena robohnya bangunan " .
11.Begitu juga orang yang " mati mendadak atau di negri musuh " seperti keterangan yang telah dikomentarkan Ibnu Rif'ah .
12.Begitu juga termasuk syahid akhirat adalah orang yang " mati dengan sebab dihad (dihukum) " , baik pelaksanaan tersebut melebihi ketentuan ataupun tidak,berdasarkan kemauan sendiri (taubat) ataupun tidak seperti yg dikomentarkan Assyibromilsi .
Pengertian syahid bagi mereka adalah bahwa sesungguhnya :
أحياء عند ربهم يرزقون
Bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
[ QS. Ali imron : 169 ]
Demikian ini dikomentarkan Alhusni :
---------
نهاية الزين (ص: 161)
واما شهيد الدنيا فقط فهو من قتل في قتال الكفار بسببه وقد غل في الغنيمة أو قتل مدبرا على وجه غير مرضي شرعا أو قاتل رياء أو نحوه
واما شهيد الدنيا والآخرة معا فهو من قتل كذلك لكن قاتل لتكون كلمة الله هي العليا ومراد الفقهاء أحد هذين الأخيرين وحكمهما أنه يجب الدفن
B .SYAHID DUNIA SAJA
Yaitu orang yang terbunuh diwaktu pertempuran melawan orang-orang kafir dengan sebab perang dan tergiur pada harta jarahan atau terbunuh sebab berpaling pada arah yang tak diridloi syara' atau bertempur karena riya' dan sebagainya .
C. SYAHID DUNIA AKHIRAT
Yaitu orang yang terbunuh dalam pertempuran melawan orang-orang kafir tapi bertempurnya untuk menjunjung tinggi kalimah Alloh yang luhur .
Dan yang dikendaki ulama' ahli fiqih (pembahasan syahid) yaitu salah satu dari dua keterangan yang akhir (syahid dunia saja dan syahid dunia akhirat) dan hukum mereka adalah hanya wajib dikuburkan saja .
------------------------------------
TANDA-TANDA MAYYIT YANG KHUSNUL KHOTIMAH DAN SU'UL KHOTIMAH
نهاية الزين (ص: 147)
ومن علامات السعادة عند الموت عرق الجبين وذرف العين وانتشار المنخر
روي عن سلمان الفارسي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ارقبوا الميت عند موته ثلاثا
إن رشح جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهو رحمة من الله قد نزلت به وإن غط غطيط البكر المخنوق وأخمد لونه وأزبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به
وقد تظهر العلامات الثلاث وقد تظهر واحدة أو ثنتان بحسب تفاوت الناس في الأعمال
وأما علامة ذلك في حال الصحة فتوفيقه للعمل بالسنة على قدر الطاقة
Termasuk tanda-tanda kebahagiaan ketika kematian tiba adalah :
- Dahinya berkeringat
- Air matanya bercucuran
- Lubang hidungnya mengembang
Diriwayatkan dari Salman Alfarisi RA.ia berkata , aku mendengar Rosululloh SAW bersabda :
" Telitilah keadaan mayit ketika maut menjemputnya,apabila dahinya berkeringat,air matanya bercucuran dan lubang hidungnya mengembang,maka Rahmat Alloh telah turun kepadanya.
Dan apabila mengeluarkan suara seperti suara anak unta tercekik,atau warna kulitnya berubah kebiru-biruan atau mengeluarkan buih dari kedua rahangnya maka adzab Alloh sungguh telah menimpa dirinya ."
Ketiga tanda-tanda ini terkadang nampak semua atau dengan satu atau dua saja .
Memandang sedikit banyaknya manusia dalam berprilaku/ beramal .
Adapun tanda-tanda diatas ketika dalam keadaan sehat maka itu adalah taufik untuk melakukan amal kesunahan sekuat tenaga .
-------------------
LIMA ORANG YANG TIDAK AKAN MEMBUSUK MAYATNYA
إعانة الطالبين (3/ 133)
لا تأكل الأرض جسما للنبي ولا........ لعالم وشهيد قتل معترك
ولا لقارىء قرآن ومحتسب........ أذانه لاله مجرى الفلك
Bumi enggan memakan jasad para nabi,orang alim,orang yg syahid,orang yg hafal Al-qur'an dan muaddzin yg meng-ikhlaskan adzannya untuk Allloh dzat yang menjalankan peredaran bintang-bintang di cakrawala .
Wallaahu A'lam .
Baca Selengkapnya >>

Rabu, 27 Maret 2013

639 : LETAK SURGA DAN NERAKA

PERTANYAAN

Ahmad Syaifuddin


Asalamu'alaikum... Pertanyaanya: "Di manakah sebenarnya Letak SURGA & NERAKA? apakah nan jauh di atas bumi?
Apakah berada di GALAXI lain?



JAWABAN

Ibnu Ma'mun

wa'alaikum salam

الكتاب : مفاهيم القرأن ص 301 ~للشيح جعفر السبحاني
Didalam kitab mafahimul quran di jelaskan bahwa surga terletak di dekat Sidratul muntaha dgn alasan ayat ini --
( وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ * عِندَ سِدْرَةِ المُنتَهَىٰ * عِندَهَا جَنَّةُ المَأْوَىٰ ).
Berkata At tafzanii : tidak ada keterangan yg pasti tentang keberadaan tempat di mana adanya surga dan neraka. ___ mayoritas ulama berpendapat bahwa surga berada di atas langit ke tuju dan di bawah 'Ars.dgn alasan ayat...
( عِندَ سِدْرَةِ المُنتَهَىٰ * عِندَهَا جَنَّةُ المَأْوَىٰ ) وقوله : « سقف الجنة عرش الرحمن والنار تحت الأرضين السبع ».
ada lagi riwayat 'IKRIMAH dari ibnu 'Abbar ..berkata. suatu ketika sahabat Umar kedatangan dua orang yahudi kemudian bertanya; wahai Umar di mana adanya surga dan neraka. kemudian Umar menjawab. surga di atas langit dan neraka di bawah bumi. ----
dgn ini bisa di ambil kesimpulan bahwa adanya surga dan neraka di luar langit dan bumi..... ===
ini ibarah kitab MAFAHIMUL QUR.AN halaman 301.

مكان الجنة والنار

إذا ثبت انّ الجنة والنار مخلوقتان ، يقع البحث في مكانهما ، وقد يستفاد من الذكر الحكيم انّ مكانهما قريب من سدرة المنتهىٰ ، يقول سبحانه : ( وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ * عِندَ سِدْرَةِ المُنتَهَىٰ * عِندَهَا جَنَّةُ المَأْوَىٰ ).

يقول التفتازاني : لم يرد نص صريح في تعيين مكان الجنة والنار ، والأكثرون على أنّ الجنة فوق السماوات السبع وتحت العرش ، تشبثاً بقوله تعالى : ( عِندَ سِدْرَةِ المُنتَهَىٰ * عِندَهَا جَنَّةُ المَأْوَىٰ ) وقوله : « سقف الجنة عرش الرحمن والنار تحت الأرضين السبع ».

والحقّ تفويض ذلك إلى علم العليم.

انّ ما نقله التفتازاني هو رواية عكرمة ، عن ابن عباس ، انّه قال : قدم يهوديان فسألا أمير المؤمنين عليه‌السلام ، فقالا : أين تكون الجنة ؟ وأين تكون النّار ؟ قال : أمّا الجنّة ففي السماء ، وأمّا النار ففي الأرض ، قالا : فما السبعة ؟ قال : سبعة أبواب النّار متطابقات ، قال : فما الثمانية ؟ قال : ثمانية أبواب الجنة.

ولكن عكرمة أباضي لا يعتمد عليه.

والمستفاد من ظواهر الآيات أنّ الجنّة والنار خارجتان عن نطاق السماوات والأرض ، والشاهد عليه انّه سبحانه يصف سعة الجنة بسعة السماوات والأرض ،
--- الكتاب : مفاهيم القرأن ص 301 ~للشيح جعفر السبحاني
Baca Selengkapnya >>

638 : CARA MENGHORMATI WANITA

PERTANYAAN

Ghulam Asriah


اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu . . .

afwan mau tanya,

ktanya seorang lelaki itu harus memuliakan seorang wanita.
lalu Bagaimanakah caranya atau trik trik jitu untuk memuliakan seorang wanita.
Matur Suwun



JAWABAN

Mbah Pardan Milanistie

wa'alaikum salam

“… Dan bergaullah dengan mereka secara
patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak. (An-
Nisa:19)
“Orang mukmin yg paling sempurna imannya
adalah yg paling baik akhlaknya. Dan sebaik-
baik kalian adalah yg paling baik terhadap
istrinya.” (HR.Tirmidzi, Abu Daud, Hasan
Shahih).
“Tidaklah memuliakan perempuan kecuali
orang yg mulia, dan tidaklah menghinakan
perempuan kecuali orang yg hina.
(HR.Ibnu Asakir)
-Kepemimpinan kaum pria tidaklah untuk
merendahkan kehormatan dan harga diri
wanita. Ia hanya sebatas kemaslahatan,
bahkan wanita tidak wajib menaatinya dalam
hal maksiat. Dan suami tidak boleh menyakiti
istrinya dan bertindak otoriter/sewenang-
wenang. Kalaupun di Indonesia banyak terjadi
kasus kekerasan dalam rumah tangga itu
dikarenakan jauhnya para suami dari ajaran
Islam yg benar.
Rasululah bersabda (intinya): ‘Setiap jiwa
dari anak cucu Adam mempunyai
pemimpin, laki-laki adalah pemimpin
keluarganya, dan perempuan adalah
pemimpin rumahnya.”



Aryo Mangku Langit

Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu . . .

afwan mau tanya,

ktanya seorang lelaki itu harus memuliakan seorang wanita.

lalu Bagaimanakah caranya atau trik trik jitu untuk memuliakan seorang wanita.
---------------------
Wa'alaikumsalam
Warohmatullohi
Wabarokaatuh

1- jika Wanita itu adalah ibumu maka berbhaktilah
hormati dan layani serta dahulukan segala keperluanya 3 kali di bandingkan bapak<Aljannatu tahta aqdamil ummahaati
berbicara lemah lembut serta berahlaq mulia

2- Jika Wanita itu adalah saudaramu yang lebih tua,maka hormatilah
berbudi bahasa yang halus,serta taat dengan nasehatnya selama nasehat itu untuk kebaikanmu

3- Jika wanita itu saudaramu yang lebih muda,maka sayangilah dia
nasehati bilhikmati wal mau'idhotil hasanati,serta ajailah tuk berbhakti pada oranmg tua

4- Jika Wanita itu adalah tetanggamu,maka hormatilah hak betetangga
jangan sampai dia merasa tidak aman atas ulahmu

5-Jika wanita itu sahabatmu,maka kasigilah dia sebagaimana layaknya kamu menyayangi Dirimu.
Irham man Fil ardhi
yarhamkum man fissamaa'

6- Jika Wanita itu adalah Putrimu
maka sayangi dia,ajari dia,didik dia dengan Ilmu agama.turu bahasa serta ahlaq yang mulia.
serta dahulukan dia dari anak laki-lakimu

7-Jika Wanita itu adalah Istrimu,maka pergaulilah secara ma'ruf
tunaikan hak nya,nasehati kala dia khilaf,pujilah tuk menyenagkan hatinya,dan bersabarlah atas kekuranganya

alhamdulillaaahhh

Ini yg saya bisa uraikan
semoga Manfaat buat Adikku Ghulam Asriah
Baca Selengkapnya >>

637 : AYAT TENTANG PENGHARAMAN KHOMR

 PERTANYAAN

Imam-Syafiie As-Shoghirokh


Assalamu'alaikum
Terimakasih Atas persetujuan nya Kang Admin
Sekalian Mau Nanya Ya.
------------------------------ ---
Katanya Dulu khomer tidAk di haramkan lalu bagaimana Proses Pengharaman tersebut ko' Sekarang Bisa Haram.....?
Atas jawaban nya SAya ucapkan Banyak terimakasih Sebelum+Sesudah nya

JAWABAN

Cikong Mesigit

wa'laikum salam

الأَ صْلُ فِي الأَشْيَاءِ الإِبَاحَةُ مَا لَمْ يَرِدْ دَلِيْلُ التَّحْرِيْمِ

Al ashlu/utawi hukum ashal
Fil asy yaa,i/ingdalem swiji wiji.
Al ibaahatu/iku hukume mubah/wenang.
Maa lam yarud/ingdalem saklagine durung tumeko.
Daliiluttahriimi/opo dalil keharamane.



Ibnu Ma'mun

urutan ayat yg berhubungan dgn khomr.
Karena waktu itu orang arab sangan suka terhadap Khomer. maka larangannya bertahap. sesuai keadaan waktu itu.
PERTAMA,
يسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس وإثمهما أكبر من نفعهما
ayat ini tidak menunjukan ke haraman khomr.tetapi peringatan bahaya khomr.
KEDUA.
يا أيها الذين ءآمنوا لا تقربوا الصلاة وأنتم سكارى
ini larangan melakukan sholat dalam keadaan mabuk. sehingga jarang yg minum2an bila mendekati waktu sholat.
KETIGA.
يا أيها الذين آمنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام رجس من عمل الشيطان
ayat ini menjelaskan bahwa khomer termasuk berbuatan setan, sehingga byk sahabat2 yg membuang khomr, sehingga kota Madinah pada wkt itu bagaikan lautan khomer yg mengalir kesana kemari.
KEEMPAT
قال صلى الله عليه وسلم : ( لـعن الله الخمر ، وشـاربها ، وساقيها ، وبائعها ومبتاعها ، وعاصـرها ، ومعتصرها ، وحاملها ،والمحـمولة إليه وآكل ثمنها )
Hadist ini menjelaskan semua yg berhubungan dgn Khomer di laknat. baik peminumnya. yg menuangkannya, penjualnya. pembelinya, pembuatan.dll. di laknat semua,
dengan beberapa tahapan sehingga ke haraman khomer sangat menyentuh orang orang arab pada waktu itu. ----
Baca Selengkapnya >>

636 : YANG DI MAKSUD ORANG SHABI'IN DALAM SURAT AL - BAQOROH AYAT 62

PERTANYAAN

Yusan Saputra

assalamu alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh

sore HUDA, mau tanya ni tntg surat Al-Baqoroh ayat 62
disitu disebutkan tntg orang" Sabiin
siapa orang" Sabiin ini ?


JAWABAN
Cikong Mesigit

wa'alaikum salam

Banyak pendapat.diantaranya dlm tafsir ibnu katsir di jelaskan:

وقال عبد الله بن وهب : قال عبد الرحمن بن زيد : الصابئون أهل دين من الأديان ، كانوا بجزيرة الموصل يقولون : لا إله إلا الله ، وليس لهم عمل ولا كتاب ولا نبي إلا قول : لا إله إلا الله ، قال : ولم يؤمنوا برسول ، فمن أجل ذلك كان المشركون يقولون للنبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه : هؤلاء الصابئون ، يشبهونهم بهم ، يعني في قول : لا إله إلا الله .

وقال الخليل هم قوم يشبه دينهم دين النصارى ، إلا أن قبلتهم نحو مهب الجنوب ، يزعمون [ ص: 287 ] أنهم على دين نوح ، عليه السلام . وحكى القرطبي عن مجاهد والحسن وابن أبي نجيح : أنهم قوم تركب دينهم بين اليهود والمجوس ، ولا تؤكل ذبائحهم ، قال ابن عباس : ولا تنكح نساؤهم . قال القرطبي : والذي تحصل من مذهبهم فيما ذكره بعض العلماء أنهم موحدون ويعتقدون تأثير النجوم ، وأنها فاعلة ؛ ولهذا أفتى أبو سعيد الإصطخري بكفرهم للقادر بالله حين سأله عنهم ، واختار فخر الدين الرازي أن الصابئين قوم يعبدون الكواكب ؛ بمعنى أن الله جعلها قبلة للعبادة والدعاء ، أو بمعنى أن الله فوض تدبير أمر هذا العالم إليها ، قال : وهذا القول هو المنسوب إلى الكشرانيين الذين جاءهم إبراهيم الخليل ، عليه السلام ، رادا عليهم ومبطلا لقولهم .

وأظهر الأقوال ، والله أعلم ، قول مجاهد ومتابعيه ، ووهب بن منبه : أنهم قوم ليسوا على دين اليهود ولا النصارى ولا المجوس ولا المشركين ، وإنما هم قوم باقون على فطرتهم ولا دين مقرر لهم يتبعونه ويقتفونه ؛ ولهذا كان المشركون ينبزون من أسلم بالصابئي ، أي : أنه قد خرج عن سائر أديان أهل الأرض إذ ذاك .

وقال بعض العلماء : الصابئون الذين لم تبلغهم دعوة نبي ، والله أعلم




======================================================
ini hnya sbagian pndpt sj,sdg sblmnya msh ada lg pndpt2 yg lain.

Abdullah Ibnu Wahb mengatakan bahwa Abdur Rahman Ibnu Zaid pernah berkata, “Shabi’in adalah pemeluk suatu agama yang tinggal di Maushul. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tetapi mereka tidak mempunyai amal, kitab, dan nabi kecuali hanya ucapan “tidak ada Tuhan selain Allah’.” Abdur Rahman Ibnu Zaid mengatakan pula bahwa mereka tidak beriman kepada rasul. Karena itulah orang-orang musyrik mengatakan kepada Nabi Saw. Dan para sahabatnya, bahwa Nabi Saw. Dan sahabatnya adalah orang-orang shabi’in. orang-orang musyrik menyerupakan Nabi Saw. Dan para sahabatnya dengan mereka dalam hal ucapan ‘tidak ada Tuhan selain Allah’.
Al-Khalil mengatakan bahwa Shabi’in adalah suatu kaum yang agamanya menyerupai agama Nasrani, hanya kiblat mereka mengarah kepada datangnya angina selatan; mereka menduga bahwa dirinya berada dalam agam Nabi Nuh a.s.
Al-Qurthubi meriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Abu Nujaih, bahwa mereka adalah suatu kaum yang agamanya merupakan campuran antara agama Yahudi dan agama Majusi; sembelihan mereka tidak boleh dimakan, dan kaum wanitanya tidak boleh dinikahi.
Al-Qurthubi mengatakan, yang tersimpul dari pendapat mereka menurut apa yang disebut oleh sebagian ulama yaitu mereka adalah orang-orang yang mengesakan Tuhan dan meyakini akan pengaruh bintang-bintang, bahwa bintang-bintang tersebutlah yang melakukannya. Karena itulah Abu Sa’id Al Astakhri mengeluarkan fatwa bahwa mereka adalah orang kafir. Ia katakan demikian ketika A-Qadir Billah menanyakan kepadanya tentang hakikat mereka.
Ar-Razi memilih pendapat yang mengatakan bahwa Shabi’in adalah suatu kaum yang menyembah bintang-bintang, dengan pengertian bahwa Allah telah menjadikannya sebagai kiblat untuk ibadah dan do’a, yakni Allah menyerahkan pengaturan urusan alam ini kepada bintang-bintang tersebut. Selanjutnya Ar-Razi mengatakan bahwa pendapat ini dinisbatkan kepada orang-orang Kasyrani yang didatangi oleh Nabi Ibrahim a.s. untuk membatalkan pendapat mereka dan memenangkan perkara yang hak.
Pendapat Mujahid dan para pengikutnya serta pendapat Wahb Ibnu Munabbih menyatakan bahwa Shabi’in adalah suatu kaum bukan pemeluk agama Yahudi, bukan Nasrani, bukan Majusi, bukan pula kaum musyrik. Sesungguhnya mereka adalah suatu kaum yang hanya tetap pada fitrah mereka. Karena itulah maka kaum musyrik memperolok-olokkan orang yang masuk Islam dengan sebutan shabi, dengan maksud bahwa dia telah menyimpang dari semua agama penduduk bumi di saat itu.
Sebagian ulama mengatakan, Shabi’in adalah orang-orang yang belum sampai kepada mereka dakwah seorang nabi pun.
Pendapat yang paling kuat di antara semuanya hanyalah Allah yang tahu.



Sunde Pati

siippp

iki tak tambahi

surat Albaqoroh ayat 62

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُون

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

-----------------------

أيسر التفاسير لكلام العلي الكبير (1/ 64)

{وَالصَّابِئِينَ} : أمة كانت بالموصل يقولون لا إله إلا الله. ويقرأون الزبور. ليسوا يهودا ولا نصارى، واحدهم صابئ، ولذا كانت قريش تقول لمن قال لا إله إلا الله: صابئ، أي مائل عن دين آبائه إلى دين جديد وحّدَ فيه الله تعالى

Asshobi_in adalah umat ditanah moshul yg berucap

لا إله إلا الله

tiada Tuhan selain Alloh
dan membaca kitab zabur,mereka tidak termasuk yahudi maupun nashroni,individu mereka adalah shobi_i,
oleh karena ini orang quraisy mengatakan bagi orang yg berucap tiada Tuhan selain Alloh adalah shobi_i
yg artinya orang yg condong dari agama nenek moyang ke agama yg baru yg meng-esakan Alloh ta'ala

berikut diantara perincian dan pendapat2 tentang arti asshobi_in

أيسر التفاسير لكلام العلي الكبير (3/ 461)

{والصابئين}
وهم فرقة من النصارى يقرأون الزبور ويعبدون الكواكب

Asshobi_in adalah segolongan orang dari orang2 nashroni yg membaca kitab zabur dan menyembah bintang-bintang

-------------------

البحر المديد (4/ 601)

{والذين هادوا والصابئين}
، وهم قوم من النصارى ، اعتزلوهم ، ولبسوا المسوح

Asshobi_in adalah kaum dari nashroni yg menyendiri dan memakai baju almasuh

--------------------

التبيان تفسير غريب القرآن (ص: 91)

والصابئين أي الخارجين من دين إلى دين يقال صبأ فلان إذا خرج من دينه إلى دين آخر

Asshobi_in adalah orang2 yg keluar dari agama menuju agama yg baru
dikatakan fulan shoba' artinya ketika orang itu keluar dari agama menuju agama yg lain

----------------

التحرير والتنوير ـ الطبعة التونسية (1/ 539)

والصابئين الذين آمنوا بما جاءت به رسل الله دون تحريف ولا تبديل ولا عصيان وماتوا على ذلك قبل بعثة محمد ( صلى الله عليه وسلم )

Asshobi_in adalah orang2 yg beriman pada kitab2 yg dibawa oleh utusan2 Alloh dan mereka tidak berpaling,juga tidak merubah dan tidak pula durhaka dan mereka mati sebelum diutusnya Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam

-------
Baca Selengkapnya >>

635 : PENJELASAN HADITS TENTANG PERNIKAHAN JANDA

 PERTANYAAN

Umie Irfan

" Assalamu'alaikum...Wr Wb;

Rosulullah saw, Bersabda ;
" Seorang Janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai Pertimbangannya ( Musyawarah ) Dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai Persetujuannya." ( HR. Bukhari dan Muslim )
Mhon Para Yaii dan Ustadz...Memmberikan Pnjlsan...Makna dan Isi yg Terkandung dlm Hadis Diatas....Trima kasiih...
Bagi para Shabat2 HUDA Smuaa....Ditunggu Sharingny....Matur Suwun...Monggo...."


JAWABAN

Uponk Sgr Ulilalbab

wa'alaikum salam

===== penjelasan hadist ....... bahwa seorang janda mempunyai hak untuk menerima pernikahan atau menolaknya. dam wali tdk bisa memaksakan pernikahan terhadap wanita janda. ----- sedangkan pada anak perawan. minurut imam Syafi;i di anjurkan atau di sunahkan meminta ijin pada anak perawannya. penjelasan ini apabila walinya bapak atau kakeknya. apa bila walinya bukan bapaknya atau kakeknya maka harus minta ijin pada wanita perawan tersebut.



hadist tersebut ini.....(1419) حدثني عبيد الله بن عمر بن ميسرة القواريري، حدثنا خالد بن الحارث، حدثنا هشام، عن يحيى بن أبي كثير، حدثنا أبو سلمة، حدثنا أبو هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «لا تنكح الأيم حتى تستأمر، ولا تنكح البكر حتى تستأذن»، قالوا: يا رسول الله، وكيف إذنها؟ قال: «أن تسكت»،
__________

[شرح محمد فؤاد عبد الباقي]
[ ش (لا تنكح الأيم) قال العلماء الأيم هنا الثيب (حتى تستأمر) أي تستشار]
شرح مسلم ~ 9 / 202


dalam hadist yg semisal tadi dalam riwayat lain..... قوله صلى الله عليه وسلم (لا تنكح الأيم حتى تستأمر ولا تنكح البكر حتى تستأذن قالوا يا رسول الله وكيف إذنها قال أن تسكت) وفي رواية الأيم أحق بنفسها من وليها والبكر تستأذن في نفسها وإذنها صماتها وفي رواية الثيب أحق بنفسها من وليها والبكر تستأمر وإذنها سكوتها وفي رواية والبكر يستأذنها أبوها في نفسها وإذنها صماتها

واعلم أن لفظة أحق هنا للمشاركة معناه أن لها في نفسها في النكاح حقا ولوليها حقا وحقها أوكد من حقه فإنه لو أراد تزويجها كفؤا وامتنعت لم تجبر ولو أرادت أن تتزوج كفؤا فامتنع الولي أجبر فإن أصر زوجها القاضي فدل على تأكيد حقها ورجحانه وأما قوله صلى الله عليه وسلم في البكر ولا تنكح البكر حتى تستأمر فاختلفوا في معناه فقال الشافعي وبن ابي ليلى وأحمد واسحق وغيرهم الاستئذان في البكر مأمور به فإن كان الولي أبا أو جدا كان الاستئذان مندوبا إليه ولو زوجها بغير استئذانها صح لكمال شفقته وإن كان غيرهما من الأولياء وجب الاستئذان ولم يصح إنكاحها قبله ~ شرح مسلم ~ 9 / 204


kesimpulannya;
bila wanita janda. maka wali harus minta izin. apa bila si janda menolak maka wali tdk boleh memasakanya.
bila wanita perawan. dan walinya bapak atau kakeknya maka wali sunah minta izin. apa bila tidak minta izinpun pernikahan sah.
bila wanita perawan tetapi walinya bukan bapaknya atau kakeknya seperti pamannya maka harus minta izin. apa bila si perawan tidak mengijinkannya maka pernikahan tidak sah,
Baca Selengkapnya >>

Senin, 25 Maret 2013

634 : JIWA YANG TENANG DALAM SURAT AL - FAJR AYAT 27 DAN 28

PERTANYAAN

Umie Irfan


“ Assalamu'alaikum Wr Wb... Di Dalam Al Qur'an Surah Al Fajr ayat 27 dan 28 yg berbunyi ; " Hai Jiwa yang Tenang ; Kembalilah kepada Tuhanmu dg Hati Ridho dan di Ridhoi Nya ". Yang jd Pertanyaan Saya Adalah; Mengapa Jiwa yg Tenang disuruh kmbali kpd Allah dg Ridho dan di Ridhoi... Mengapa..Bukan... ~ Hai, Orang yg Berimaan?? ~ Hai,Orang yg Bertaqwa?? Mhon Penjelasan dari Para Ustadz dan Para Yaii...dan Shabat2 HUDAKU. Smuaanyaa...Slam Slaturahmii Smuany...Monggo...“


JAWABAN

Cikong Mesigit

wa'alaikum salam


Ini tafsir ibnu katsirnya mbah pardan,sumonggo dipun afsahi>>

قوله: (يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ * ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً ) قال: نـزلت وأبو بكر جالس، فقال: يا رسول الله، ما أحسن هذا. فقال: "أما إنه سيقال لك هذا" .

ثم قال: حدثنا أبو سعيد الأشج، حدثنا ابن يمان، عن أشعث، عن سعيد بن جبير قال: قرأت عند النبي صلى الله عليه وسلم: (يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ * ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً ) فقال أبو بكر، رضي الله عنه: إن هذا حسن. فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: "أما إن الملك سيقول لك هذا عند الموت".

وكذا رواه ابن جرير، عن أبي كُرَيْب، عن ابن يمان، به. وهذا مرسل حسن .

ثم قال ابن أبي حاتم: وحدثنا الحسن بن عرفة، حدثنا مَرْوان بن شجاع الجزري، عن سالم الأفطس، عن سعيد بن جبير قال: مات ابن عباس بالطائف، فجاء طير لم ير على خَلْقه فدخل نعشه، ثم لم ير خارجا منه فلما دفن تُليت هذه الآية على شفير القبر، ما يدرى من تلاها: (يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ * ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً * فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي ) .

رواه الطبراني عن عبد الله بن أحمد عن أبيه، عن مَرْوان بن شجاع، عن سالم بن عجلان الأفطس، به فذكره .

وقد ذكر الحافظ محمد بن المنذر الهروي -المعروف بشكِّر-في كتاب "العجائب" بسنده عن قُبَاث بن رزين أبي هاشم قال: أسرتُ في بلاد الروم، فجمعنا الملك وعَرَض علينا دينه، على أن من امتنع ضربت عنقه. فارتد ثلاثة، وجاء الرابع فامتنع، فضربت عنقه، وألقي رأسه في نهر هناك، فرسب في الماء ثم طفا على وجه الماء، ونظر إلى أولئك الثلاثة فقال: يا فلان، ويا فلان، ويا فلان -يناديهم بأسمائهم-قال الله تعالى في كتابه: (يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ * ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً * فَادْخُلِي فِي عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي ) ثم غاص في الماء، [قال] فكادت النصارى أن يسلموا، ووقع سرير الملك، ورجع أولئك الثلاثة إلى الإسلام. قال: وجاء الفداء من عند الخليفة أبي جعفر المنصور فخلصنا.



Mbah Pardan Milanistie


Lk intine ngaten mbak kurang luwihe..
Mengapa yang mendapat ridho jiwa yang tenang yang pulang pada Alloh karena jiwa yang tenang ( bersih) yang tidak kafir yang selalu tetap dalam keimanannya walaupun dalam pelbagai keadaan situasi ia tetap dalam ketenangannya..maka ia mendapat sambutan yang ramah atas.kepulangannya karena pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini hanyalah merantau sewakt2 ia pasti akan pulang pada Robb_ Nya.
Wallohu a'lam

Sunde Pati

tak tambahi yo nduk Nunu Nurul Qomariyah

surat alfajr ayat 27-30

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

Hai jiwa yang tenang

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

وَادْخُلِي جَنَّتِي

masuklah ke dalam syurga-Ku.

---------------------

أيسر التفاسير لكلام العلي الكبير (5/ 570)

يا أيتها النفس المطمئنة :أي المؤمنة الآمنة اليوم من العذاب لما لاح لها من بشائر النجاة.
ارجعي إلى ربك :أي إلى جواره في دار كرامته أي الجنة.
فادخلي في عبادي :أي في جملة عبادي المؤمنين المتقين.
وادخلي جنتي :أي دار كرامتي لأوليائي

Hai jiwa yang tenang = yg beriman dan selamat dari siksa dihari kiamat nanti karena mendapat keselamatan kebahagian yg menjulang

Kembalilah kepada Tuhanmu = pada lingkungan Alloh dalam rumah kemuliaannya dalam arti surga

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku = maksudnya pada jamaah hamba2ku yg bertaqwa

masuklah ke dalam syurga-Ku = maksudnya rumah kemulyaanku untuk para kekasihku
Baca Selengkapnya >>