PERTANYAAN
Hasan Chumaidi
perlukah shalat jum'at apabila "idul'adha jatuh pada hari jum'at
JAWABAN
Cikong Mesigit
Di anatara masalah furu’iyah yang muncul adalah : jika hari raya
Idul Fitri atau Idul Adlha jatuh pada hari Jum’at. Apakah shalat Jum’at
masih wajib bagi orang yang sudah melakukan shalat id atau tidak?
Dengan pengertian mendapat rukhshah (keringanan untuk tidak melakukan
shalat Jum’at).
Hal tersebut memang merupakan salah satu dari sekian banyak masalah
khilafiyah (terdapat perbedaan pendapat di antara para imam madzhab)
sebagaimana tercantum dalam kitab Rahmatul Ummah :
(فَصْلٌ) إِذَا اتَّفَقَ يَوْمُ عِيْدٍ وَيَوْمُ جُمْعَةٍ فَاْلأَصَحُّ
عِنْدَ الشَّافِعِيِّ أَنَّ الْجُمْعَةَ لاَ تَسْقُطُ عَنْ أَهْلِ
الْبَلَدِ بِصَلاَةِ الْعِيْدِ، وَأَمَّا مَنْ حَضَرَ مِنْ أَهْلِ
الْقُرَى فَالرَّاجِحُ عِنْدَهُ سُقُوْطُهَا عَنْهُمْ فَإِذَا صَلَّوْا
الْعِيْدَ جَازَ لَهُمْ أَنْ يَنْصَرِفُوْا وَيَتْرُكُوْا الْجُمْعَةَ.
وَقَالَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ بِوُجُوْبِ الْجُمْعَةِ عَلَى أَهْلِ
الْبَلَدِ. وَقَالَ أَحْمَدُ لاَ تَجِبُ الْجُمْعَةُ عَلَى أَهْلِ
الْقُرَى وَلاَ عَلَى أَهْلِ الْبَلَدِ، بَلْ يَسْقُطُ فَرْضُ الْجُمْعَةِ
بِصَلاَةِ الْعِيْدِ وَيُصَلُّوْنَ الظُّهْرَ. وَقَالَ عَطَاءٌ: تَسْقُطُ
الْجُمْعَةُ وَالظُّهْرُ مَعًا فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ فَلاَ صَلاَةَ
بَعْدَ الْعِيْدِ إِلاَّ الْعَصْرَ. إه رحمة الأمة ص: 69
Maksud dari ibarat yang ada dalam kitab Rahmatul Ummah tersebut
adalah apabila hari raya bertepatan dengan hari Jum’at, maka mengenai
pelaksanaan shalat Jum’at dan shalat dzuhur bagi umat Islam yang telah
menunaikan shalat id, itu para ulama madzhab berbeda pendapat :
1. Menurut madzhab Imam Syafi’i : Jum’atan wajib bagi seluruh ahlil balad, sedangkan bagi ahlil qaryah tidak wajib;
2. Menurut madzhab Imam Hanafi : Jum’atan wajib bagi seluruh ahlul balad;
3. Menurut madzhab Imam Hambali : tidak wajib Jum’atan bagi ahlil qaryah dan ahlil balad, mereka tetap wajib shalat dzuhur.
4. Menurut madzhab Imam Atho’ : Jum’atan dan shalat dzuhur
keduanya tidak wajib bagi mereka yang telah menunaikan shalat id,
mereka langsung melakukan shalat Ashar.
Perbedaan pendapat antara Imam-imam madzhab tersebut, karena peninjauannya masing-masing pada hadits nabi SAW. :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَدِ اجْتَمَعَ فِى يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ
فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ. رواه أبو
داود
وَفِيْ رِوَايَةٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَم قَالَ: صَلَّى النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ
فَقَالَ: مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ. رواه الخمسة إلا الترمذي
Maksud kedua hadits tersebut : karena pada hari itu terjadi dua hari
raya (yaumul jum’at dan yaumul id), maka Nabi SAW. mempersilahkan bagi
orang-orang yag telah menunaikan shalat id, jika ia menghendaki (مَنْ
شَاءَ) untuk tidak mengikuti shalat Jum’at.
Pertanyaannya sekarang : Siapa yang dimaksuk dengan kata مَنْ شَاءَ
dalam hadits tersebut? Apakah ditujukan kepada semua hadirin yang
melaksanakan shalat id atau ditujukan kepada sebagian hadirin?
Mengenai hal ini, Imam Syafi’i menerangkan dalam kitab Al-Umm juz I hal. 212 sebagai berikut :
أَخْبَرَنَا إبْرَاهِيمُ بن مُحَمَّدٍ قال أخبرنا إبْرَاهِيمُ بن
عُقْبَةَ عَنْ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ: اجْتَمَعَ عِيدَانِ
عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: من أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ مِنْ أَهْلِ الْعَالِيَةِ فَلْيَجْلِسْ
في غَيْرِ حَرَجٍ.
أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِيْ عُبَيْدٍ مَوْلىَ
ابْنِ أَزْهَرَ قَالَ: شَهِدْتُ الْعِيدَ مع عُثْمَانَ بن عَفَّانَ
فَجَاءَ فَصَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ فَخَطَبَ فقال إنَّهُ قد اجْتَمَعَ
لَكُمْ في يَوْمِكُمْ هذا عِيدَانِ فَمَنْ أَحَبَّ من أَهْلِ الْعَالِيَةِ
أَنْ يَنْتَظِرَ الْجُمُعَةَ فَلْيَنْتَظِرْهَا وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ
يَرْجِعَ فَلْيَرْجِعْ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ.
Dalam kedua riwayat tersebut bisa difahami bahwa pemberian
rukhsah/kemurahan untuk tidak melaksanakan shalat itu tidak ditujukan
kepada semua orang yang hadir, akan tetapi hanya ditujukan kepada ahlul
aliyah (penduduk kampung yang jauh dari tempat shalat id).
Lebih jelas lagi, Imam Nawawi dalam kitab Muhadzdzab juz I hal. 109 menerangkan :
وَإِنِ اتَفَقَ يَوْمُ عِيْدٍ وَيَوْمُ جُمْعَةٍ فَحَضَرَ أَهْلُ
السَّوَادِ فَصَلَّوْا الْعِيْدَ جَازَ أَنْ يَنْصَرِفُوْا وَيَتْرُكُوْا
الْجُمْعَةَ لِمَا رُوِيَ عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ
قَالَ فِيْ خُطْبَتِهَ: "أَيُّهَا النَّاسُ قَدِ اجْتَمَعَ عِيْدَانِ فِيْ
يَوْمِكُمْ هَذَا فَمَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ الْعَالِيَةِ أَنْ
يُصَلِّيَ مَعَنَا الْجُمْعَةَ فَلْيُصَلِّ وَمَنْ أَرَادَ أَنْ
يَنْصَرِفَ فَلْيَنْصَرِفْ" وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ (قَوْلُهُ
السَّوَاد) هُمْ أَهْلُ الْقُرَى وَالْمَزَارِعِ حَوْلَ الْمَدِيْنَةِ
الْكَبِيْرَةِ (قَوْلُهُ أَهْلِ الْعَالِيَةِ) قَالَ الْجَوْهَرِيْ:
الْعَالِيَةُ مَا فَوْقَ نَجْدٍ إِلَى أَرْضِ تِهَامَةَ وَإِلَى وَرَاءِ
مَكَّةَ وَهُوَ الْحِجَازُ وَمَا وَالاَهَا. (قَالَ الشَّافِعِيُّ) وَلاَ
يَجُوْزُ هَذَا لأَحَدٍ مَنْ أَهْلِ الْمِصْرِ أَنْ يَدَعُوْا أَنْ
يَجْتَمِعُوْا إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ يَجُوْزُ لَهُمْ بِهِ تَرْكُ
الْجُمْعَةِ وَإِنْ كَانَ يَوْمَ عِيْدٍ. اهـ
Artinya :
“Apabila hari raya betepatan dengan hari Jum’at, maka penduduk
kampung yang jauh dari tempat shalat id yang telah hadir untuk
melaksanakan shalat id boleh kembali ke kampungnya, tidak usah
mengikuti jum’atan. Diriwayatkan dari sayyidina Utsman ra beliau bekata
dalam khutbahnya wahai manusia, pada hari ini terjadi dua hari raya,
maka barang siapa di antara penduduk kampung yang jauh dari tempat
shalat id ini menghendaki ikut shalat Jum’at, silahkan dan barang siapa
yang pulang ke kampungnya silahkan ia pulang. Terhadap katata
sayyidina Utsman ini tidak seorangpun sahabat yang mengingkarinya.
(kata-kata “as-sawad”) artinya: penduduk perkampungan dan persawahan
di sekitar kota besar (kata-kata “al-aliyah”) Imam Jauhari mengatakan
yaitu kawasan pegunungan di atas kota Najd sampai daratan Tihamah
sampai belakang Makkah, Hijaz dan sekitarnya. Imam Syafi’i bekata:
tidak boleh meninggalkan Jum’atan bagi salah seorang penduduk kota
kecuali karena adanya udzur yang memperbolehkan tidak Jum’atan,
walaupun bertepatan dengan hari raya.
Maka dari itu, warga Nahdiyin tidak usah goyah, berdasarkan
dalil-dalil yang bersumber dari hadits dan pendapat ulama madzhab
(madzhab syafi’i) serta fakta yang nyata yakni dekatnya domisili kaum
muslimin dari tempat shalat Jum’atan, pada saat sekarang ini wajib
hukumnya bagi mereka melaksanakan shalat Jum’at pada hari raya yang
kebetulan jatuh pada hari Jum’at, selama tidak ada salah satu udzur min
a’dzaril Jum’ah.
tambahan >>
>> Masaji Antoro
Bagi orang yang tergolong ahl al-Balad (penduduk setempat) menurut
kesepakan ulama tetap diwajibkan menjalankan shalat jumat, sedang
orang-orang yang tergolong ahl al-Qura dan al-Bawaadi (penduduk
pedalaman) ada pendapat ulama yang menyatakan gugur kewajiban shalat
jumahnya dengan syarat apabila setelah ia mengerjakan shalat Ied dan
pulang ketempat tinggalnya masing-masing sebelum tergelincirnya
matahari dan bila ia kembali kemasjid lagi untuk menunaikan shalat
jumat mereka sudah tidak dapat mengiluti pelaksanaan shalat jumat.
(مسألة) : فيما إذا وافق يوم الجمعة يوم العيد ففي الجمعة أربعة مذاهب ،
فمذهبنا أنه إذا حضر أهل القرى والبوادي العيد وخرجوا من البلاد قبل
الزوال لم تلزمهم الجمعة وأما أهل البلد فتلزمهم ، ومذهب أحمد لا تلزم أهل
البلد ولا أهل القرى فيصلون ظهراً ، ومذهب عطاء لا تلزم الجمعة ولا الظهر
فيصلون العصر ، ومذهب أبي حنيفة تلزم الكل مطلقاً ، اهـ من الميزان
الشعراني.
MASALAH
Dalam pembahasan “SAAT HARI JUMAT BERTEPATAN DENGAN HARI RAYA” Maka
dalam kewajiban pelaksaan menunaikan shalat jumat terdapat empat
madzhab :
• Madzhab kami (syafi’iyyah) bila penduduk desa dan pedalaman
menjalankan shalat Ied dan keluar dari desa sebelum tergelincirnya
matahari maka tidak wajib bagi penduduk pedalaman mengerjakan shalat
jumat sedang bagi penduduk desa masih diwajibkan mengerjakannya.
• Madzhab Imam Ahmad, bagi penduduk desa dan pedalaman tidak berkewajiban menjalankan shalat jumat, kerjakanlah shalat dhuhur.
• Madzhab Imam ‘Atha’ tidak diwajibkan bagi mereka menjalankan shalat Jumat juga shalat dhuhur, kerjakanlah shalat Ashar.
• Madzhab Abu Hanifah, semua shalat masih diwajibkan bagi mereka. (al-Miizaan as-Sya’rooni)
Bughyah al-Mustarsyidiin I/187
____________________
فرعإذا وافق يوم العيد يوم جمعة وحضر أهل القرى الذين يبلغهم لصلاة
العيد وعلموا أنهم لو انصرفوا لفاتتهم الجمعة فلهم أن ينصرفوا ويتركوا
الجمعة في هذا اليوم على الصحيح المنصوص في القديم والجديد. وعلى الشاذ
عليهم الصبر للجمعة.
SUB BAHASAN
Bila hari raya bertepatan dengan hari jumah dan penduduk desa yakni
mereka-mereka yang mendengan seruan shalat Ied dan mereka yakin
andaikan mereka membubarkan diri (meninggalkan masjid dan pulang
kerumah masing-masing) mereka akan ketinggalan shalat maka bagi mereka
diperkenankan membubarkan diri dan meninggalkan shalat jumah dihari
seperti ini menurut pendapat yang shahih, sedang menurut pendapat yang
SYADZ (ganjil) bagi mereka wajib menunggu pelaksanaan shalat jumat.
Raudhah at-Thoolibiin I/173
____________
NB :Dengan demikian, bila menilik letak geografis tempat tinggal
jamaah suatu masjid pada zaman sekarang ini yang tidak akan
tergambarkan saat mereka pulang kerumah setelah shalat ied kemudian
kembali kemasjid guna menunaikan shalat jumat mereka akan ketinggalan
menunaikan shalat jumah, secara pribadi saya lebih cenderung masih
diwajibkannya shalat jumah meskipun bertepatan dengan shalat ied.
Wallaahu A'lamu Bis Showaab
>> Ibnu Toha
kembali kepada sunah RasulNya? ada sebuah hadits dari Zaid bin Arqam :
لِخَبَرِ زَيْدِ بن أَرْقَمَ قال اجْتَمَعَ عِيدَانِ على عَهْدِ رسول
اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم في يَوْمٍ وَاحِدٍ فَصَلَّى الْعِيدَ في
أَوَّلِ النَّهَارِ وقال يا أَيُّهَا الناس إنَّ هذا يَوْمٌ اجْتَمَعَ
لَكُمْ فيه عِيدَانِ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَشْهَدَ مَعَنَا الْجُمُعَةَ
فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْصَرِفَ فَلْيَفْعَلْ رَوَاهُ أبو
دَاوُد وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَ إسْنَادَه
Hadits dari Zaid bin Arqom berkata : telah berkumpul dua Ied (jumat
dan hari raya) pada masa Rosulullah saw pada satu hari itu, maka Beliau
shalat ied di awal siang, Beluau bersabda : "para hadirin, pada hari
ini bertemu dua hari raya (jum'at dan ied) barang siapa suka menghadiri
jum'at bersama kami maka hadirilah, dan barang siapa yg suka memilih
pulang (tidak shalat jumat) maka pulanglah. diriwayatkan oleh abu dawud
dan hakim dan menshahihkan isnadnya.
http://www.piss-ktb.com/2012/04/1431-saat-hari-jumat-bertepatan-dengan.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar