Kamis, 31 Januari 2013

511 : HUKUM MENGUBUR ARI2

PERTANYAAN

Tamlikho A AL Kafi



assalamualaikm wr wb. mau tnya pk bu ustd
bagimana hukum nya mengubur ari2 bayi, dan mengapa harus di kasih lampu /damar



JAWABAN

Lee Lampahan


wa'alaikum salam

Bagi masyarakat Nusantara, Islam tidak lagi dipandang sebagai ajaran asing yang harus difahami sebagaimana mula asalnya. Islam telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan keseharian, mulai dari cara berpikir, bertindak dan juga bereaksi. Sehingga Islam di Nusantara ini memiliki karakternya tersendiri. Sebuah karakteristik yangkokoh dengan akar tradisiyang mendalam.


Yang dibangun secara perlahanbersamaan dengan niat memperkenalkan Islam kepada masyarakat Nusantara oleh para pendakwah Islam di zamannya. Diantara tradisi yang hingga kini masih berlaku dalam masyarakat Islam Nusantara, khususnya di tanah Jawa adalah menanam ari-ari setelah seorang bayi dilahirkan dengan taburan bunga di atasnya. Atau dengan menyalakan lilin di malamhari. Apakah Islam pernahmengajarkan hal yang demikian?

Menanam ari-ari ( masyimah ) itu hukumnya sunah. Adapun menyalakan lilin dan menaburkan bunga-bungadi atasnya itu hukumnya haram karena dianggap sebagai tindakan membuang-buang harta (tabdzir) yang tak ada manfaatnya.
Mengenai anjuran penguburan ari-ari, Syamsudin Ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj menerangkan


وَيُسَنُّ دَفْنُ مَا انْفَصَلَ مِنْ حَيٍّ لَمْ يَمُتْ حَالاًّ أَوْ مِمَّنْ شَكَّ فِي مَوْتِهِ كَيَدِ سَارِقٍ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ وَعَلَقَةٍ ، وَدَمِ نَحْوِ فَصْدٍ إكْرَامًا لِصَاحِبِهَا.

“Dan disunnahkan mengubur anggota badan yang terpisah dari orang yang masih hidup dan tidak akan segera mati, atau dari orang yang masih diragukan kematiannya, seperti tangan pencuri, kuku, rambut, ‘alaqah (gumpalan darah), dan darah akibat goresan, demi menghormati orangnya”.
Sedangakn pelarangan bertindak boros (tabdzir) Al-bajuri dalam HasyiyatulBajuri berkata:

( المُبَذِّرُ لِمَالِهِ) أَيْ بِصَرْفِهِ فِيْ غَيْرِ مَصَارِفِهِ (قَوْلُهُ فِيْ غَيْرِ مَصَارِفِهِ) وَهُوَ كُلُّ مَا لاَ يَعُوْدُ نَفْعُهُ إِلَيْهِ لاَ عَاجِلاً وَلاَ آجِلاً فَيَشْمَلُ الوُجُوْهَ المُحَرَّمَةَ وَالمَكْرُوْهَةَ.

“(Orang yang berbuat tabdzir kepada hartanya) ialah yang menggunakannya di luar kewajarannya. (Yang dimaksud: di luar kewajarannya) ialah segala sesuatu yang tidakberguna baginya, baik sekarang (di dunia) maupun kelak (di akhirat), meliputi segala hal yang haram dan yang makruh”.
Namun seringkali penyalaan lilin ataupun alat penerang lainnya di sekitar kuburan ari-ari dilakukan dengan tujuan menghindarkannya dari serbuan binatang malam (seperti tikus dkk). Maka jika demikian hukumnya boleh saja
Baca Selengkapnya >>

510 : HUKUM DONOR DARAH

PERTANYAAN


Muhsin Amrin


Assalamu'alaikum Sahabat semuanya,, mau nanya nich... gimana fatwat para ulama kita MUI maupun ulama yang lainnya tentang hukum donor darah,,



JAWABAN

Nunu Nurul Qomariyah


Hukum mendonorkan darah adalah boleh dengan syarat dia tidak boleh menjual darahnya, karena Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda dalam hadits Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-:
إِنَّ اللهَ إِذَا حَرَّمَ عَلَى قَوْمٍ أَكْلَ شَيْءٍ, حَرَّمَ عَلَيْهِمْ ثَمَنَهُ
“Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu maka Allah akan haramkan harganya.”

Sedangkan darah termasuk dari hal-hal yang dilarang untuk memakannya, sehingga harganya pun (baca: diperjual belikan) diharamkan.
Adapun jika yang membutuhkan darah memberikan kepadanya sesuatu sebagai balas jasanya, maka boleh bagi sang pendonor untuk mengambilnya, tapi dengan syarat, dia tidak memintanya sebelum dan sesudah donor, tidak mempersyaratkannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara jelas maupun dengan isyarat, baik secara zhohir maupun batin. Kapan dia melaksanakan salah satu dari perkara-perkara di atas, maka haram baginya untuk menerima pemberian dari orang tersebut.

Adapun orang yang membutuhkan darah, sementara dia tidak mendapatkan darah yang gratis, maka boleh baginya membeli darah dari orang lain –karena darurat-, sedangkan dosanya ditanggung oleh yang menjualnya. Wallahu A’lam.




Hellyna Qamariah Siregar

iya juga ya...
Bisa jadi si pendonor adalah non muslim..
Bagaimana menurut sahabat fillah???




Mbah Jenggot

Wa`alaikum salam.Hukum donor darah sama dengan berobat menggunakan suatu yang najis, boleh jika dalam keadaan darurat artinya tidak bisa diselamatkan nyawanya kecuali dengan donor darah atau dapat mempercepat penyembuhan dan tidak ada cara atau obat selainnya.

فتاوى الشرعية للشيخ حسنين مخلوف /195
(مسألة 89) هل يجوز شرعا الإنتفاع بدم الإنسان بنقله من الصحيح الى المريض لإنقاذ حياته ؟
(الجواب) الدم وان كان محرما بنص القرآن الا ان الضرورة الملجئة الى التداوي به تبيح الإنتفاع به في العلاج ونقله من شخص لآخر، وقد ذهب جمع من الفقهاء الى جواز التداوي بالمحرم والنجس اذا لم يكن هناك ما يسدّ مسدّه من الأدوية المباحة الطاهرة، فاذا راى الطبيب المسلم الحاذق ان انقاذ حياة المريض متوقف على الإنتفاع بالدم، جاز التداوي به شرعا، والضرورة تبيح المحظورات، وما جعل عليكم في الدين من حرج، والله اعلم.
Alangkah bijaknya jika kita bisa memilih darah yang akan kita masukkan ketubuh kita dari darah orang yang muslim dan taat.

http://www.piss-ktb.com/2012/03/028-lain-lain-hukum-donor-darah-non.html
Baca Selengkapnya >>

509 : KAJIAN KITAB BIDAYAH AL HIDAYAH ( ADAB TAYAMMUM )

oleh : YaiFahrurrozi Bin Saimin


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

قال المصنف رحمهم الله ونفعنا به وبعلو مه فى الدارين آمين
KAJIAN KITAB BIDAYAH AL HIDAYAH
ADAB TAYAMMUM
فاءن عجزت عن استعمال المآء لفقده بعد الطلب أو لعذر من المرض أو لمانع من الوصول اليه من سبع أو حبس أو كان المآء الحاضر تحتاج اليه لعطشك أو عطش رفيقك أركان ملكا لغيرك ولم يبع الا بأكثر من ثمن المثل, أو كان بك جراحة أو مرض تخاف منه على نفسك...
Jika engkau kesulitan dalam mempergunakan air karena ketiadaannya, meski engkau telah mencarinya. atau engkau mendapat 'udzur dalam mencari air, karena sakit yang menimpamu. atau engkau terhalang oleh binatang buas atau engkau di tawan oleh musuh sehingga tidak bisa mencari air untuk bersuci, atau air yang ada kau butuhkan untuk menghilangkan dahaga dirimu dan rekan mu. atau air tersebut milik orang lain yang tidak di jual kecuali dengan harga yang lebih tinggi dari sewajar nya. atau pada badanmu terdapat luka. atau sakit yang membahayakan jiwa/nyawa
catatan
Tayammum adalah rukhshoh dalam artian menggugurkan qodlo, jadi orang yang sholat dengan menggunanakan media tayammum tidak berkewajiban meng qodlo sholat. kekuatan tayammum bahkan bisa mengganti mandi jinabat selagi salah satu sabab tayammum masih belum terangkat
kekuatan thaharoh tayammum ini adalah untuk sekali sholat fardlu, sedangkan sholat sunnah berapapun yang kita inginkan
Diriwayatkan oleh Al Hakim bahwa seorang laki-laki menderita luka di zaman Rasululloooh SAW, kemudian ia mimpi hingga keluar mani, dan orang-orang menyuruhnya mandi
Maka ia pun mandi hingga mati, beritanya sampai kepada Rasulullooh SAW, maka beliau bersabda:"mereka telah membunuhnya, bukankah kalau tidak tahu harus bertanya". al hadits


فاصبر حتى يدخل وقت الفريضة ثم اقصد صعيدا طيبا عليه تراب خالص طاهر لين, فاضرب عليه بكفيك ضآما بين أصا بعك وانو استباحة فرض الصلاة, وامسح بهما وجهك كله مرة واحدة ولا تتكلف ايصال الغبار الى منابت الشعر خف أو كثف...

Maka bersabarlah hingga masuk waktu sholat fardlu, kemudian carilah tanah kering yang terdapat debu yang bersih, suci dan halus. Pukulkanlah kedua telapak tanganmu pada debu itu seraya merapatkan jari-jari mu, dan berniatlah mengangkat hadats kecil atau besar, untuk melaksanakan sholat fardlu. Usapkanlah kedua tangan pada wajah secara merata/menyeluruh satu kali, dan tidak perlu untuk meratakan debu sampai tempat tumbuh rambut yang ada di wajah, baik rambut yang tipis atau yang tebal

catatan

Dalam mengerjakan tayammum "start" nya ketika masuk waktu sholat fardlu, karena tayammum adalah thaharoh yang bersifat darurat, maka tiada darurat sebelum waktunya


ثم انزع خاتمك واضرب ضربة ثانية مفرقا بين أصابعك وامسح بهما يديك مع مرفقيك فان لم تستوعبهما فاضرب ضربة أخرى حتى تستوعبهما ثم امسح احدى كفيك بالأخرى وامسح ما بين أصابعك بالتخليل وصل به فرضا واحدا وماشئت من النوافل فان اردت فرضا ثانيا فلستأنف تيمما آخر

Kemudian lepaskanlah cincin yang kau pakai, pukullah debu untuk kali kedua, dengan posisi jari2 direnggangkan. kemudian usaplah kedua tanganmu sampai siku. jika terasa kurang rata, pukullah untuk kali ketiga sampai terusap rata. kemudian usaplkanah sisi telapak tangan mu satu dengan yang lainnya, usaplah sela jari jemari. Kemudian sholatlah dengan tayammum ini sholat fardlu sekali, dan sholat sunnah sebanyak yang kau kehendaki. jika engkau hendak melakukan sholat fardlu lagi, maka lakukanlah tayammum kembali.

Alloohu A'lam
Baca Selengkapnya >>

508 : KAJIAN KITAB BIDAYAH AL HIDAYAH ( ADAB MANDI JINABAT )

oleh : Yai Fahrurrozi Bin Saimin


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ * بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ *

LANJUTAN KAJIAN KITAB BIDAYAH AL HIDAYAH

ADAB MANDI JINABAT

فأذا أصابتك جنابة من احتلام او وقاع فاحمل الأناء الى المغتسل واغسل يديك اليمنى أولا ثلاثا
وأزل ما على بدنك من قذر , وتوضأ كماسبق وصوءك للصلاة مع جميع الدعوات, وأخر غسل رجليك كي لا يضيع الماء..

Maka ketika engkau mengalami mimpi basah (ihtilaam) atau terjadi persetubuhan, bawalah tempat air ke tempat mandi, kemudian basuhlah kedua tanganmu terlebih dahulu tiga kali, dan hilangkan semua noda/kotoran yang terdapat di tubuhmu, kemudian berwudlu lah sebagaimana wudlu mu ketika akan mengerjakan sholat, beserta seluruh do'a nya. Dan akhirkanlah membasuh kedua kakimu, agar air tidak terhambur sia-sia..

catatan

Mandi jinabat adalah mandi untuk mengangkat hadats besar akibat mimpi basah atau persetubuhan. hal demikian termasuk ibadah, karena ibadah sholat bersyarat suci badan dari hadats dan najis.

Di era al Ghozali, belum ada bak mandi ataupun pipa yang mengalirkan air ke tempat mandi.

akan tetapi beliau tetap menyampaikan adab (sopan santun) dalam melaksanakan ibadah mandi berdasarkan sunnah-sunnah Rasululloh yang tak akan lekang oleh perkembangan zaman.

yaitu do'a, yang menjadi penghubung bathiniyah kita kepada Alloh SWT

Maka adab mandi dimulai dengan mensucikan (membasuh) kedua tangan 3x kemudian menghilangkan noda/kotoran yang menempel di badan, lantas berwudlu sebagaimana wudlu kita untuk sholat, juga seluruh do'a-do'a yang telah beliau ajarkan pada setiap bagian wudlu.

catatan akhir, beliau menyarankan untuk meng akhirkan dalam membasuh kaki (nantinyadilakukan ketika akhir mandi) dengan pendapat agar air tidak tersia-siakan.

Allohu a'lam




فأذا فرغت من الوضوء فصب الماء على رأسك ثلاثا وأنت ناو رفع الحدث من الجنابة ثم على شقك الأيمن ثلاثا على الأيسر ثلاثا, وادلك ما أقبل من بدنك وما أدبر, وخلل شعر رأسك ولحيتك, وأوصل الماء ألى معاطف البدن ومنابت الشعرماخف منه وما كثف...

Jika engkau telah selesai melakukan wudlu seperti yang telah disebutkan, maka siramkankah air ke atas kepala mu 3x, bersamaan dengan itu berniatlah untuk mengangkat hadats besar/jinabat, kemudian siramlah bagian kanan badanmu 3x, bagian badan sebelah kiri 3x, dan gosoklah bagian depan dan belakang badan. dan masukkan air ke sela2 rambut kepala, jenggot. Dan sampaikanlah air pada lipatan-lipatan badan juga tempat tumbuhnya rambut, baik yang tipis ataupun yang lebat


واحذر أن تمس ذكرك بعد الوضوء فأن أصابته يدك فأعد الوضوء

Hati-hatilah jangan sampai (telapak) tanganmu menyentuh/terkena dzakar (kemaluan), pada saat setelah wudlu. maka apabila terjadi tanganmu menyentuh kemaluan, berwudu lah kembali


والفريضة من جملة ذالك كله النية وأزالة النجاسة واستيعاب البدن بالغسل وفرض الوضوء غسل الوجه واليدين مع المرفقين ومسح بعض الرأس وغسل الرجلين ألى الكعبين مرة مرة مع النية والترتيب. وما عداها سنن مؤكدة فضلها كثير وثوابها جزيل والمتهاون بها خاسر بل هو بأصل الفريضة مخاطر فأن النوافل جوابر للفرائض.


Dan yang fardlu dari jumlah yang telah disebutkan pada adab mandi ini adalah: Niyat, menghilangkan najis, dan menyiramkan air secara merata pada seluruh badan
Sedangkan fardlu wudlu adalah: membasuh muka,membasuh kedua tangan hingga siku, dan mengusap sebagian kepala, semuanya sekali, di iringi niyat dan tartib (berurutan) . maka selain yang fadlu ini, adalah sunnah muakkad yang keutamaannya sangatlah banyak, pahalanya yang agung. Orang yang meremehkan sunnah muakkad tergolong orang yang merugi, bahkan dia dengan amaliah fardlunya sangat mengkhawatirkan, karena amaliah sunnah itu menutup kekurangan amaliah fardlu

bab adab mandi jinabat telah selesai,
Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin
Baca Selengkapnya >>

507 : KEPERCAYAAN ADAT JAMAN LELUHUR DALAM PERNIKAHAN

PERTANYAAN

Tri Winarni Istiqomah


Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,,,,akhy wa ukthy mohon maaf ana mau tanya,,,,apa hukumnya bila dalam keluarga masih percaya,,,adat zaman leluhur,,,serti Pernikahan lusan anak pertama dan ke tiga ,,,dan hitungan hari tidak baik maka tidak boleh nikah,syukron




JAWABAN

Masaji Antoro >>
Wa'alaikumsalam wr wb

Konon menurut mitos orang jawa pernikahan antara anak pertama dan anak ketiga sulit sekali untuk bisa harmonis, jauh dari kebahagiaan, tak jarang bila berketurunan juga dikaruniai anak cacat dan hidupnya dalam penderitaan.

bagaimana ajaran islam menyikapi hal-hal yang berbau adat dan keyakinan semacam ini ?

Kalau meyakini kejadian baik dan buruk dalam rumah tangganya akibat pengaruh pernikahan antara anak yang pertama dan ketiga tersebut bisa menjadi kufur, tapi kalau hanya terkait secara 'ady (kejadian umum) serta dimungkinkan kedua hal tersebut tidak menimbulkan keterkaitan sama sekali maka "Boleh" < tidak menjadikan kufur--penyunting>.

(مسألة) إذا سأل رجل اخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج إلي جواب لان الشارع نهي عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله. وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه ان كان المنجم يقول ويعتقد انه لايؤثر الا الله ولكن أجري الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا . والمؤثر هو الله عز وجل. فهذه عندي لابأس فيه وحيث جاء الذم يحمل علي من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات . وافتي الزملكاني بالتحريم مطلقا. اهـ

“Apabila seseorang bertanya pada orang lain, apakah malam ini baik untuk di gunakan akad nikah atau pindah rumah maka pertanyaan seperti tidak perlu dijawab, karena nabi pembawa syariat melarang meyakini hal semacam itu dan mencegahnya dengan pencegahan yang sempurna maka tidak ada pertimbangan lagi bagi orang yang masih suka mengerjakannya, Imam Ibnu Farkah menuturkan dengan menyadur pendapat Imam syafii : Bila ahli nujum tersebut meyakini bahwa yang menjadikan segala sesuatu hanya Allah hanya saja Allah menjadikan sebab akibat dalam setiap kebiasaan maka keyakinan semacam ini tidak apa-apa yang bermasalah dan tercela adalah bila seseorang berkeyakinan bahwa bintang-bintang dan makhluk lain adalah yang mempengaruhi akan terjadinya sesuatu itu sendiri (bukan Allah)”
Ghayat al Talkhis al Murad Hal 206

تحفة المريد ص : 58
فمن اعتقد أن الأسباب العادية كالنار والسكين والأكل والشرب تؤثر فى مسبباتها الحرق والقطع والشبع والرى بطبعها وذاتها فهو كافر بالإجماع أو بقوة خلقها الله فيها ففى كفره قولان والأصح أنه ليس بكافر بل فاسق مبتدع ومثل القائلين بذلك المعتزلة القائلون بأن العبد يخلق أفعال نفسه الإختيارية بقدرة خلقها الله فيه فالأصح عدم كفرهم ومن اعتقد المؤثر هو الله لكن جعل بين الأسباب ومسبباتها تلازما عقليا بحيث لا يصح تخلفها فهو جاهل وربما جره ذلك إلى الكفر فإنه قد ينكر معجزات الأنبياء لكونها على خلاف العادة ومن اعتقد أن المؤثر هو الله وجعل بين الأسباب والمسببات تلازما عادي بحيث يصح تخلفها فهو المؤمن الناجى إن شاء الله إهـ

“Barangsiapa berkeyakinan segala sesuatu terkait dan tergantung pada sebab dan akibat seperti api menyebabkan membakar, pisau menyebabkan memotong, makanan menyebabkan kenyang, minuman menyebabkan segar dan lain sebagainya dengan sendirinya (tanpa ikut campur tangan Allah) hukumnya kafir dengan kesepakatan para ulama,

atau berkeyakinan terjadi sebab kekuatan (kelebihan) yang diberikan Allah didalamnya menurut pendapat yang paling shahih tidak sampai kufur tapi fasiq dan ahli bidah seperti pendapat kaum mu’tazilah yang berkeyakinan bahwa seorang hamba adalah pelaku perbuatannya sendiri dengan sifat kemampuan yang diberikan Allah pada dirirnya,

atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara rasio maka dihukumi orang bodoh

atau berkeyakinan yang menjadikan hanya Allah hanya saja segala sesuatu terkait sebab akibatnya secara kebiasaan maka dihukumi orang mukmin yang selamat, Insya Allah" Tuhfah alMuriid 58

Wallaahu A'lamu Bis Showaab

http://www.piss-ktb.com/2012/02/308-kepercayaan-adat-dalam-pernikahan.html
Baca Selengkapnya >>

506 : MASUK WAKTU SUBUH DALAM KEADAAN BERHADAS ATAU JUNUB : SAHKAH PUASANYA ?

PERTANYAAN


Dinda Garwoneirul



Assalamualaikumm..
Titipan dari tetangga sebelah.
Pada mlm hri sepasang suami istri melakuksn kikuk-kikuk.
Kecapekan dan berujung kesiangan.. setelah bangun dia mandi junub setelah mandi ternyata matahari telah muncul dan tidak bisa melaksanakan solat subuh.. karn hari puasa
Boleh tidak dia melaksanakannya..? Terimakasih sebelumnya




JAWABAN


Hasanul Zain


wa'alaikum salam

Kalau masih Ragu silahkan Pahami 'Ibaroh dibawah Ini, saya Ambil 'Ibaroh Hukumnya Orang yang Munqothi'ul Haidhi sebelum mandi Hadats sebab Hukumnya sama dengan Orang Junub.

وإذا انقطع الحيض والنفاس حل لها الغسل وحل طلاقها وصومها ولو قبل الغسل.

نهاية الزين ص ٣٥

Dan ketika Putus darah Haidh dan Nifas Maka Halal baginya melakukan Mandi dan Halal Juga di Thalaq dan Berpuasa Meski sekalipun Belum Mandi.

Nihayatuzzain Hal 35

وإذا انقطع دمها حل لها قبل الغسل صوم لاوطء خلاف لما بحثه العلامة الجلال السيوطي رحمه الله.

فتح المعين ص ١٠

Dan ketika Putus Darahnya Haidh dan Nifas maka Halal Baginya Sebelum Mandi/Bersuci Melakukan Puasa dan tidak Halal Melakukan Wathi' namun menurut Imam Jalal As-Suyuthi Halal baginya.

Fathul Mu'in Hal 10.



Mbah Pardan Milanistie

ﺑﺴﻡ ﺍﻠﻠﻪ ﺍﻠﺮﺤﻤﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴﻡ
ﺍﻠﻠﻬﻢ ﺼﻞ ﻋﻠﻰ ﺴﻴﺪﻨﺎ ﻤﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻞ ﺴﻴﺪﻨﺎ ﻤﺤﻤﺪ

Mereka tetap wajib puasa dan sah puasanya, karena puasa itu tidak disyaratkan SUCI (ﻄﻬﺎﺮﺓ ﻤﻦ ﺍﻠﺤﺪﺛﻴﻦ) dari janabah- haidh- nifas- wiladah sebagaimana syarat sah sholat, namun syarat sah puasa adalah SELESAI ( ﺍﻟﻧﻗﺎﺀ ) dari yang tersebut diatas, walau belum sempat mandi.

Dasar dalil:”Subulus Salam II/ halaman 165:

ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺷﺔ ﻭﺍﻡ ﺴﻟﻤﺔ ﺮﺿﻲ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻧﻬﻤﺎ ﺃﻦ ﺍﻟﻨﺑﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻟﻡ ﻛﺎﻦ ﻴﺼﺑﺢ ﺟﻧﺑﺎ ﻤﻦ ﺠﻤﺎﻉ ﺜﻡ ﻴﻐﺘﺴﻞ ﻭﻴﺼﻭﻡ . ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﺑﺧﺎﺮﻱ ﻭﻤﺴﻟﻡ

ﻭﺸﺭﻮﻂ ﺻﺤﺘﻪ ( ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ) ﺃﺭﺑﻌﺔ : ﺍﻹﺴﻼﻡ ﻮﺍﻟﺘﻤﻴﻴﺯ ﻮﺍﻟﻧﻗﺎﺀ ﻤﻦ ﺍﻟﺤﻴﺽ ﻮﺍﻟﻧﻔﺎﺱ ﻮﺍﻟﻮﻗﺖ ﺍﻟﻗﺎﺑﻝ ﻟﻟﺼﻭﻡ
ﻮﺍﻠﻠﻪ ﺃﻋﻠﻡ

“Dari A’isyah dan Ummi Salamah RA, sesungguhnya Nabi suatu saat masuk waktu Subuh dalam keadaan Junub karena Jima’. Kemudian beliau mandi dan beliau BERPUASA. Hadist disepakati sohihnya oleh Imam Bukhory dan Muslim



Kesohihan puasa orang yang belum mandi wajib ini adalah berdasarkan kepada apa yang pernah berlaku kepada Nabi s.a.w sebagaimana diriwayatkan iaitu :-

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ كان يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وهو جُنُبٌ من أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ

Ertinya : "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w dalam keadaan berjunub hasil bersama dengan isterinya semasa sampai waktu fajar (Subuh), kemudian baginda s.a.w mandi dan berpuasa pada hari tersebut " ( Riwayat Al-Bukhari, Bab As-Soim Yusbihu Junban, 2/679 ; Muslim, 2/779 )
Baca Selengkapnya >>

Rabu, 30 Januari 2013

505 : TERJEMAHAN KITAB WASHOYA AL ABA'I LIL ABNA'

oleh :Aryo Mangku Langit



Assalamu'alaikum

Warohmatullohi
Wabarokaatuh


Bismillah
alhamdullillah 

TERJEMAHAN KITAB WASHOYA AL ABA,I LIL ABNA'
================================= بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين. والصلاة والسلام على سيدنا محمد سيد الانبياء والمرسلين. وعلى اله وصحبه أجمعين.

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Baginda kita Muhammad, Pemimpin para Nabi dan Rasul. Dan juga kepada keluarganya dan semua sahabatnya.


وبعد: فهذه دروس أولية في الأخلاق المرضية. وضعتها لطلبة العلوم الدينية. وقد ضمنتها من الأخلاق ما يحتاج اليه طالب العلم في بداية أمره حتى اذا وفقه الله للتخلق بها كان مرجوا ان ينفعه الله بعلمه. وان ينفع به كثيرا من خلقه. والله ولي الرشاد والهادى الى الصراط المستقيم.


Selanjutnya: Buku ini adalah rangkuman pelajaran-pelajaran dasar tentang ahlak yang diridhai. Saya menulisnya untuk para pelajar yang mendalami ilmu-ilmu agama.

Dalam buku ini saya mengetengahkan ahlak yang dibutuhkan oleh para pelajar pemula. Sehingga diharapkan dengan ahlak dasar ini Allah subhanahu wata’ala memberinya taufiq/kemudahan dalam mengamalkannya serta diberikan kemanfaatan atas ilmunya.

Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk manusia banyak. Akhirnya, hanya Allah subhanahu wata’ala lah, satu-satunya Dzat yang memberi bimbingan serta petunjuk kepada jalan yang lurus.


المؤلف

Penulis

الدرس الأول

صيحة الأستاذ لتلميذه

يا بني : أرشدك الله ووفقك لصالح الأعمال انك منى بمنزلة الولد من أبيه : يسرنى أن اراك صحيح البنية, قوي الادراك, زكي القلب, مهذب الأخلاق, محافظا على الآداب, بعيدا عن الفحش في القول, لطيف المعاشرة, محبوبا من اخوانك, تواسى الفقراء, وتشفق على الضعفاء, تغفر الزلات, وتعفو عن السيئات, ولا تفرط في صلاتك, ولا تهمل في عبادتك ربك


Pelajaran Pertama


Nasehat Guru kepada Muridnya


Wahai Anakku!

Semoga Allah memberi petunjuk dan taufik kepadamu dalam melaksanakan amal saleh.

Engkau bagiku bagaikan seorang anak bagi ayahnya. Aku senang bila melihatmu sehat badannya, cerdas otaknya, bersih hatinya, mulia akhlaknya, santun prilakunya, jauh dari perkataan buruk, baik dengan teman-teman, disukai oleh teman-teman, menyayangi orang faqir, membantu orang lemah, mengampuni orang yang jahat, memaafkan kesalahan orang lain, tidak meninggalkan shalat dan tidak menggampangkan ibadah kepada Tuahnmu.



يا بني : ان كنت تقبل نصيحة ناصح فأنا أحق من تقبل نصيحته. أنا استاذك ومعلمك ومرب روحك. لا تجد احدا احرص على منفعتك وصلاحك مني.

Wahai Anakku!

Bila kamu mau menerima nasehat orang lain, maka akulah orang yang paling berhak kamu terima nasehatnya. Akulah ustadzmu, akulah gurumu dan akulah murabbi ruhmu. Kamu tidak akan mendapati orang yang paling menginginkan kebaikan dan kesuksesan kamu lebih dariku


من النصائح, واعمل به في حضورى وبينك وبين اخوانك وبينك وبين نفسك.

Wahai anakku!

Bagimu, aku adalah penasehat yang terpercaya. Ambillah semua nasehat yang aku berikan kepadamu. Laksanakanlah nasehat itu dikala kamu sedang berada dihadapanku, dikala kamu sedang bersama teman-temanmu dan dikala dalam kesendirianmu


يا بني : اذا لم تعمل بنصيحتى في خلوتك فقلما تحافظ عليها بين اخوانك.

Wahai anakku!

Bila kamu tidak melaksanakan nasehatku dalam kesendirianmu, maka sulit bagimu melaksanakan nasehat itu jika sedang bersama teman-temanmu


يا بني : اذا لم تتخذنى قدوة فبمن تقتدى؟ وعلام تجهد نفسك فى الجلوس أمامى؟

Wahai anakku!

Bila kamu tidak menjadikanku sebagai panutan? Maka siapa lagi panutanmu? Bagaimana perasaanmu bila sedang duduk dihadapanku


يا بني : ان الأستاذ لا يحب من تلاميذه الا الصالح المؤدب فهل يسرك أن يكون أستاذك ومربيك غير راض عنك, ولا طامع في صلاحك؟

Wahai anakku!

Sesungguhnya seorang guru tidak menginginkan muridnya kecuali menjadi seorang yang baik dan sopan. Maukah kamu tidak diridhai oleh gurumu atau tidak disukai oleh murabbimu? Maukah gurumu dan murabbimu tidak peduli lagi kepadamu


ايصال الخير اليك بالطاعة والامتثال لما امرك به من مكارم الأخلاق.

Wahai anakku!

Aku senang kamu menjadi seorang yang baik-baik. Banggakan aku dengan kebaikanmu, dengan ketaatanmu, dengan kesungguhanmu melaksanakan setiap perintah demi kemuliaan ahlakmu


وبين اخوانك واهله وعشيرته. فكن حسن الخلق يحترمك الناس ويحبوك

Wahai anakku!

Ahlaq yang baik adalah sebuah kebanggaan bagi dirinya, bagi teman-temannya dan bagi keluarganya. Maka jadilah kamu orang yang baik ahlaqnya, sehingga orang-orang akan memuliakanmu dan akan akan menyayangimu


علمك اضر عليك من جهلك, فان الجاهل معذور بجهله, ولا عذر للعالم عند الناس اذا لم يتجمل بمحاسن الشيم.

Wahai anakku!

Bila kamu tidak menghiasi ilmumu dengan ahlak yang mulia, maka kepandaianmu lebih membahayanku daripada kebodohanmu. Karena orang bodoh bisa dimaklumi sedangkan manusia biasanya tidak memaklumi orang pandai bila tidak memiliki ahlak mulia


يا بني : لا تعتمد على مراقبتى لك, فان مراقبتك لنفسك أفضل وأنفع لك من مراقبتى لك.

Wahai anakku!

Janganlah kamu tergantung pada pengawasanku. Karena pengawasan dari dirimu lebih utama dari pngawasanku padamu


يا بني : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان الله استخلص هذا الدين لنفسه ولا يصلح لدينكم الا السخاء و حسن الخلق ألا فزينوا دينكم بهما. (رواه : الطبران عن عمران بن حصين. واشار البويطى الى انه حديث ضعيف)

Wahai anakku!

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ان الله استحلص هذا الدين لنفسه ولا يصلح لدينكم الا السخاء وحسن الخلق ألا فزينوا دينكم بهما

Artinya: Sesungguhnya Allah memurnikan agama ini untuk diri-Nya. Tidak akan baik agamamu kecuali kamu berlaku dermawan dan berahlak baik. Maka hiasilah agamamu dengan kedua sikap tersebut


الدرس الثاني

في الوصية بتقوى الله

يا بنى : ان ربك يعلم ما تكنه في صدرك, وما تعلنه بلسانك, ومطلع على جميع اعمالك, فاتق الله. يا بنى- واخذر ان يراك على حالة لاترضيه.

Pelajaran Kedua

Wasiat Taqwa Kepada Allah

Wahai anakku!

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui isi hatimu, mengetahui ucapanmu dan mengawasi semua perbuatanmu. Maka bertaqwalah kepada Allah Wahai anakku! Dan upayakan jangan sampai Dia melihatmu melakukan perbuatan yang tidak disukai-Nya


اخذر ان يسخط عليك ربك الذى خلقك ورزقك ووهبك العقل الذى تتصرف به في سؤونك. كيف يكون حالك اذا اطلع عليك أبوك وأنت تفعل أمرا نهاك عنه؟ أما تخشى أن يشدد عليك العقوبة؟ فليكن حالك مع الله كذالك لأنه يراك من حيث لا تراه. فلا تفرط في شيئ امرك به, ولاتمدد يدك الى شيئ نهاك عنه.

Jagalah dirimu dari murka Tuhanmu, Dialah yang telah menciptakanmu, Dialah yang telah memberi rizki kepadamu dan Dialah yang memberimu akal sehingga kamu memanfaatkan akal tersebut untuk menyelesaikan masalahmu.

Bayangkan bagaimana perasaanmu bila ayahmu melihatmu melakukan suatu padahal dia telah melarangnya? Bukankah kamu merasa takut, ayahmu akan memberi hukuman kepadamu? Begitulah sebaiknya sikapmu kepada Allah, karena Allah selalu melihatmu meskipun kamu tidak melihat-Nya. Janganlah kamu meninggalkan perintah-Nya. Dan janganlah kamu menerjang larangan-Nya


يا بنى : ان ربك شديد العقاب, فاخذر –يا بنى- واتق غضبه وسخطه, ولا يغرنك حلمه فان الله يملى للظالم حتى اذا اخذه لم يفلته”.

Wahai anakku!

Sesungguhnya Tuhanmu amat kuat tamparan-Nya dan amat dahsyat azab-Nya. Maka takutlah -Wahai anakku!-. Jagalah dirimu dari murka-Nya. Janganlah kamu terbuai oleh bijaksana-Nya. Karena Allah telah menyiapkan siksaan bagi orang yang zalim, sehingga bila siksaan itu telah menimpanya, dia tidak bisa menghindar darinya


يا بنى : ان في طاعة الله من اللذة والراحة ما لا يعرف الا بالتجربة –فيا بنى- استعمل طاعة مولاك على سبيل التجربة أياما لتدرك هذه اللذة, وتشعر بهذه الراحة وتعلم اخلاصى لك في النصيحة.

Wahai anakku!

Sesungguhnya didalam ketaatan kepada Allah terdapat suatu kenikmatan dan ketenangan. Dimana kenikmatan dan ketenangan itu diperoleh bila melalui suatu ujian/cobaan. Oleh karena itu Wahai anakku! Lewatilah ujian-ujian ketaatan kepada Rajamu beberapa hari dulu agar kamu bisa mendapatkan kelezatan ini, agar kamu bisa merasakan ketenangan ini dan kamu baru tahu betapa ihlasnya nasehatku


يا بنى : انك ستجد في طاعة الله ثقلا على نفسك أول الأمر فاحتمل هذا الثقل, واصبر عليه, حتى تصير الطاعة عندك من العادات التى تألفها.

Wahai anakku!

Sesungguhnya dirimu akan menjumpai keletihan dan kecapaian dalam melakukan ketaatan sewaktu pertama memulai. Maka bertahanlah dalam keletihan dan kecapaian ini. Bersabarlah menerima hal ini sampai ketaatan menjadi kebiasaan/pola hidupmu


تتعلم القراءة والكتابة, وتؤمر بحفظ القران الكريم غيبا ألم تكن اذ ذاك تكره المكتب والمعلم, وتتمنى ان تكون مطلق السراح فها انت اليوم قد بلغت الدرجة التى عرفت بها فائدة الصبر على التعلم في المكتب, وعلمت أن معلمك كان ساعيا في مصلحتك.

Wahai anakku!

Lihatkah dirimu sewaktu belajar di Sekolah Dasar. Kamu belajar membaca dan menulis, kamu diwajibkan menghafal alquranul karim diluar kepala. Bukankah waktu itu kamu merasa tidak senang dengan Sekolah dan juga tidak suka kepada guru, kamu waktu itu berharap ingin keluar dan bersantai-santai saja. Kini kamu telah melewati sekolah dasar itu. Kamu pun tahu manfaat kesabaran sewaktu belajar di Sekolah Dasar. Kamu pun sekarang tahu bahwa gurumu menyuruh demi kebaikanmu


فيا بنى : اسمع نصيحتى, واصبر على طاعة الله كما صبرت على التعلم في المكتب وسوف تعلم فائدة هذه النصيحة وتظهر لك جليا اذا ساعدتك العناية الالهية على العمل بنصيحة استاذك.

Wahai anakku!

Dengarkan nasehatku, bersabarlah dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah sebagaimana kesabaranmu sewaktu belajar di Sekolah. Kamu akan tahu manfaat nasehatku dan akan muncul kebesaranmu bila kamu dibantu oleh pertolongan ilahi dalam melaksanakan nasehat gurumu


يا بنى : اياك أن تنظن أن تقوى الله هي الصلاة والصيام ونحوهما من العبادات فقط: ان تقوى الله تدخل في كل شيئ فاتق الله في عبادة مولاك. لا تفرط فيها. واتق الله في اخوانك: لا تؤذ أحدا منهم. واتق الله في بلدك : لا تخنه ولا تسلط عليه عدوا. واتق الله في نفسك لا تهمل في صحتك, ولا تتخلق بسوى الأخلاق الفاضلة.

Wahai anakku!

Janganlah mengira bahwa Taqwa kepada Allah hanya sebatas melaksanakan shalat, puasa dan yang sama dengan keduanya saja. Ajan tetapi taqwa kepada Allah berada dalam segala hal. Bertaqwalah kepada Allah dalam beribadah kepada Tuhanmu, janganlah kamu meninggalkannya. Bertaqwalah kepada Allah dalam pertemanan, jangan kamu sakiti satupun dari mereka. Bertaqwalah kepada Allah dalam bernegara, jangan kamu berkhianat dan jangan berkolaborasi dengan musuh. Bertaqwalah kepada Allah dalam dirimu sendiri, janganlah kamu sia-siakan kesehatanmu dan janganlah berprilaku selain prilaku dengan ahlak mulia


يا بنى : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم”اتق الله حيثما كنت, وأتبع السيئة الحسنة تمحها, وخالق الناس بخلق حسن.

Wahai anakku!

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada. Iringilah kejelekan dengan kebaikan yang akan menghapusnya. Dan berahlaklah kepada manusia dengan ahlak yang baik.
===========================
WALHAMDULILLAAHIROBBIL'AALAMIIN


link Ngaji :

http://www.facebook.com/groups/kasarung/544114132279996
Baca Selengkapnya >>

504 : HUKUM DUDUK DI ATAS KUBURAN

PERTANYAAN


IsTi Tie'tie

assalamualaikum..

bolehkah duduk diatas nisan waktu ziarah kubur???

suwun jawabanyya..



JAWABAN


Sunde Pati


wa'alaikum salam

menginjak kubur,bersandar dikubur (nisan) dan duduk diatas kubur dan menyalakan api didekat kubur hukumnya makruh

الحاوى الكبير ـ الماوردى (3/ 134)

فَصْلٌ : يُكْرَهُ الْوَطْءُ عَلَى الْقَبْرِ ، وَالِاسْتِنَادُ إِلَيْهِ ، وَالْجُلُوسُ عَلَيْهِ ، وَإِيقَادُ النَّارِ عِنْدَهُ لِنَهْيِ رَسُولِ اللَّهِ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ لَهُ مِنَ الْمَشْيِ عَلَيْهِ ، خَلَعَ نَعْلَهُ مِنْ رِجْلِهِ ، وَمَشَى مَا أَمْكَنَ ، وَرُوِيَ أَنَّ النَّبِيَّ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} كَانَ يَمْشِي بَيْنَ الْقُبُورِ ، فَرَأَى رَجُلًا يَمْشِي بَيْنَ الْمَقَابِرِ بِنَعْلَيْهِ ، فَقَالَ : " يَا صَاحِبَ السِّبْتَيْنِ اخْلَعْ سِبْتَيْكَ " قَالَ : فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَإِذَا بِرَسُولِ اللَّهِ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} فَخَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا





Siroj Munir

Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh

Hadits diatas menjelaskan tentang pelarangan duduk diatas kuburan kecuali dalam keadaan dhorurot. Duduk diatas kuburan yang dimaksud dalam pelarangan tersebut adalah duduk pada tempat yang mengarah pada mayit yang berada didalam kuburan. Larangan ini berlaku untuk semua kuburan orang yang beragama Islam. Adapun hikmah dari pelarangan ini adalah karena hal tersebut merusak kehormatan mayit, sedangkan seorang musli, meskipun sudah meninggal tetap harus dihormati.

Sedangkan duduk diatas kuburan orang murtad, orang zindiq, kafir harbi dan kafir dzimmi tidak dilarang, sebab mayit mereka tidak dimuliakan (ghoirul muhtarom). Hanya saja sebaiknya hal tersebut dihindari untuk menjaga diri dari perlakuan jahat dari orang-orang yang masih hidup, semisal keluarganya atau teman dekatnya apabila mengetahui hal tersebut.

Begitu juga tidak dilarang duduk diatas kuburan yang diperkirakan mayit yang berada didalamnya sudah tidak tersisa lagi bagian-bagian tubuhnya.

Yang masih menjadi perselisihan antara ulama' madzhab syafi'i adalah tentang status pelarangan tersebut. Berdasarkan penjelasan Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm dan juga mayoritas ashhab syafi'i pelarangan ini mengarah kepada hukum makruh, karena itulah pendapat ini dinyatakan sebagai pendapat mu'tamad dan masyhur dalam madzhab syafi'i, pendapat ini pula yang ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Roudlotut Tholibin.

Sedangkan menanggapi hadits yang menjelaskan ancaman keras bagi orang yang duduk diatas kuburan dalam hadits ;

لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ، فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ

“Seandainya salah seorang dari kalian duduk di atas bara api hingga (bara api itu) membakar pakaiannya sampai mengenai kulitnya itu adalah lebih baik daripada dia duduk di atas kuburan”. (Shohih Muslim no. 971)

Hadits tersebut dita'wil, bahwa ancaman tersebut diberlakukan bagi orang yang duduk diatas kuburan untuk buang air (berak atau kencing) yang diharamkan menurut ijma' (kesepakatan ulama').

Tapi, banyak juga ulama' madzhab syafi'i yang berpendapat bahwa hukum duduk diatas kuburan adalah harom. Imam Nawawi sendiri dalam kitab Syarah Shohih Muslim dan Riyadhus Sholihin juga menyatakan bahwa hukumnya harom  berdasarkan dhohir dari hadits yang melarang duduk diatas kuburan.

Ringkasnya, hadits diatas menjelaskan tentang larangan duduk diatas kuburan seorang muslim. Sebagian ulama' menyatakan hukumnya makruh, dan sebagian lainnya menyatakan hukumnya harom. Wallohu a'lam.



Referensi ;
1. Al-Majmu', Juz : 5  Hal : 312
2. Syarah Al-Mahalli Alal minhaj, Juz : 1  Hal : 305
3. Tuhfatul Muhtaj, Juz : 3  Hal ; 174-175
4. Nihayatul Muhtaj, Juz : 3  Hal : 12
5. Mughnil Muhtaj, Juz : 2  Hal : 41
6. Roudlotut Tholibin, Juz : 2  Hal : 139
7. Syarah Nawawi Ala Muslim, Juz : 7  Hal ; 27
8. Riyadhus Sholihin, Hal : 489

Ibarot :

Al-Majmu', Juz : 5  Hal : 312
قال المصنف رحمه الله : ولا يجوز الجلوس علي القبر لما روى أبو هريرة رضي الله عنه قال " قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لان يجلس أحدكم علي جمرة فتحرق ثيابه حتي تخلص إلى جلده خير له من أن يجلس علي قبر " ولا يدوسه من غير حاجة لان الدوس كالجلوس فإذا لم يجز الجلوس لم يجز الدوس فان لم يكن طريق الي قبر من يزوره الا بالدوس جاز له لانه موضع عذر ويكره المبيت في المقبرة لما فيها من الوحشة
الشرح : حديث أبي هريرة رواه مسلم واتفقت نصوص الشافعي والأصحاب على النهي عن الجلوس على القبر للحديث المذكور لكن عبارة الشافعي في الأم وجمهور الأصحاب في الطرق كلها أنه يكره الجلوس وأرادوا به كراهة التنزيه كما هو المشهور في استعمال الفقهاء وصرح به كثيرون منهم وقال المصنف والمحاملي في المقنع لا يجوز فيحمل أنهما أرادا التحريم كما هو الظاهر من استعمال الفقهاء قولهم لا يجوز ويحتمل أنهما أرادا كراهة التنزيه لأن المكروه غير جائز عند الأصوليين

Syarah Al-Mahalli Alal minhaj, Juz : 1  Hal : 305

ولا يجلس على القبر ) ولا يتكأ عليه ( ولا يوطأ ) أي يكره ذلك إلا لحاجة بأن لا يصل إلى قبر ميته إلا بوطئه , قال في الروضة : وكذا يكره الاستناد إليه , قال صلى الله عليه وسلم { لا تجلسوا على القبور ولا تصلوا إليها } رواه مسلم

Tuhfatul Muhtaj, Juz : 3  Hal ; 174-175

ولا يجلس على القبر) الذي لمسلم ولو مهدرا فيما يظهر ولا يستند إليه ولا يتكأ عليه وظاهر أن المراد به محاذي الميت لا ما اعتيد التحويط عليه فإنه قد يكون غير محاذ له لا سيما في اللحد ويحتمل إلحاق ما قرب منه جدا به لأنه يطلق عليه عرفا أنه محاذ له (ولا يوطأ) احتراما له إلا الضرورة كأن لم يصل لقبر ميته وكذا ما يريد زيارته ولو غير قريب فيما يظهر أو لا يتمكن من الحفر إلا به والنهي في هذه كلها للكراهة وقال كثيرون للحرمة واختير لخبر مسلم المصرح بالوعيد عليه لكن أولوه بأن المراد القعود عليه لقضاء الحاجة

Nihayatul Muhtaj, Juz : 3  Hal : 12

والحكمة في عدم الجلوس ونحوه توقير الميت واحترامه، وأما خبر مسلم أنه - صلى الله عليه وسلم - قال «لأن يجلس أحدكم على جمرة فتخلص إلى جلده خير له من أن يجلس على قبر» ففسر الجلوس عليه بالجلوس للبول والغائط. ورواه ابن وهب أيضا في مسنده بلفظ: «من جلس على قبر يبول عليه أو يتغوط» . وهو حرام بالإجماع، أما غير المحترم كقبر مرتد وحربي فلا كراهة فيه، والظاهر أنه لا حرمة لقبر الذمي في نفسه لكن ينبغي اجتنابه لأجل كف الأذى عن أحيائهم إذا وجدوا، ولا شك في كراهة المكث في مقابرهم ومحل ما مر عند عدم مضي مدة يتيقن فيها أنه لم يبق من الميت شيء في القبر، فإن مضت فلا بأس بالانتفاع به

Mughnil Muhtaj, Juz : 2  Hal : 41

ولا يجلس على القبر) المحترم ولا يتكأ عليه ولا يستند إليه (ولا يوطأ) عليه إلا لضرورة كأن لا يصل إلى ميته أو من يزوره وإن كان أجنبيا كما بحثه الأذرعي أو لا يتمكن من الحفر إلا بوطئه لصحة النهي عن ذلك، والمشهور في ذلك الكراهة وهو المجزوم به في الروضة وأصلها. وأما ما رواه مسلم عن أبي هريرة - رضي الله تعالى عنه - أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «لأن يجلس أحدكم على جمرة فتخلص إلى جلده خير له من أن يجلس على قبر» ففسر فيه الجلوس بالحدث وهو حرام بالإجماع، وجرى المصنف في شرح مسلم وفي رياض الصالحين على الحرمة أخذا بظاهر الحديث، والمعتمد الكراهة. وأما غير المحترم كقبر حربي ومرتد وزنديق فلا يكره ذلك، وإذا مضت مدة يتيقن أنه لم يبق من الميت في القبر شيء فلا بأس بالانتفاع به

Roudlotut Tholibin, Juz : 2  Hal : 139

فصل : القبر محترم توقيرا للميت، فيكره الجلوس عليه

Syarah Nawawi Ala Muslim, Juz : 7  Hal ; 27

قال أصحابنا تجصيص القبر مكروه والقعود عليه حرام وكذا الاستناد إليه والاتكاء عليه

Riyadhus Sholihin, Hal : 489

باب تحريم الجلوس عَلَى قبر
عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لأنْ يَجْلِسَ أحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ، فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ. رواه مسلم


http://fiqhkontemporer99.blogspot.com/2012/12/hukum-duduk-diatas-kuburan.html

Baca Selengkapnya >>

Guru Atheis VS Murid Cerdas

oleh :Dwi Handoko


Guru Atheis VS Murid Cerdas

Seorang guru memanggil muridnya yang bernama Huda: “Coba kamu maju ke depan..”

Huda kemudian maju ke depan: “Ya bu..”
Gurunya mulai bertanya: “Apa kamu percaya adanya Tuhan..?”
Huda menjawab: “Saya percaya adanya Tuhan dan saya sangat yakin dengan adanya Tuhan..”
Gurunya mulai mendoktrin: “Kalau kamu percaya adanya Tuhan, coba kamu berdoa minta sepotong roti kepada Tuhan.. Dan kalau memang Tuhan itu ada pasti kamu akan diberinya roti..”
Huda kemudian berdoa: “Ya Tuhan berikanlah saya sepotong roti..”
30 menit berlalu dan roti yang diminta oleh Huda tak kunjung tiba, gurunya pun tersenyum: “Tuh betulkan kalau Tuhan itu tidak ada, buktinya kamu hanya minta sepotong roti tidak dapat..”
Huda membalas senyuman gurunya: “Kenapa Tuhan tidak mau memberikan saya roti karena Tuhan itu Maha Tahu.. Perut saya sudah kenyang makan 2 piring lontong sayur, kalau Tuhan memberikan saya roti akan sia-sia saja tidak saya makan bu..”
Gurunya senyum kecut.
Baca Selengkapnya >>

RESEP MERAMU HIDUP

oleh :Dwi Handoko


Resep Meramu Hidup


Dengan ontelnya yang sudah usang, lelaki paruh baya itu berusaha menjajakan dagangannya, dari satu warung ke warung lainnya yang berjarak 30-an kilometer. Kelebatan kendaraan bermotor roda dua yang disaksikannya berseliweran tiap hari di hadapannya, sama sekali tak memikat di hatinya. Laju sepeda motor yang tentu lebih cepat dibanding sepeda tuanya, sama sekali tidak menggiurkannya. Dia lebih asyik menikmati ontelnya yang sudah berjasa
menghidupi anak dan istrinya selama belasan tahun dengan berjualan kerupuk
itu.
Langkah sepedanya yang pelan, ternyata mewujud pula dalam perilakunya yang kalem dan tenang. Itulah yang terjadi manakala waktu shalat tiba, Zhuhur atau Ashar. Entah kerupuknya masih menggunung setinggi 1,5 meter, maupun
setengahnya, dia selalu singgah di masjid. Bahkan, lima atau 10 menit sebelum tiba waktu shalat, dia sudah duduk tafakur di rumah Allah itu, menanti azan
dikumandangkan. Sesungging senyum, dia tebarkan manakala berjumpa dengan orang lain. Dari perilakunya, sama sekali tak terlihat gaya orang yang sedang dikejar setoran.
Setelah menunaikan shalat, biasanya seusai shalat Zhuhur, lalu bakdiah Zhuhur, dia mengambil posisi di sudut masjid. Kemudian pria yang rambutnya sebagian telah memutih itu pun merebahkan tubuhnya seenaknya. Tidur, berbantalkan handuk kecil yang biasa melingkari lehernya. Kalau ada kipas angin masjid yang dihidupkan, biasanya dia mengambil tempat di bawahnya. Mungkin agar terasa lebih sejuk dan membangkitkan pulasnya
tidur. Tapi, dia sendiri tak pernah kelihatan menghidupkan kipas angin tersebut. Dia menyadari benar etika seorang musafir, kendati jamaah atau mukimin di situ sudah menganggap dia sebagai bagian dari jamaah masjid karena seringnya ikut shalat berjamaah, terutama Zhuhur dan
Ashar.
Setelah shalat dan tubuh kembali fresh, dia kembali mengayuh sepedanya untuk mencari karunia Ilahi di muka bumi. Entah, berapa warung lagi yang harus dia datangi dan tawari kerupuknya. Jam berapa pula dia kembali pulang, menemui keluarga tercintanya. Selain lelaki ini telah berjasa pada negeri, yang telah menciptakan lapangan pekerjaan, meski hanya untuk dirinya sendiri.
Namun, pelajaran yang tak kurang nilainya adalah bagaimana dia membingkai dan meramu hidup ini dengan indahnya. Bagaimana dia merangkai aktivitas hariannya menjadi sebuah paduan harmoni yang manis dalam konteks ibadahnya pada Allah, baik secara vertikal maupun horizontal. Lelaki sederhana ini mengajarkan banyak hal; tentang kesederhanaan, tawakal, sikap tidak tergopoh-gopoh (karena itu datang dari setan), tidur siang agar bisa qiyamullail (bangun malam), shalat di awal waktu dan berjamaah, serta tentang
manajemen waktu. Banyak ayat Alquran yang menerangkan pentingnya hal-hal
tersebut di atas. Salah satunya surah al- Ashr yang bercerita soal waktu.
Ketika banyak orang kacau-balau dan tidak tepat waktu dalam shalatnya, dengan dalih banyak pekerjaan atau waktu mepet, lelaki sederhana ini justru piawai sekali dalam menjadikan waktu-waktu shalat sebagai pemandu dari aktivitas hariannya.
Oleh: Makmum Nawawi.
Baca Selengkapnya >>

Selasa, 29 Januari 2013

503 : HARI, BULAN DAN AMALAN PALING BAIK

PERTANYAAN


Jumadi Al-Ngawi


Assalamu'alaikum....,

Numpang lewat , dulu pernah ada pertanyaan dengan teman, cuma dengar sekilas aja...., siapa tau ada yang paham kisahnya, pertanyaannya

1. Hari apa yang paling baik?
2. Bulan apa yang paling baik?
3. Amal apa yang paling baik?



JAWABAN


Blekok Bertaubat


wa'alaikum salam

Ibnu ‘Abbas atau Abdullah bin Abbas pernah ditanya tentang tiga hal yang palingbaik menurut dia. Yaitu hari, bulan, dan amalan yang paling baik. Ketika di tanya tentang ketiga hal itu, Ibnu ‘Abbas menjawab: “Hari yang paling baik adalah hari Jum’at, sedangkan bulan yang paling baik adalah bulan Ramadhan, dan yang ketiga amalan yang paling baik adalah menjalankan shalat fardhu tepat pada waktu utamanya.”
Jawaban yang diberikan oleh Ibnu ‘Abbas ini sampai ke telinga Ali bin Abi Thalib Karramahullaahu Wajhah. Lantas ‘Ali Karramahullaahu Wajhah berkata, memang jika para ulama, hukama, atau fuqaha di mana saja berada jika ditanya tentang ketiga hal tersebut, mereka akan menjawab seperti apa yang dijawab oleh Ibnu ‘Abbas. Sedangkan aku memiliki jawaban yang berbeda dari pertanyaan tersebut, akuakan menjawab:
Pertama , amal yang paling baik adalah amal yang diterima oleh Allah SwT.
Kedua , bulan yang paling baik adalah bulan yang di dalamnya engkau bertobat kepada Allah dengan tobat nashuha.
Ketiga , sebaik-baik hari adalah saat engkau pergi meninggalkan dunia dan kembali kepada Allah dalam keadaan beriman kepada-Nya.
Jika kita renungkan jawaban Sayyidina Ali bin Abi Thalib ini memang tepat dengan realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Jawaban yang pertama, amal yang paling baik adalah amal yang diterima oleh Allah SwT. Jika kita sudah bersusah payah melakukan amal perbuatan tetapi kemudian amal itu tidak diterima Allah SwT, maka amal tersebut menjadi amal yang sia-sia.
Jawaban yang kedua memang betul bulan yang paling baik adalah bulan Ramadhan, karena dalam bulan ini cucuran rahmat yang Allah SwT berikan kepada hamba-Nya yang melaksanakan amal shalih tidak terhingga jumlahnya. Tetapi banyak juga saudara kita yang masih enggan melaksanakan puasa ramadhan serta amalan yang shalih dalam bulan Ramadhanini. Maksiat terus dijalankan, meskipun AllahSwT sudah menyiapkan ganjaran pahala dan rahmat yang sangat besar. Malahan banyak yang meninggal secara tragis dalamkeadaan bermaksiat kepada Allah SwT pada bulan ini.
maka dari itu, Sayyidina Ali memberikan jawaban bulan yang paling baik adalah bulan di mana orang bertobat dengan tobat nashuha, yaitu hatinya menyesali dosa yang pernah dilakukan, lisannya memohon ampunan Allah SwT, serta raganya berhenti dari segala macam perbuatan dosa dan berjanji tidak akan melakukan lagi kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SwT baik dalam keadaan sendiri maupun dalam keadaan bersama dengan orang lain.
Dan jawaban ketiga Sayyidina Ali r.a., bahwa sebaik-baik hari adalah saat engkau pergi meninggalkan dunia yang fana ini dankembali kepada Allah SwT dalam keadaan beriman kepada-Nya atau meninggalnya dalam keadaan khusnul khatimah.
Tanda-tanda meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, seperti meninggal dengan mengucapkan kalimat syahadat. Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang pada akhir kalimatnya mengucapkan La ilaaha illallaah maka ia dimasukkan ke dalam surga” (HR. Hakim).
Meninggal dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah. Rasulullah Saw bersabda:
"Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam adalah lebih baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (shalat) pada malam harinya. Apabila ia mati, maka mengalirkan pahala amalannya yang dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari siksa kubur (fitnah kubur)" (HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
"setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya kecuali orang yang mati dalam berjaga-jaga dijalan Alllah, maka amalannya dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta terjaga dari fitnah kubur" (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad).
Jawaban yang disampaikan oleh Ibnu Abbasdan Syyidina Ali bin Abi Thalib keduanya benar, karena keduanya bersandar kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Mudah-mudahan ini dapat menjadi renungan kita hari ini untuk terus beribadah, beramal shalih, dan menjaga keimanan kepada Allah SwT. Karena kita tidak tahu kapan kedatangan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa kita. Wallaahua’lam.
Baca Selengkapnya >>

Senin, 28 Januari 2013

502 : MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM DARIPADA KEPENTINGAN PRIBADI

PERTANYAAN


Syaifuddin Syaifuddin



Assalamu'alaikum wr wb "utamakan kepentingan umum atau pribadi"
itu salah satu pertanyaan temanku sebagai seorang perawat di Rumah Sakit. ketika ia bertugas di UGD sebuah RS, sedangkan waktu itu ada pasien yg kritis dan perlu di operasi dan waktu sholat ashar da mau habis. utamakan sholat atau menolong Pasien?


JAWABAN

Mbah Pardan Milanistie


wa'alaikum salam

nderek urun rembug..
ada Qo'idah Ushul Fiqh ...
Daf'ul mafsadah muqoddamun 'ala jalbil masholih.
menolak kerusakan harus di dahulukan dari pada menarik kebaikan.

"Pada hari terjadinya Perang Khandaq, Umar
bin Khatab r.a. datang kepada Rasulullah Saw
dan berkata, 'Ya Rasulullah, ketika matahari
hampir terbenam (hampir waktu maghrib) aku
masih melakukan shalat Ashar,' Nabi
menjawab, 'Demi Allah, aku sendiri belum
melakukan shalat Ashar.' Lalu, kami berdiri dan
berangkat kr Buthan. Di sana, beliau berwudlu
untuk melakukan sholat Ashar dan kami pun
berwudlu untuk melaksanakannya. Beliau
melakukan shalat Ashar setelah matahari
terbenam (setelah masuk waktu maghrib),
kemudian setelah itu beliau melaksanakan
sholat Maghrib." (H.R. Bukhari dan Muslim dari
Jabir bin Abdullah r.a.)
Seseorang boleh mengakhirkan sholat atau
melakukan sholat pada waktunya akibat
beberapa sebab; bisa karena lupa, tertidur,
atau karena kondisi di luar kemampuan. Hal ini
telah diantisipasi oleh Nabi Saw, sebagaimana
tercermin dalam sabda beliau, "Tidak akan
dicatat sesuatu dari umatku karena lupa,
kesalahan, dan karena terpaksa." (H.R.
Thabrani, Dharaquthni, Hakim, dan Baihaqi).
Maksudnya, Allah tidak akan memberikan sanksi
kepada orang yang tidak sholat, tidak puasa,
dan tidak ibadah lainnya karena lupa atau
karena terpaksa oleh keadaan.
dari keterangan di atas dapt kita ambil kesimpulan bahwasannya boleh mengakhirkan sholat karena dalam keadaan tingkah dhorurot(terpaksa) yang dalam batasan tidak dalam kemaksiatan.
Wallohu a'lam
Baca Selengkapnya >>

501 : HUKUM INFOTAIMEN GOSIP

PERTANYAAN

Nunu Nurul Qomariyah


Assalamu'alaikum
pertanyaan iseng

bagaimana ya hukumnya jadi wartawan gosip, yang tiap hari kerjaanya mengupas aib / kesalahan orang / artis?

Sugeng sonten ^_^


JAWABAN

Sunde Pati


wa alaikum salam

Hukum gosip/memuat aib orang lain tersebut adalah Haram, kecuali jika tidak dinyatakan orangnya atau mereka tergolong orang yang boleh dibuka rahasianya menurut syara’ seperti kafir haroby atau orang fasiq yang menampakkan kefasikannya, dengan tujuan agar dengan hal tersebut dapat menjauhkan masyarakat (para pembaca) dari pembuatan itu.

وهى اى الغيبة ذكرك ولو بنحو اشارة غيرك المحصور المعين ولو عند بعض المخاطبين بما يكره عرفا. (قوله ولو بنحو اشارة) دخل تحت نحو الغمز والكتابة والتعرض (قوله غيرك) والمراد بالغير ما يعم المسلم والذمى -إلى أن قال- واما الحربى فليس بمحرم (قوله المحصور المعين) وخرج بذلك غير المعين كان يذم البخلاء او المتكبرين او المرائين ويتعرض لهم بالتنقيص من غير تعيين احد منهم فهذا لايعد غيبة، -إلى أن قال- (واعلم) ان اصل الغيبة الحرمة، وقد تباح لغرض صحيح شرعى لايتوصل اليه الا بها وينحصر فى ستة اسباب وقد تقدم الكلام عليها لكن يحسن ذكرها هنا ايضا وهى التظلم فلمن ظلم بالبناء للمجهول ان يشكو لمن يظن ان له قدرة على ازالة ظلم او تخفيفه والاستعانة على تغيير منكر يذكره لمن يظن قدرته على ازالته -إلى أن قال- وتحذير المسلمين من الشر ونصحهم كجرح الرواة والشهود والتجاهر وبالفسق فيجوز ذكر المتجاهر بما تجاهر به دون غيره

I’anatut Tholibin, juz IV, hal. 284
======

قال الغزالى وحد النميمة كشف ما يكره كشفه سواء كان الكشف بالقول او بالكتاب او بالرمز او بالايماء -إلى أن قال- بل حقيقة النميمة افشاء السر وهتك الستر عما يكره كشفه بل كل ما رآه الانسان من احوال الناس فينبغى ان يسكت عنه الا فى حكايته فائدة لمسلم او دفع لمعصية

Syarah Sullam Taufiq, hal. 68
=======

(ومنها الفرح بالمعصية) والرضا بها سواء صدرت (منه او صدرت من غيره) من خلق الله، لان الرضا بالمعصية معصية بل هو من الكبائر كما فى الزواجر

Is’adur Rofiq, juz II, hal. 50

Baca Selengkapnya >>

500 : TIPS MENGATASAI RASA MALAS MUROJA'AH ALQUR'AN

PERTANYAAN

Bidadari Suci Dibuatmenangis


ada yang punya tips untuk mengatasi rasa malas untuk murojaah hafalan alquran....




JAWABAN

Aryo Mangku Langit


Assalamu'alaikum

Bismillah;
1-menjaga pola makan
hindari makanan Haram-subhat.
Ini sepele namun sangat berpengaruh terhadap pola fikir dan kemauan seseorang.
Sebab bagi yang suka makan yg tidak halal,subhat atau bahkan haram dapat menimbulkan rasa Kaslan/malas.
2-bagi santri baniin,
hindari berjalan di belakan wanita.
Ini juga sepele,
namun jika hal ini tidak di perhatikan maka akan mengakibatkan tumpulnya daya hafal dan menyebabkan rasa kaslan/malas(saya sendiri pernah mengalami)


Bismillah
Untuk membangitkan Rasa Ghiroh muroja'ah,
ini berkaitan langsung dengan azam/sinejo gati/kebulatan tekad.
Jika hal ini bisa kita tanamkan secara murosikhoh fil qolbiy
saya yakin hal ini akan mudah terwujud

disisi lain harus punya sifat iri,
dalam artian iri yang membangun.
Jika si fulan sehari bisa menghafal 10 ayat,
lantas kenapa saya tidak??
Dari sinilah akan muncul fastabiqul khoiroot
(ini juga pengalaman pribadi)


Selanjutnya Ojo Pacaran disek yen Niyate urung paripurno.
Kata Ibukku dulu;
nuqil dari maqolah;
AL MAR'ATU TSAMUD-DUNYA
(ini juga pengalaman pribadi)



Bidadari Suci Dibuatmenangis


pak aryo mksih bgtt nasehat pean ngepasi,sesuai smuanya... monggo pak takteni nasehat2 yg lain




Siti Rohmah



ingatlah akan k2 orang tuamu dek.
Alloh akan memakaikan jubah kemuliyaan kpd k2 orang tua orang yg hafal al-qur'an.

Ingatlah.......
Ketika sang ibu terluka disaat kita menangis.
Ingatlah..........
Ketika sang ibu berusaha sekuat tenaga melakukan apapun demi kebahagiyaan kita.
Ingatlah.........
Ketika sang ibu rela meninggalkan tidur malamnya untuk mendo'akan kita, demi kesuksesan kita.
Ingatlah.......
Disetiap tetes butir air mata dalam do'a beliau.
Begitu juga dg sang bapak.
Ingatlah..........
Ketika terik matahari membakar tubuhnya, namun sang bapak tak pernah lelah demi kita.
Ingatlah........
Saat hujan kehujanan demi kita, demi kebahagiaan kita berharap agar hidup kita nanti lebih layak tdk seperti mereka.
Ingatlah........
Disaat kita menyakiti hati mereka, namun mereka tetap menyayangi kita setulus hati.

Subhanalloh.........
Maka demi Alloh
Seumur hidup kita berbakti kpd mereka, tdk cukup untk membalas budi mereka.

Lalu apa yg bisa kita lakukan untuk mereka???
Semangatlah................
Dan istiqomahlah
Karena al-istiqomah khoirun min alfi karomah

"istiqomah itu lebih baik dari pada seribu kemuliyaan''.

(mengikuti ustadz aryo: pengalaman pribadi juga)





Aryo Mangku Langit


Alhamdulillah
ukhty Bidadari
karena semua yng saya tulis adalah pengalaman Pribadi.

Dulu saat saya masih duduk di kelas 1 Wustho di salah satu pesantren di jember,
saya dan semua santri satu kelas berkewajiban menghafalkan nadhom Alfiyah Ibnu Maalik yang berjumlah 1002 nadhom.

Dan kami harus setor hafalan minimal 20 nadhom dalam satu minggu agar bisa khatam selama 2 tahun,

ceritanya pagi itu saya pergi kepasar mau belanja kebutuhan sehari-hari.
Kemudian saya jalan dengan di temani kang santri adik kelas saya.
Tiba-tiba saat saya sampai di depan pintu gerbang pondok putri(ketepatan jalan ke pasar harus lewat depan PP putri)
ada 3 santri banaat keluar dan kelihatnya juga mau ke pasar.
Jadi posisi kami berada tepat di belakang mbak santri tadi(-+5 meter-an)

bisa sampeyan bayangkan kondisi kami sebagai santri bila lihat mbak-mbak santri.
Karena selama nyantri nggak kenal cewek.
Jadi saat saya dan teman saya jalan di belakang mbak santri secara otomatis(maaf) saya melihat(maaf) kencet/tungkaknya bahkan (maaf) bokong/pantat mbak santri walaupan saya juga sempat mengucap istighfar.
Namun kejadian ini begitu cepat dan sangat berkesan
bahkan membekas dalam ingatan.

Singkat cerita malam selasa setelah jama'ah maghrib,
saya dan teman-teman santri lainya sudah standby di ndalemnya Romo yai untuk setoran hafalan alFiyah ibnu maalik(karena khusus alfiyah setoranya langsung pada Romo yai.)

Kebetulan jumlah santri alfiyah ada 48 orang putra-putri.
Dan kami di pisahkan oleh satir/kain pembatas saat hafalan.
Saya mendapatkan giliran no urut 6.
Dengan bismillah dan rasa percaya diri tiba giliran saya untuk maju setoran.
Alhamdulillah setiap minggu saya setor nggak kurang dari 40 nadhom.
Namun sungguh di luar dugaan.
Malam itu setelah saya ucapkan salam dan bismillah.
Mulut saya terkunci,
tak satupun saya ingat nadhom yg telah saya hafalkan selama satu minggu.
Saya meneteskan air mata,
teman-teman saya nggak ada yang percaya,
bhkan romo yai juga heran kenapa demikian??
Akhirnya malam itu dengan tertunduk malu saya di suruh berdiri di pojok'an sampai semua santri selesai hafalan.
Dan setelah jama'ah isyak saya di denda di rendam di kolam putri selama 1/2 jam sebagai konsekwensi karena gagal setoran hafalan..
Bayangkan betapa malunya saya malam itu
ahirnya saya sadar
ternyata benar bahwa al mar'atu tsamuddunya
duuhhh,,
goro-goro nyawang bokong lan kencete mbak santri semua jadi bencana yg memalukaaaannnnn
(kisah nyata pribadi saya)
Baca Selengkapnya >>

Minggu, 27 Januari 2013

499 : HUKUM MEMAKAN TELUR DARI HEWAN YANG DI HARAMKAN UNTUK DI MAKAN

PERTANYAAN


Hamba Sahaya



Assalamu'alaikum..
Mumpung inget,

Numpang tanya..
Bagaimana hukumnya memakan telur dr hewan yg telah di haramkan?
Contoh:telur burung rajawali dsb..
Matursuwun..



JAWABAN

Banie Abie Misyka

wa'alaikum salam

semua telur hukumnya halal dimakan selama tidak membahayakan tubuh

( قوله وكذا بيض ) معطوف على قوله وكذا بلغمأي فهو طاهر مثل المنيوقوله غير مأكول أي من حيوان طاهروعبارة الروض وشرحه والبيض المأخوذ من حيوان طاهر ولو من غير مأكول وكذا المأخوذ من ميتة إن تصلب وبزر قز ومني غير الكلب والخنزير طاهرةوخرج بما ذكر بيض الميتة غير المتصلب ومني الكلب وما بعده وشمل إطلاقه البيض إذا استحال دمااه بحذف( قوله ويحل أكله ) قال في التحفة ما لم يعلم ضرره

Ianatut tholibin juz 1 halaman 87


Ta'bir Raudhah dan Tuhfah adalah untuk JALLAALAH (hewan halal yang memakan kotoran manusia dan barang-barang najis) dengan catatan dagingnya berubah dari rasanya atau warnanya atau baunya. Dan yang haram bukan dagingnya saja termasuk anggota badan lainnya dan yang keluar darinya seperti susunya, telurnya, dll.


Saya kutipkan Tuhfah:

وإذا ظهر تغير لحم جلالة ) أي طعمه أو لونه أو ريحه كما ذكره الجويني واعتمده جمع متأخرون ومن اقتصر على الأخير أراد الغالب وهي آكلة الجلة بفتح الجيم أي النجاسة كالعذرة وقول الشارح وهي التي تأكل العذرة اليابسة أخذا من الجلة بفتح الجيم لا يوافق قول القاموس والجلالة البقرة تتبع النجاسات ثم قال والجلة مثلثة البعر والبعرة ا هـ . فتقييده باليابسةوقوله أخذا إلخ يحتاج فيه السند ( حرم ) أكله كسائر أجزائها وما تولد منها كلبنها وبيضها

WA IDZAA ZHAHARA TAGHAYYURULAHMI JALLAALATIN AIY THA'MUHUU AU LAUINUHUU AU RAIHUHUU ........ HARUMA AKLUHUU KASAA`IRI AJZAA`IHAA WA MAA TAWAALLADAMINHAA KALABANIHAA WA BAIDHIHAA

Sumber:http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=20&ID=10369


Adapun ta'bir kehalalan telur buaya dsb adalah sebagaimana yang ada dibawah sendiri, yaitu:


i'anah 1 : 87 وكذا بيض غير مأكول ويحل أكله على الأصح ، (قوله ويحل أكله) قال فى التحفة مالم يعلم ضرره


WA KADZAA BAIDHU GHAIRI MA`KUULIN WA YAHIKLLU AKLUHUU 'ALAL ASHAHHIQAULIHUU WA YAHILLU AKLUHUU QAALA FITTUHFATIMAA LAM YU'LAM DHARARUHUU begitu juga dihukumi suci telur hewan yang tidak boleh dimakan, dan halal memakannya menurut qaul ashahucapan mushannif dan halal memakannya, berkata Imam Ibnu Hajar dalam Tuhfah selagi tidak diketahui bahayanya.



Sebagai tambahan bisa dari Nihayatuzzain, untuk menegaskanhalalnya telur buaya dan elang namun menyatakan haramnya telur ular : فائدة: إذا فسد البـيض بحيث لا يصلح للتخلق فهو نجس، وكذا بـيض الميتة وما عدا ذلك طاهر مأكول ولو من حيوان غير مأ كول كالحدأة والغراب والعقاب والبومة والتمساح والسلحفاة ونحوها إلا بـيض الحيات

Faidah: ketika telur telah rusak, hingga tidak bisa berkembang hidup, maka hukumnya najis, demikian pula telur hewan yang telah mati (telur bangkai). Dan selain daripada itu hukumnya suci dan bisa dimakan meskipun dari hewan yang tidak bisa dimakan seperti rajawali, gagak, elang, burung hantu, buaya, kura-kura dan semisalnya kecuali telur dari golongan ular.


Wallaahu A'lam
Baca Selengkapnya >>

Sabtu, 26 Januari 2013

498 : JIKA IMAM BATAL BAGAIMANA DENGAN MAKMUM ?

PERTANYAAN


Syaifuddin Syaifuddin



Asalamu'alaikum wr wb
"Pertanyaanya"
Mohon bimbingan tentang tata cara pelaksanaan ketika SHOLAT BERJAMA'AH imamnya KENTUT" trimkasih wasalamu'alaikum wr wb

JAWABAN

Aryo Mangku Langit



wa'alaikumsalam
Warohmatullohi
Wabarokaatuh


Ketika Imam Batal(Kentut)Shalat makmum tidaklah menjadi batal karena batalnya sholat sang imam. Oleh karena itu ketika hal itu terjadi, makmum tidak boleh membatalkan sholatnya. Jika demikian maka makmum mempunyai dua langkah pilihan. Pertama makmum dapat meneruskan shalatnya dengan niat mufaraqah dari imam. Artinya makmum menerukan sholatnya secara sendirian (munfaridan) terpisah dari imam yang telah batal shalatnya. Kedua,makmum menyempurnakan shalat sampai selesai secara berjama’ah. Kalau mengambil alternatif terakhir kedua yang dipilih, maka harus ada istikhlaf. Itulah yang diterangkan dalam Bughyatul Mustarsyidin halaman 85.



Syaifuddin Syaifuddin


kang ustad@ klo kita pakai alternatif ke 2, makmum yg lebih berpeluang tuk menggantikan imam itu makmum yg soff/barisan sebelah mana?





Aryo Mangku Langit


Kang Syaifuddin>
dalam hal ini tidak memandang sebelah mana atau darimana
namun ada istilah Istikhlaf yaitu penunjukkan pengganti imam dengan imam lain, yang karna satu sebab imam pertama tidak bisa menyempurnakan shalatnya. Istikhlaf pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab hadits.

Proses terjadinya istikhlaf mempunyai dua kemungkinan: imam menunjuk pengganti atau para makmum menunjuk pengganti. Dapat pula seseorang dengan inisiatif sendiri maju menjadi imam. Penunjukan khalifah oleh makmum dilakukan dengan isyarat, tanpa menimbulkan perbuatan yang membatalkan shalat. Dan harus dilakukan secepatnya, langsung setelah imam batal.

Istikhlaf ini sebaiknya dilakukan dari pihak makmum. Jika imam menunjuk pengganti dan makmum menunjuk pengganti yang lain, maka pilihan makmum lebih diutamakan. Bukankah hak rakyat menentukan pemimpinnya? Disinilah nilai demokrasi yang tertanam dalam fiqih. (mausu’atul Islami: VI.148)
Baca Selengkapnya >>

497 : HUKUM MEMAKAN IKAN YANG MASIH HIDUP

PERTANYAAN


Nunu Nurul Qomariyah



Assalamu'alaikum
met weekend saudara Hudaku,

yuk kita diskusi

Pertanyaanya :
bagaimana Hukumnya memakan binatang yang masih hidup dan juga daging ikan mentah?




JAWABAN

Banie Abie Misyka



Wa 'alaikum salam warohmatulloh



Berdasarkan hukum, pada umumnya memakan ikan mentah tidak diharamkan dan darah yang masih tersisa di daging ikan bukanlah darah yang di haramkan, sebagai pengecualian.

Cuma kebiasaan masyarakat Melayu kita tidak memakan ikan mentah. Ulama Syafi'e dan Hanafi menganggap darah ikan tidak najis dan halal dimakan, karena pada konsepnya darah tidak lebih utama daripada bangkai. Oleh itu, jika bangkai ikan boleh dimakan tentu darahnya juga boleh. Bagaimanapun ulama Maliki dan Hanbali menganggapnya najis sebagaimana lazimnya darah.
Begitu juga dalam persoalan ikan yang mati tanpa sebab, Mazhab Hanafi berpandangan tidak boleh dimakan ikan ini karena termasuk bangkai. Berlainan dengan pandangan majoriti ulama yang lain iaitu segala haiwan yang hidup di air hukumnya boleh dimakan karena termasuk kategori ikan.
Dalil yang membolehkannya adalah nas Al-Qur'an surah al-Ma'idah, ayat 96 "Dihalalkan untukmu sekalian hewan buruan laut dan makanan laut", juga hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Tirmidzi dan lain-lainnya "laut, airnya mensucikan dan halal bangkainya" (هو الطهور ماؤه الحل ميتته) dan hadis Jabir yang menceritakan perjalanan pasukan perang Muslimin yang kehabisan makanan, kemudian mereka menemukan bangkai ikan paus lalu mereka beramai-ramai memakannya. Sesampai di Madina mereka pun menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah dan Beliau berkata "Makanlah rezeki yang dikeluarkan oleh Allah untuk kalian" (H.R. Bukhari dan Muslim).

Wallohu a'lam




Nunu Nurul Qomariyah

Kang Banie suwun kang, lha yen makan ikan yang masih hidup bagaimana kang?



Banie Abie Misyka


kalo makan hidup2, gak boleh... karena termasuk menyiksa...

إسعاد الرفيق ص 101
ومنها المثلة بالحيوان أي تقطيع اجزائه وتغيير خلقته وهي من الكبائر
اسم الكتاب: مسند الإمام أحمد ج 5 ص 528
حدّثنا عبدالله حدَّثني أبي حدثنا عبدالواحد الحداد أبو عبيدة عن خلف ـ يعني ابن مهران ـ حدثنا عامر الأحول عن صالح بن دينار عن عمرو بن الشريد قال: سمعت الشريد يقول: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلّم يقول: «من قتل عصفوراً عبثاً عج إلى الله عزَّ وجلَّ يوم القيامة منه يقول: يا رب إن فلاناً قتلني عبثاً ولم يقتلني لمنفعة

صحيح ابن حبان ج 5 ص 411
أخبرنا محمدُ بنُ عبد الرحمن السَّامِي ، قال: حَدَّثنا أحمدُ بنُ حنبل ، قال: حَدَّثنا أبو عبيدة الحدادُ ، عن خَلَفِ بنِ مِهران ، قال: حَدَّثنا عامِرٌ الأحَولُ ، عَنْ صَالح بنِ دينارٍ ، عن عمرِو بنِ الشريد قال: سَمِعْتُ الشَّرِيدَيقولُ: سمعتُ رسولَ الله يقولُ : «مَنْ قَتَلَ عُصْفُوراً عَبَثاً، عَجَّ إلى اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَقُولُ: يَا رَبِّ، إنَّ فلاناً قَتَلَنِي عَبَثاً وَلَمْ يَقْتُلْنِي مَنْفَعَةً

فيض القدير ج 6 ص 193
(من قتل عصفورا) بضم أوله ونبه بالعصفور لصغره على ما فوقه وألحق به تنزه المترفين بالاصطياد لا لأكل أو حاجة وفي رواية فما فوقها وهو محتمل لكونه فوقها في الحقارة والصغر وفوقها في الجثة والعظم (بغير حقه) في رواية حقها والتأنيث باعتبار الجنس والتذكير باعتبار اللفظ وحقها عبارة عن الانتفاع بها (سأله اللّه عنه) في رواية عن قتله أي عاقبه وعذبه عليه (يوم القيامة) تمامه عند مخرجه أحمد وغيره قيل: وما حقها يا رسول اللّه قال: أن تذبحه فتأكله ولا تقطع رأسه فترمى بها فما أوهمه صنيع المصنف من أن ما ذكره هو الحديث بتمامه غير صحيح وفي رواية للقضاعي وغيره من قتل عصفوراً عبثاً جاء يوم القيامة وله صراخ تحت العرش يقول رب سل هذا فيم قتلني من غير منفعة

السيل الجرار ج 4 ص 371
أقول إنما أجاز الله سبحانه لعباده صيد ما يصاد من الحيوانات والانتفاع بما ينتفع به من أهليها من أكل وغيره وجوز لهم قتل ما يقتل منها من الفواسق وما كان فيه إضرار بالعباد أو بأموالهم وأما الإغراء بينها فهو باب من أبواب اللعب والعبث وليس هو مما أباحه الله لأنه إيلام لحيوان بغير فائدة على غير الصفة التي أذن الله بها فهو حرام من هذه الحيثية وقد حرم الله العبث بالحيوان لغير فائدة كما أخرجه مسلم وغيره من حديث ابن عباس مرفوعا بلفظ لا تتخذوا شيئا فيه الروح غرضا وهكذا حديث من قتل عصفورا عبثا عج إلى الله يوم القيامة يقول يا رب إن فلانا قتلني عبثا ولم يقتلني منفعة وهو حديث مروي من طرق قد صحح الأئمة بعضها. ووجه الاستدلال بما ذكرنا وإن كان ليس بإغراء بين الحيوان أن صلى الله عليه وسلم قد نهى عن العبث الذي لا فائدة فيه والإغراء عبث لا فائدة فيه.
محاضرات الأدباء ومحاورات الشعراء والبلغاء لأبي الفرج الأصفهاني في الحد الرابع والعشرون في الحيوان
النهي عن المثلة بالحيوان والحث على تحسين الذبح: قال النبي صلى الله عليه وسلم: لعن الله من يمثل بالحيوان، ونهى أن تصبر البهيمة وأن يؤكل لحمها إذا ضرب. وقال أيضاً: لا تتخذوا الروح غرضاً. وقال: إن الله كتب الإحسان في كل شيء، فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة، وليحد أحدكم شفرته وليرح ذبيحته.

الحواشي المدنية ج 1 ص 30
(قوله ولا يجرح) اعتمده الشارح في كتبه وعبر في حاشيته على تحفة بقوله ولا يجوز امتحانها بشق بعض أجزائها خلافا للغزالي ومن تبعه على كثرتهم إلى آخر ما أطال به، وفي الإمداد: اللائق بقاعدة تحريم المثلة إلا الدليل انه لا يجوز جرحه مطلقا.

اسعاد الرفيق، ج 2 ص 131
ومنها اتخاد الحيوان غرضا بالمعجمة ما ينصبه الرماة ويقصدون اصابته من نحو قرطاس لقوله عليه الصلاة والسلام لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا ، وقول ابن عمر رضي الله عنه وقد مر بفتيان نصبوا طيرا أو دجاجة يترامونها فلما رأوه تفرقوا: من فعل هذا؟ لعن الله من فعل هذا ان رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن من اتخذ شيئا فيه الروح غرضا

Wallohu a'lam
mohon dikoreksi,


NB : saya kutip dari Hasil Bahsul Masail LBM NU Jatim Komisi A
Baca Selengkapnya >>

Jumat, 25 Januari 2013

496 : HUKUM BERJAMA'AH DENGAN ANAK KECIL

PERTANYAAN


Mat Kribo


Assalamu'alaikum wr. wb


Apakah dapat pahala berjamaah

jika ma'mumnya anak kecil?

mohon pencerahannya....^^


JAWABAN

( oleh :Mazz Rofii, Siroj Munir, Putra Remaja, Saif El Nasr )



Wassalamu’alaikm warohmatullohi wabarokatuh

1. Ulama’ sepakat bahwa bilangan minimal pelaksanaan sholat jama’ah adalah dua orang ( satu imam dan satu ma’mum ), baik dikerjakan dimasjid ataupun ditempat lain seperti rumah atau tempat terbuka.Begitu juga tak dibeakan yang menjadi makmum adalah seorang laki-laki atau perempuan,seperti seorang suami yang menjadi imam bagi istrinya.Dan keduanya telah mendapatkan fadhilah sholat berjama’ah. Hukum ini didasarkan pada hadits nabi :

اثْنَانِ فَمَا فَوْقَهُمَا جَمَاعَةٌ

“ Dua orang atau lebih sudah dikategorikan sholat berjama’ah“ ( H.R. Imam Ibnu Majah )

Meskipun hadits ini dhoif namun dikuatkan oleh hadits lain:

إذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَأَذِّنَا ثُمَّ أَقِيمَا وَلْيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا

“ Apabila telah masuk waktu sholat, maka kalian kerjakan adzan dan iqomat, lalu yang paling besar yang menjadi imam “ ( H.R. Imam Bukhori )

Ketentuan ini berlaku ketika kedua orang tersebut sudah sama-sama baligh.

2. Apabila salah satunya masih kecil ( anak-anak ), maka ditafsil :

a. Kalau yang dikerjakan adalah sholat fardhu maka ketentuan hukumnya :

Jika anak tersebut masih belum tamyiz, maka ulama’ sepakat sholat jama’ah tersebut tidak sah.

Jika sudah tamyiz, maka hukumnya hukumnya khilaf. Menurut madzhab maliki an satu riwayat dari imam ahmad hukumnya tidak sah.Sedangkan menurut madzhab syafi’I, hanafi dan satu riwayat dari imam ahmad hukumnya sah berdasarkan keterangan dari Amr bin Salamah :

أُمِّمْت عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا غُلامٌ ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ

“ Aku dijadikan imam pada zaman Rosululloh-shollallohu alaihi wasallam- sedangkan saat itu usiaku baru tuju tahun “

b. Kalau yang dikerjakan adalah sholat sunat maka semua ulama’ sepakat sholatnya sah jama’ahnya sah, sebab nabi pernah sholat sunat berjamaah engan ibnu abbas, ketika beliau masih kecil.

Referensi :
1. Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, Juz : 27 Hal : 169-170
2. Al Majmu’, Juz : 4 Hal : 196 dan 248
3. Al Mughni, Juz : 2 Hal : 178

Ibarot :

Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, Juz : 27 Hal : 169-170

العدد الذي تنعقد به الجماعة
اتفق الفقهاء على أن أقل عدد تنعقد به الجماعة اثنان، وهو أن يكون مع الإمام واحد، فيحصل لهما فضل الجماعة؛ لما روى أبو موسى الأشعري - رضي الله عنه - أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: اثنان فما فوقهما جماعة ولقوله صلى الله عليه وسلم في حديث مالك بن الحويرث: إذا حضرت الصلاة فليؤذن أحدكما وليؤمكما أكبركما, وسواء أكان ذلك في المسجد أم في غيره كالبيت والصحراء.
وسواء أكان الذي يصلي مع الإمام رجلا أم امرأة. فمن صلى إماما لزوجته حصل لهما فضل الجماعة.
واختلف الفقهاء في انعقاد الجماعة في صلاة الفريضة لو كان الواحد مع الإمام صبيا مميزا، إذ غير المميز لا تنعقد به جماعة بالاتفاق.
فذهب الحنفية والشافعية - وهو رواية عن الإمام أحمد - إلى انعقادها باقتداء الصبي مع حصول فضل الجماعة لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال في الرجل الذي فاتته الجماعة: من يتصدق على هذا ، ولأنه يصح أن يكون إماما، وهو متنفل، فجاز أن يكون مأموما بالمفترض كالبالغ
وعند المالكية - وهو رواية أخرى عن الإمام أحمد - لا يحصل فضل الجماعة باقتداء الصبي في الفرض؛ لأن صلاة الصبي نفل، فكأن الإمام صلى منفردا.
وأما في التطوع فيصح باقتداء الصبي، ويحصل فضل الجماعة، وهذا باتفاق

Al Majmu’, Juz : 4 Hal : 196

قال المصنف رحمه الله
* (واقل الجماعة اثنان امام ومأموم لما روى أبو موسى الأشعري عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال " الاثنان فما فوقهما جماعة ")
* (الشرح) هذا الحديث رواه ابن ماجه والبيهقي بإسناد ضعيف جدا ورواه البيهقي أيضا من رواية أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم بإسناد ضعيف ويغني عنه حديث مالك بن الحويرث قال " أتيت النبي صلى الله عليه وسلم أنا وصاحب لي فلما أردنا الإقفال من عنده قال لنا إذا حضرت الصلاة فأذنا ثم أقيما وليؤمكما أكبركما " رواه البخاري ومسلم قال أصحابنا أقل الجماعة اثنان إمام ومأموم فإذا صلى رجل برجل أو بامرأة أو أمته أو بنته أو غيرهم أو بغلامه أو بسيدته أو بغيرهم حصلت لهما فضيلة الجماعة التي هي خمس أو سبع وعشرون درجة وهذا لا خلاف فيه ونقل الشيخ أبو حامد وغيره فيه الإجماع

Al Majmu’, Juz : 4 Hal : 248

قال المصنف رحمه الله
إذا بلغ الصبي حدا يعقل وهو من أهل الصلاة صحت امامته لما روى عمرو بن سلمة رضي الله عنه قال أممت على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وأنا غلام ابن سبع سنين " وفي الجمعة قولان قال في الأم لا تجوز إمامته لأن صلاته نافلة وقال في الإملاء تجوز لأنه يجوز أن يكون إماما في غير الجمعة فجاز أن يكون إماما في الجمعة كالبالغ

.......... (الشرح)
أما حكم المسألة فكل صبي صحت صلاته صحت إمامته في غير الجمعة بلا خلاف عندنا وفي الجمعة قولان

Al Mughni, Juz : 2 Hal : 178

فصل : وتنعقد الجماعة باثنين فصاعدا . لا نعلم فيه خلافا . وقد روى أبو موسى أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : { الاثنان فما فوقهما جماعة } . رواه ابن ماجه . { وقال النبي صلى الله عليه وسلم لمالك بن الحويرث وصاحبه : إذا حضرت الصلاة فليؤذن أحدكما ، وليؤمكما أكبركما } . وأم النبي صلى الله عليه وسلم حذيفة مرة ، وابن مسعود مرة ، وابن عباس مرة .
ولو أم الرجل عبده أو زوجته أدرك فضيلة الجماعة ، وإن أم صبيا جاز في التطوع ; لأن النبي صلى الله عليه وسلم أم فيه ابن عباس وهو صبي . وإن أمه في الفرض ، فقال أحمد : لا تنعقد به الجماعة ; لأنه لا يصلح أن يكون إماما ; لنقص حاله ، فأشبه من لا تصح صلاته . وقال أبو الحسن الآمدي : فيه رواية أخرى ، أنه يصح أن يكون إماما ; لأنه متنفل ، فجاز أن يكون مأموما بالمفترض ، كالبالغ ، ولذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم في الرجل الذي فاتته الجماعة : من يتصدق على هذا ، فيصلي معه

Oleh Siroj Munir di FIQHKONTEMPORER/doc/388842267849835
Baca Selengkapnya >>

495 : Sejarah Al_Barzanji

^SEJARAH AL_BARZANZI^

Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.

Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al – Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj. Nama Al-Barzanji menjadi populer tahun 1920-an ketika Syaikh Mahmud Al-Barzanji memimpin pemberontakan nasional Kurdi terhadap Inggris yang pada waktu itu menguasai Irak.

Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Syaikh Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.

Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah.

Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.

Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.

Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.

Historisitas Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan maulid Nabi Muhammad saw untuk yang pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad saw pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.

Kita mengenal itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.

Adalah Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi -dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub- katakanlah dia setingkat Gubernur. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.

Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi Atabeg (setingkat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.

Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata Khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H / 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 / 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.

Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.

Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.

Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, paparan Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rasulullah meninggal di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Allah SWT.

Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah. Saat Nabi Muhammad dilahirkan tangannya menyentuh lantai dan kepalanya mendongak ke arah langit, dalam riwayat yang lain dikisahkan Muhammad dilahirkan langsung bersujud, pada saat yang bersamaan itu pula istana Raja Kisrawiyah retak terguncang hingga empat belas berandanya terjatuh. Maka, Kerajaan Kisra pun porak poranda. Bahkan, dengan lahirnya Nabi Muhammad ke muka bumi mampu memadamkan api sesembahan Kerajaan Persi yang diyakini tak bisa dipadamkan oleh siapapun selama ribuan tahun.

Keagungan akhlaknya tergambarkan dalam setiap prilaku beliau sehari-hari. Sekitar umur tiga puluh lima tahun, beliau mampu mendamaikan beberapa kabilah dalam hal peletakan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Di tengah masing-masing kabilah yang bersitegang mengaku dirinya yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Rasulullah tampil justru tidak mengutamakan dirinya sendiri, melainkan bersikap akomodatif dengan meminta kepada setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban yang ia letakan di atasnya Hajar Aswad. Keempat perwakilan kabilah itu pun lalu mengangkat sorban berisi Hajar Aswad, dan Rasulullah kemudian mengambilnya lalu meletakkannya di Ka’bah.

Kisah lain yang juga bisa dijadikan teladan adalah pada suatu pengajian seorang sahabat datang terlambat, lalu ia tidak mendapati ruang kosong untuk duduk. Bahkan, ia minta kepada sahabat yang lain untuk menggeser tempat duduknya, namun tak ada satu pun yang mau. Di tengah kebingungannya, Rasulullah saw memanggil sahabat tersebut dan memintanya duduk di sampingnya.. Tidak hanya itu, Rasul kemudian melipat sorbannya lalu memberikannya pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak Nabi Muhammad, sahabat tersebut dengan berlinangan air mata lalu menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk, tetapi justru mencium sorban Nabi Muhammad saw tersebut.

Bacaan shalawat dan pujian kepada Rasulullah bergema saat kita membacakan Barzanji di acara peringatan maulid Nabi Mauhammad saw, Ya Nabi salâm ‘alaika, Ya Rasûl salâm ‘alaika, Ya Habîb salâm ‘alaika, ShalawatulLâh ‘alaika… (Wahai Nabi salam untukmu, Wahai Rasul salam untukmu, Wahai Kekasih salam untukmu, Shalawat Allah kepadamu…)

Kemudian, apa tujuan dari peringatan maulid Nabi dan bacaan shalawat serta pujian kepada Rasulullah? Dr. Sa’id Ramadlan Al-Bûthi menulis dalam Kitab Fiqh Al-Sîrah Al-Nabawiyyah: “Tujuannya tidak hanya untuk sekedar mengetahui perjalanan Nabi dari sisi sejarah saja. Tapi, agar kita mau melakukan tindakan aplikatif yang menggambarkan hakikat Islam yang paripurna dengan mencontoh Nabi Muhammad saw.”

Sarjana Jerman peneliti Islam, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Dan Muhammad adalah Utusan Allah: Penghormatan terhadap Nabi saw dalam Islam (1991), , menerangkan bahwa teks asli karangan Ja’far Al-Barzanji, dalam bahasa Arab, sebetulnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair, sebentuk eulogy bagi Sang Nabi. Pancaran kharisma Nabi Muhammad saw terpantul pula dalam sejumlah puisi, yang termasyhur: Seuntai gita untuk pribadi utama, yang didendangkan dari masa ke masa.

Untaian syair itulah yang tersebar ke berbagai negeri di Asia dan Afrika, tak terkecuali Indonesia. Tidak tertinggal oleh umat Islam penutur bahasa Swahili di Afrika atau penutur bahasa Urdu di India, kita pun dapat membaca versi bahasa Indonesia dari syair itu, meski kekuatan puitis yang terkandung dalam bahasa Arab kiranya belum sepenuhnya terwadahi dalam bahasa kita sejauh ini.

Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’. Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.

Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.

Di antara idiom-idiom yang terdapat dalam karya ini, banyak yang dipungut dari alam raya seperti matahari, bulan, purnama, cahaya, satwa, batu, dan lain-lain. Idiom-idiom seperti itu diolah sedemikian rupa, bahkan disenyawakan dengan shalawat dan doa, sehingga melahirkan sejumlah besar metafor yang gemilang. Silsilah Sang Nabi sendiri, misalnya, dilukiskan sebagai “Untaian Mutiara”.

Betapapun, kita dapat melihat teks seperti ini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif penyair. Pokok-pokok tuturannya sendiri, terutama menyangkut riwayat Sang Nabi, terasa berpegang erat pada Alquran, hadist, dan sirah nabawiyyah. Sang penyair kemudian mencurahkan kembali rincian kejadian dalam sejarah ke dalam wadah puisi, diperkaya dengan imajinasi puitis, sehingga pembaca dapat merasakan madah yang indah.

Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.

Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.

Di samping itu, telah disyarahkan pula oleh para ulama kenamaan umat ini. Antara yang masyhur mensyarahkannya ialah Syaikh Muhammad bin Ahmad ‘Ilyisy Al-Maaliki Al-’Asy’ari Asy-Syadzili Al-Azhari dengan kitab ’Al-Qawl Al-Munji ‘ala Maulid Al-Barzanji’. Beliau ini adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif, bermazhab Maliki lagi Asy`ari dan menjalankan Thoriqah Asy-Syadziliyyah. Beliau lahir pada tahun 1217 H / 1802M dan wafat pada tahun 1299 H / 1882M.

Ulama kita kelahiran Banten, Pulau Jawa, yang terkenal sebagai ulama dan penulis yang produktif dengan banyak karangannya, yaitu Sayyidul Ulamail Hijaz, An-Nawawi Ats-Tsani, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi turut menulis syarah yang lathifah bagi Maulid al-Barzanji dan karangannya itu dinamakannya ‘Madaarijush Shu`uud ila Iktisaail Buruud’. Kemudian, Sayyid Ja’far bin Sayyid Isma`il bin Sayyid Zainal ‘Abidin bin Sayyid Muhammad Al-Hadi bin Sayyid Zain yang merupakan suami kepada satu-satunya anak Sayyid Ja’far al-Barzanji, juga telah menulis syarah bagi Maulid Al-Barzanj tersebut yang dinamakannya ‘Al-Kawkabul Anwar ‘ala ‘Iqdil Jawhar fi Maulidin Nabiyil Azhar’. Sayyid Ja’far ini juga adalah seorang ulama besar keluaran Al-Azhar Asy-Syarif. Beliau juga merupakan seorang Mufti Syafi`iyyah. Karangan-karangan beliau banyak, antaranya: “Syawaahidul Ghufraan ‘ala Jaliyal Ahzan fi Fadhaail Ramadhan”, “Mashaabiihul Ghurar ‘ala Jaliyal Kadar” dan “Taajul Ibtihaaj ‘ala Dhauil Wahhaaj fi Israa` wal Mi’raaj”. Beliau juga telah menulis sebuah manaqib yang menceritakan perjalanan hidup dan ketinggian nendanya Sayyid Ja’far Al-Barzanji dalam kitabnya “Ar-Raudhul A’thar fi Manaqib As-Sayyid Ja’far”.

Kitab Al-Barzanji dalam bahasa aslinya (Arab) dibacakan dalam berbagai macam lagu; rekby (dibaca perlahan), hejas (dibaca lebih keras dari rekby ), ras (lebih tinggi dari nadanya dengan irama yang beraneka ragam), husein (memebacanya dengan tekanan suara yang tenang), nakwan membaca dengan suara tinggi tapi nadanya sama dengan nada ras, dan masyry, yaitu dilagukan dengan suara yang lembut serta dibarengi dengan perasaan yang dalam

Di berbagai belahan Dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam kesempatan memeringati hari kelahiran Sang Nabi. Dengan mengingat-ingat riwayat Sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, orang berharap mendapat berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Sudah lazim pula, tak terkecuali di negeri kita, syair Barzanji didendangkan – biasanya, dalam bentuk standing ovation – dikala menyambut bayi yang baru lahir dan mencukur rambutnya.

Pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, aqiqah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), serta seseorang yang berangkat haji dan selama berada disana. Ada juga yang hanya membaca Barzanji dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’idhah hasanah dari para muballigh atau da’i.

Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal kalender hijriyah (Maulud). Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakda Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.

Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’idhah hasanah pada acara temanten dan mauludan.

Dalam ‘Madarirushu’ud Syarhul’ Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di hari kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”

 
 
 
 
(Santun Berdakwah, Sejuk Beribadah)
Baca Selengkapnya >>